Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Muhammadiyah: Kitab Suci Agama Harus Dibumikan, Tidak Boleh Hanya di Tenggorokan dan Kepala Saja

Foto : Istimewa

Ilustrasi kantor pusat PP Muhammadiyah

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Ketua Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Sularno, mengungapkan ciri orang Muhammadiyah sebagaimana yang diwariskan oleh KH. Ahmad Dahlan.

"Yakni tatkala membaca dan memahami ayat-ayat Al Qur'an tidak hanya sampai di 'tenggorokan' dan kepala saja, melainkan juga sampai pada hati dan tindakan atau membumikan ayat-ayat Al Qur'an," demikian kata Sularno, dikutip dari Muhammadiyah.id hari ini.

Menurut Sularno, sudah selayaknya warga Muhammadiyah tidak boleh merasa cukup hanya dengan hafalan Al Qur'an.

Sebagaimana cerita yang sudah umum diketahui, hanya dengan memahami dan implementasi Surat Al Ma'un, Muhammadiyah menjadi organisasi Islam yang memiliki berbagai pelayanan yang diperuntukkan bagi anak yatim, fakir - miskin, dan kaum dhuafa' - mustadh'afin.

Bahkan, kata Sularno, Muhammadiyah terkait dengan peran sosial kemasyarakatan di awal masa pendiriannya tampil sebagai wujud 'negara' sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dalam mengayomi dan sebagai Penolong Kesengsaraan Umum masyarakat atau bumiputera waktu itu.

Tidak hanya sampai di situ, sampai sekarang setelah NKRI terbentuk, Muhammadiyah tetap berperan sebagai Penolong Kesengsaraan Umum. "Paham betul kita kalau itu adalah tugasnya Negara, maka Muhammadiyah ini sebenarnya memang mengganti Negara. Karena memang dulu Indonesia belum ada," tuturnya.

Di acara Gerakan Subuh Mengaji Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah (PWA) Jawa Barat (Jabar) tersebut, Sularno mengaku bersyukur bahwa sejak 1912 Muhammadiyah tidak pernah absen menjadi Penolong Kesengsaraan Umum, dan membantu pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah sosial kemasyarakat di Indonesia.

Saat ini dalam menjalankan peran tersebut, Muhammadiyah dibantu oleh Majelis, Lembaga dan Ortom (MLO), salah satunya adalah MPS. Menjelaskan tentang program Pengasuhan Anak Berbasis Keluarga yang dilakukan oleh MPS, Sularno mengatakan bahwa program ini bukan hanya massif sebagai isu nasional, tapi juga internasional.

Program yang lebih dikenal dengan Foster Care ini, kata Sularno, tidak kemudian mengecilkan peran panti-panti asuhan Muhammadiyah yang telah dirintis sejak lama. Ia menjelaskan bahwa budaya Foster Care di Indonesia dengan yang berlaku secara umum didunia. Menurutnya, Foster Care ini bukan isu baru di Muhammadiyah, meski belum menjadi budaya.


Redaktur : Eko S
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top