Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Modus Dipindahkan ke Kelas Eksekutif, 4 Petugas Kereta Biadab Perkosa Ibu di Gerbong Kereta

Foto : pixabay/geralt

Illustrasi kasus pemerkosaan terhadap wanita

A   A   A   Pengaturan Font

Seorang Ibu asal Pakistan, diperkosa secara bergilir oleh 4 pria di gerbong kereta api. Kejadian traumatis itu terjadi pada Jumat (27/5) pekan lalu di gerbong kereta Bahauddin Zakaria Express tujuan Karachi. Parahnya, tindakan asusila itu dilakukan oleh kondektur kereta dan 3 petugas lainnya.

Mulanya, ibu dua anak ini duduk di gerbong ekonomi. Ditengah perjalanan, datang seorang kondektur pengecek tiket dan 3 pegawai membujuk ibu tersebut untuk berpindah ke gerbong eksekutif.

Begitu masuk di gerbong ber-AC tersebut, 4 pria langsung menyerang dan memperkosa korban secara bergantian. Pelaku bahkan sempat mengancam korban apabila berteriak.

Setelah kereta berhenti di tujuan terakhir, korban langsung melaporkan kejadian tersebut kepada polisi kereta api. Setelah mendapat laporan tersebut, tim polisi langsung membentuk tim untuk menangkap para tersangka.

"Usai kejadian itu para tersangka mencoba melarikan diri ke daerah Punjab. Namun, pada keesokan harinya polisi berhasil menangkap dua pelaku, kemudian satu pelaku ditangkap pada hari berikutnya," kata Kepala Polisi Perkeretaapian, Faisal Shahkar seperti yang dilansir dari Dawn Pakistan.

Serangan horor itu telah memicu gelombang kemarahan dari masyarakat. Banyak dari mereka menyerukan hukuman gantung bagi pelaku pemerkosaan.

Pakistan menjadi negara dengan kasus pemerkosaan paling tinggi. Menurut data, jumlah perempuan yang diperkosa di Pakistan dalam empat tahun terakhir mencapai sekitar 14.000 orang yang artinya 11 kasus pemerkosaan per hari.

Berbagai elemen masyarakat mendesak pemerintah untuk memberikan hukuman berat bagi pelaku pemerkosaan guna menurunkan praktek kejahatan menyeramkan ini.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Padnya Meisra Diliana

Komentar

Komentar
()

Top