Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Transportasi Massal I Mengacu Sistem di Luar Negeri

MRT Gandeng Swasta Biayai Jalur Fase III-IV

Foto : ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

Penumpang menaiki kereta MRT di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta. PT Mass Rapid Transit (MRT) merancang pembiayaan pembangunan jalur fase III (East-West Line) dan fase IV melibatkan sektor swasta.

A   A   A   Pengaturan Font

Awal-awal pembiayaan bergantung pada anggaran negara, kini dijajaki kemitraan swasta.

JAKARTA - PT Mass Rapid Transit (MRT) merancang pembiayaan pembangunan jalur fase III (East-West Line) dan fase IV melibatkan sektor swasta.
Secara keseluruhan, ditargetkan sektor swasta bisa mengambil peran hingga 40 persen dari total pembiayaan. Hal ini disampaikan Direktur Utama PT MRT Jakarta, Wiliam Sabandar, di Jakarta, Kamis (30/6).
"Kita punya pembelajaran case dari Elizabeth Line Inggris, ada keterlibatan sektor swasta. Karena itu East-West line dan fase 4 diusahakan dari pendanaan swasta 40 persen," katanya.
William mengatakan sejak fase awal yakni fase I dan II keseluruhan pembangunan mengandalkan dukungan pembiayaan dari pemerintah.
"Jadi, selama ini pihak JICA sebagai mitra pemerintah yang telah dan komitmen menyelesaikan pembiayaan fase I dan fase II," tuturnya.
Dikatakan William, ketika melawat ke Inggris beberapa waktu lalu pihaknya juga melakukan kunjungan ke Crossrail International pengelola Elizabeth Line di Inggris. "Elizabeth Line merupakan jalur komuter yang menghubungkan bagian timur dan barat kota London," jelasnya.
Menurut William, saat ini pembangunan jalur tersebut tidak semua dibiayai oleh negara. "Seperti pembangunan sejumlah stasiun dan depo di Elizabet Line melibatkan swasta dengan potensi keuntungan yang ditawarkan," ungkapnya.
Secara keseluruhan, pembangunan jalur fase III (East-West Line) memiliki panjang sekitar 87 kilometer mulai dari Balaraja hingga Cikarang. Diperkirakan anggaran pembangunan mencapai 160 triliun rupiah.
Sedangkan pembangunan jalur fase IV Fatmawati-TMII memiliki panjang sekitar 12 kilometer. Diperkirakan, pembangunan membutuhkan anggaran 22 triliun sampai dengan 30 triliun rupiah.
"Selain ke Inggris, kita juga sudah melakukan kunjungan ke Prancis, Luxemberg, dan Korea di luar Jepang. Responsnya sangat baik," tuturnya.
Kendati begitu, William mengaku pihaknya berencana mengembangkan unit bisnis perusahaan dengan usaha jasa konsultasi dan Pelatihan. "Sejumlah perusahaan operator di kawasan Asia pun sudah meminta jasa tersebut ke PT MRT Jakarta," sambungnya.

Tiga Mandat
William menambahkan, pihaknya mendapat tiga mandat yakni, membangun jalur, mengoperasionalkan dan pengembangan transport oriented development (TOD). Setelah menuntaskan pembangunan jalur fase I, PT MRT Jakarta sudah mengoperasionalkan jalur tersebut selama tiga tahun.
"Selama 3 tahun beroperasi, capaian kita 100 persen on time perjalanan. Inilah yang diapresiasi," ungkapnya. Selain itu, William mengaku apresiasi tersebut berujung sejumlah operator mencoba belajar ke MRT Jakarta. Paling dekat, pihak Ho Chi Minh City Metro, operator komuter di Kota Ho Chi Minh, Vietnam sudah menjajaki kerja sama meminta pelatihan sejumlah bidang seperti operasional, perawatan, layanan penumpang, keselamatan, risiko keuangan, konstruksi dan keuangan.
Sementara itu, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Muhammad Effendi menambahkan, selain di Ho Chi Minh City, sejumlah operator lain di Asia seperti JR East dan Department of Transportation Philippines juga akan menjalin kerja sama konsultasi dan pelatihan.
Selain kemampuan operasional yang menjadi rujukan, materi pelatihan yang membolehkan peserta terjun praktik lapangan menjadi kelebihan MRT Jakarta.
"Seperti pengemudi kereta, tidak banyak perusahaan yang membolehkan masuk dan mencoba mengoperasionalkan. Kita bahkan memberi kesempatan job shadow," tandasnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top