Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Transportasi Massal I Depo MRT Ancol Tak Berada di Lahan Reklamasi

MRT Butuh Rp1,5 Triliun Bebaskan Ancol Barat

Foto : (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

Rangkaian kereta MRT dan sejumlah kendaraan melintas di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Jumat (10/4/2020). Pemprov DKI Jakarta mulai memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama 14 hari dimulai pada 10 April hingga 23 April 2020.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, William Sabandar, memastikan pembangunan depo Mass Rapid Transit (MRT) di kawasan Ancol Barat tidak menempati lahan reklamasi atau tanah timbul Ancol. MRT membutuhkan dana 1,5 rupiah untuk membebaskan lahan di Ancol Barat.

"Yang 20 hektare itu lahan yang sudah ada, nggak ada hubungannya dengan MRT. Kalau (hasil pengeboran) itu kita serahkan kepada pemerintah yang menentukan. Waktu itu dibuang ke beberapa tempat pemakaman umum," ujar William, di Jakarta, Rabu (8/7).

Dia mengaku tidak tahu rencana pembuangan tanah hasil pengeboran terowongan MRT. Dia akan mengikuti arahan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta jika tanah hasil pengeboran itu dibuang ke Ancol.

Terkait rencana pengembangan MRT fase II, pihaknya masih membahas potensi pendanaan untuk pembebasan lahan seluas 20 hektare di kawasan Ancol Barat. Namun, dia memastikan lagi lahan yang akan dibebaskan untuk depo MRT itu bukan hasil tanah timbul atau reklamasi.

"Kita butuh pendanaan sebetulnya untuk pembebasan lahan di Ancol Barat. Jadi kan memang visibility study menentukan bahwa itu lahan yang paling efektif dan efisien. dan saat ini sedang dalam proses untuk pendanaan kalau bisa dibebaskan seperti apa," katanya.

Rencananya, ucap William, pembebasan lahan di Ancol Barat itu akan dilakukan tahun depan. Diakuinya, pembebasan lahan tersebut membutuhkan skema dana alternatif. Pasalnya, kata William, anggaran dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak memungkinkan akibat kontraksi ekonomi dari Covid-19.

William mengatakan pihaknya membutuhkan dana sekitar 1,5 triliun rupiah untuk membebaskan lahan di Ancol Barat. Pembebasan lahan ini akan dijadikan depo MRT di Utara. "Progresnya kita butuh pendanaan sebetulnya untuk pembebasan lahan di Ancol Barat. Jadi kan memang feasibility study menentukan bahwa itu lahan yang paling efektif dan efisien dan saat ini sedang dalam proses untuk pendanaan kalau bisa dibebaskan seperti apa," kata William

Pembangunan MRT memang bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk pendanaan. Sehingga tak ada dana dari APBD yang dipakai untuk membangun MRT.

Tapi, untuk pembangunan depo Ancol Barat, JICA meminta lahan untuk depo Ancol Barat harus benar-benar bebas dulu baru dana akan dicairkan lagi.

Dia pun berharap ada cara lain dari Pemprov DKI atau masukan dari DPRD DKI untuk mendapatkan pendanaan. Sebab keuangan Pemprov saat ini tak mungkin menutup pembangunan, karena telah digelontorkan untuk penanganan corona.

"Rencananya tahun depan kalau bisa. Kalau prosesnya bisa diselesaikan gitu, tapi kan tahun ini boleh dikatakan tidak ada pendanaan Pemda. Jadi tadi kita sampaikan kalau ada cara lain gitu ya untuk melakukan pembebasan lahan dan pembangunan kawasan depo," kata dia.

Penumpang MRT

Terkait dengan penumpang, William menpada April dan Mei turun tajam imbas pandemi Covid di Jakarta. Pada April 2020 berjumlah 4.059 orang per hari sementara pada Mei 2020 hanya 1.405 orang perhari.

"Memang kita mengalami penurunan drastis dari sisi penumpang, dari total Februari 88 ribu penumpang (perhari), kita turun sampai empat ribu di bulan April. Alhamdulillah di bulan Juni ini naik," ujar William.

Untuk jumlah akumulatif penumpang MRT Jakarta, William menyebutkan pada April 2020 sebanyak 121.757 orang. Sementara, berdasarkan data yang ada di file presentasi dalam rapat, jumlah penumpang di Mei 2020 hanya 1.405 orang perhari dengan total penumpang di Mei 2020 sebanyak 43.544 orang.

Sedangkan jumlah penumpang di Januari 2020 sebanyak 2.564.869 orang dengan jumlah perhari 85.105 orang. Untuk Februari 2020 sebanyak 2.564.869 penumpang dengan jumlah perhari sebanyak 88.444 orang.

Untuk Maret 2020, sebanyak 1.403.638 penumpang dengan jumlah per hari 45.279 orang. Kemudian di Juni sebanyak 340.553 penumpang dengan jumlah per hari sebanyak 11.351 orang.

Jumlah penumpang pada 1 Juli-6 Juli 2020 sebanyak 102.324 orang dengan rata-rata perhari sebanyak 17.054 penumpang. Jumlah penumpang MRT Jakarta dari Januari hingga 6 Juli 2020 sebanyak 7.124.935 orang. n pin/P-5

Penulis : Peri Irawan

Komentar

Komentar
()

Top