Muhammadiyah dan NU Tulang Punggung Demokrastisasi di Indonesia, Setuju?
Abdul Mu'ti
YOGYAKARTA - Disebut sebagai 'tulang punggung' demokrasi di Indonesia, Muhammadiyah dan NU selain karena jumlah pengikutnya yang besar, tapi juga karena komitmen mereka yang otentik dalam mendukung demokrasi di Indonesia.
Ya, tentang politik dan demokrasi Indonesia Pasca Soeharto, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa, banyak tokoh berharap Indonesia menjadi Negara yang demokratis dan terkemuka.
Harapan itu menguat pada 10 tahun pertama setelah reformasi, sebab Indonesia berhasil melewati tahapan dan ujian politik yang begitu krusial dan dikhawatirkan banyak pihak akan menyebabkan ketidakseimbangan di Indonesia.
Di sisi lain, proses demokratisasi di Indonesia juga mendapat dukungan kuat dari dua ormas Islam terbesar yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul 'Ulama. Karena peran signifikan dua ormas ini, Islam dan Demokrasi di Indonesia itu dapat disinkronkan. Dua ormas ini juga disebut sebagai 'tulang punggung' demokrasi di Indonesia.
Demikian disampaikan oleh Mu'ti atas Launching Buku dan Diskusi Buku "Islam, Masyarakat Sipil dan Demokratisasi: Studi Kasus Muhammadiyah-NU Pasca-Suharto", karya Pramono Ubaid Thantowi, pada (17/1) yang diadakan Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB) dikutip dari rilis PP Muhammadiyah, hari ini.
Akan tetapi, tidak bisa dikatakan sedikit kalangan yang menyebut demokrasi Indonesia kekinian mengalami kemandekan, bahkan cenderung mundur. Dapat dikatakan, imbuh Mu'ti, politik dan demokrasi di Indonesia sekarang hanya berlangsung 'prosedural'.
"Banyak sekali catatan yang berkaitan dengan demokrasi Indonesia yang memang oleh para pendukung demokrasi sendiri dianggap sebagai sebuah perkembangan yang cukup mengkhawatirkan, mungkin ucapan ini terlalu tinggi dan pesimistis," tuturnya.
Akan tetapi, organisasi-organisasi Islam termasuk Muhammadiyah dan Nahdlatul 'Ulama (NU) berperan penting dalam mendorong demokratisasi di Indonesia. Bahkan, kata Mu'ti, 'tulang punggung' demokrasi Indonesia adalah Umat Islam.
"Ada yang mengatakan Islam itu incompatible to democracy, tapi dalam konteks Indonesia itu proponent dan mungkin bisa kita sebut tulang punggung demokratisasi itu ormas-ormas Islam, tentu dua di antaranya adalah Muhammadiyah dan Nahdlatul 'Ulama," katanya.
Dua organisasi ini memikul harapan penting terkait dengan kemajuan demokrasi di Indonesia. Serta jika memungkinkan, dua ormas tersebut dan Indonesia menjadi model demokrasi di Negara-Negara Muslim di Dunia.
Disebut sebagai 'tulang punggung' demokrasi di Indonesia, Muhammadiyah dan NU selain karena jumlah pengikutnya yang besar, tapi juga karena komitmen mereka yang otentik dalam mendukung demokrasi di Indonesia.
"Saya melihat juga ada ormas Islam yang dia mendukung demokrasi karena tidak ada pilihan lain, dan karena ingin untuk bisa tampil di public," tuturnya. (YK/N-3)
Redaktur : Eko S
Komentar
()Muat lainnya