Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Intensifikasi Pertanian - Pemerintah Akelerasi Program Listrik Masuk ke Area Persawahan

Modernisasi Alsintan Terus Dipacu

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah perlu mendorong transisi dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT) di sektor pertanian. Selain mendorong upaya netralitas karbon, pemanfaatan EBT untuk mendukung modernisasi alat dan mesin pertanian (alsintan) akan menciptakan efisiensi dan efektifitas produksi.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) memgakselerasi program listrik masuk ke area persawahan demi memasok energi. Langkah itu dimaksudkan untuk mengoptimalkan pompanisasi dalam pengairan pertanian secara modernisasi dan mekanisasi.

"Untuk modernisasi alsintan diperlukan energi yang efektif dan efisien. Karena itu, sudah saatnya listrik masuk sawah. Kami mendorong percepatan listrik masuk persawahan," kata Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi dalam keterangan di Jakarta, Minggu (14/4).

Suwandi menuturkan berdasarkan berbagai pengalaman praktek lapangan dalam menggunakan energi untuk proses budi daya di sawah, petani merasakan lebih hemat menggunakan energi listrik, dibandingkan bahan bakar minyak, dan gas. "Sedangkan energi solarcell belum begitu meluas di petani," ucap Suwandi.

Dia menyampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman telah memberikan arahan agar mekanisasi pertanian diperlukan tenaga dan sumber energi yang lebih murah dan mudah didapat dari tenaga listrik.

"Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian, untuk mekanisasi ini diperlukan tenaga dan sumber energi yang lebih murah dan mudah didapat dari tenaga listrik, maka dikembangkan Listrik Masuk Sawah atau LMS dan beberapa daerah menyebut Program Gerakkan listrik Masuk Sawah (Gelisah)," Sambung Suwandi.

Lebih lanjut Suwandi memaparkan salah satu yang menjadi contoh yakni program listrik masuk sawah di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. "Program listrik masuk sawah yakni Kabupaten Ngawi mengembangkan sumur submersible lebih dari 17.000 unit dari swadaya petani dan bantuan untuk mengairi lahan kering tadah hujan sehingga bisa bertanam padi 3 kali setahun (IP300)," Paparnya.

Selain di Ngawi, Lanjut Suwandi program serupa juga juga dilakukan di Kabupaten Sragen, lebih dari 23.000 sumur submesible guna memompa air dari dalam tanah untuk mengairi lahan tadah hujan sehingga indeks pertanaman IP bisa ditingkatkan hingga IP300 bahkan IP400 lebih dari ribuan hektar. "Setiap titik sumur submersible bisa melayani 2-30 hektar dengan biaya dari 8-150 juta rupiah tergantung jenis ukuran pipa dan pompa, kedalaman sumur, dan lainnya," imbuhnya.

Terkait maraknya pembuatan jebakan tikus yang menggunakan aliran listrik, Suwandi dengan tegas mengimbau petani agar Listrik Masuk Sawah tidak digunakan untuk hal-hal yang membahayakan.

Efisiensi Biaya

Sementara itu, TAM Bidang Mekanisasi dan Alsintan PLN, Astu Unadi mengatakan penggunaan listrik untuk energi mesin pompa air jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar lain. Pasalnya, untuk penggunaan listrik bisa diatur secara otomatis.

"Mesin pompa bisa digerakkan oleh beberapa sumber tenaga, antara lain dengan dengan diesel. Dan umumnya mesin pompa lebih dari 8 house power jika diameter pipanya besar," kata Astu.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top