Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Misi Torehkan Sejarah

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Tottenham berusaha mencapai final pertama di kompetisi Eropa sejak Piala UEFA 1984.

LONDON - Mauricio Pochettino telah menantang Tottenham untuk merebut kesempatan menorehkan sejarah. Klub asal London itu akan berupaya membalikkan defisit 0-1 melawan Ajax di leg kedua semifinal Liga Champions, Kamis (9/5) dini hari WIB.

Pochettino yakin Tottenham masih bisa melaju ke final Liga Champions perdana mereka meski kalah pada leg pertama di London utara pekan lalu.

Banyak pengamat dan penggemar mengklaim Tottenham telah menghancurkan peluang mereka setelah gol Donny van de Beek memberi Ajax keunggulan jelang kedua tim bertemu di Amsterdam.

Tottenham menatap pertandingan terbesar mereka selama beberapa dekade dengan catatan buruk. Tim asuhan Pochettino kalah 0-1 dari Bournemouth pada Sabtu. Kekalahan itu nyaris menghentikan Spurs membungkus tempat di Liga Champions musim depan melalui finish empat besar di klasemen Liga Inggris.

Itu merupakan kekalahan ketiga beruntun di semua kompetisi untuk Tottenham dan mereka menyelesaikan laga dengan sembilan pemain setelah kartu merah untuk Son Heung-min dan Juan Foyth. Untungnya bagi Tottenham, mereka masih yakin untuk finis setidaknya pada posisi keempat setelah Arsenal dan Manchester United ditahan imbang pada hari Minggu.

Tottenham unggul tiga poin dari Arsenal yang berada di posisi kelima jelang pertandingan liga terakhir musim ini melawan Everton pada hari Minggu. Hasil imbang akan cukup untuk memastikan Tottenham kembali ke kompetisi klub elit Eropa.

Tetapi sebelum itu, Tottenham, yang berusaha mencapai final pertama di kompetisi Eropa sejak Piala UEFA 1984, harus fokus pada tantangan dari tim muda Ajax yang bersemangat.

Setelah menyingkirkan Real Madrid dan Juventus musim ini, Ajax menunjukkan potensi besar mereka melawan Tottenham di leg pertama. Klub asal Belanda itu seharusnya bisa menambah keunggulan setelah gol pembuka Van de Beek.

Tottenham sedikit membaik di babak kedua, tetapi sebagian besar tampak tumpul tanpa Son yang ditangguhkan dan pencetak gol terbanyak Harry Kane.

Pochettino akan memiliki Son kembali dari larangan bertandingnya untuk leg kedua. Pemain depan asal Korea Selatan itu seharusnya mampu memberi timnya tampilan yang jauh lebih dinamis.

Pochettino tetap optimistis meskipun frustrasi setelah kebobolan gol pemain Bournemouth Nathan Ake jelang laga usai. Pelatih Tottenham itu berharap sikap percaya dirinya menular kepada para pemainnya saat melawan Ajax.

"Kami akan menjalani dua laga final melawan Ajax dan Everton dan kami berada pada posisi yang baik di akhir musim," ujar Pochettino.

Era Baru Ajax

Ajax telah beberapa kali menorehkan sejarah, tapi kini klub asal Amsterdam itu tengah menatap era baru. Pelatih Erik ten Hag berada di jalur untuk membawa Ajax merebut treble winners pertama sejak era Johan Cruyff.

Pada hari Minggu lalu, tim asuhan Ten Hag mengalahkan Willem II 4-0 untuk memenangkan Piala Belanda. Pertarungan dengan PSV Eindhoven untuk mendapatkan gelar Eredivisie dimulai lagi akhir pekan ini. Pada saat bersamaan Ajax juga bisa lolos ke final Liga Champions pertama mereka sejak 1996.

Dengan bintang-bintang muda seperti Matthijs de Ligt, Frenkie de Jong dan Donny van de Beek, Ajax mengalahkan Real Madrid dan Juventus. Para pemain itu telah mendominasi pemberitaan. Tapi pekerjaan yang dilakukan oleh Ten Hag yang berusia 49 tahun aadalah luar biasa.

Gaya bermain Ten Hag membuatnya dibandingkan dengan Pep Guardiola. "Ketika kami kehilangan bola, kami harus segera mendapatkannya kembali," ujar kiper Ajax Andre Onana. ben/AFP/S-1

Penulis : Benny Mudesta Putra, AFP

Komentar

Komentar
()

Top