Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Miris! Media Asing Soroti Kelalaian dan Aksi Anarkis Suporter Bola Indonesia Atas Kematian Nahas Dua Bobotoh

Foto : AFP/Timur Matahari

Ilustrasi suporter Persib Bandung.

A   A   A   Pengaturan Font

Kematian dua suporter sepak bola dalam laga Persebaya Surabaya vs Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada 17 Juni 2022 lalu kembali menjadi sorotan.

Ialah CNA media Asia berbasis di Singapura yang kembali mengulik kematian Ahmad Solihin dan Sopiana Yusup ketika berdesak-desakan dengan ribuan penggemar lain kala menyaksikan laga.

Keduanya termasuk di antara 78 orang yang tewas dalam kecelakaan terkait sepak bola di Indonesia dalam 28 tahun terakhir, seperti yang diutarakan Save Our Soccer (SOS), sebuah komunitas pengawas sepak bola berbasis di Jakarta kepada CNA. Adapun mayoritas kematian dikarenakan perkelahian antara pendukung klub yang berbeda.

Kematian Ahmad Solihin dan Sopiana Yusup sendiri disinyalir karena kelebihan penonton. Pasalnya, stadion yang seharusnya menampung sekitar 15.000 penonton sehubungan dengan protokol Covid-19, itu justru kedatangan 40.000 orang.

Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pernyataan yang dikeluarkan pada 23 Juni silam, mencatat bahwa penyelenggara pertandingan tidak mengantisipasi kerumunan besar. Orang-orang tanpa tiket berhasil memasuki stadion.

"Ada kekurangan informasi yang diberikan kepada suporter Persib tentang kuota tiket masuk 15.066. Oleh karena itu, suporter Persib terus berdatangan ke stadion melebihi jumlah tiket yang tersedia," bunyi keterangan PSSI.

Namun, investigasi CNA menuturkan banyak analis dan pemangku kepentingan yang percaya bahwa tindakan tersebut terlalu lunak dan pihak berwenang tidak menganggap serius masalah tersebut.

Koordinator SOS Akmal Marhali, yang diwawancarai CNA mengatakan kecelakaan maut terus terjadi karena setiap terjadi kecelakaan, tindakan yang diambil terbatas dan hukumannya terlalu ringan.

"Tidak ada solusi berbasis hukum, jadi tidak ada efek jera dan tidak meningkatkan kesadaran di kalangan pendukung," kata Marhali.

Dirinya juga menyoroti tidak adanya edukasi mengenai peraturan keselamatan dan peraturan asosiasi sepak bola internasional sehingga para suporter tidak memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk melindungi diri mereka sendiri.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Dosen olahraga Institut Teknologi Bandung Tommy Apriantono kepada CNA.

"Penyelenggara, aparat keamanan dan pendukung perlu evaluasi bersama dan ini harus menjadi tanggung jawab pemerintah. Kemenpora harus menjadi penggerak utama karena ini lintas sektoral," ujarnya.

Sosok yang akrab disapa Apriantono itu menuturkan pentingnya peran psikolog dan sosiolog untuk mengedukasi para suporter karena pemahaman mereka akan pemikiran dan motivasi para pendukung.

"Karakteristik suporter Persib dan Persebaya memang berbeda, tapi ada kesamaan yaitu fanatisme total. Mereka siap bertarung (untuk tim mereka)," ujarnya.

Sementara, analis olahraga Anton Sanjoyo menambahkan bahwa masalah tiket pertandingan palsu sudah berlangsung lama karena tidak ada sistem yang tepat untuk mengatur itu.

"Ada banyak tiket palsu. Mungkin setengah dari mereka yang muncul (di pertandingan) memiliki tiket palsu … Apalagi sekarang tiket dijual secara online, mudah untuk membuat tiket palsu karena kami tidak memiliki sistem tiket yang aman," jelasnya kepada CNA.

Pada sisi lain, penjabat Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Jonni Mardizal mengatakan kepada CNA bahwa telah ada upaya serius dari kementerian untuk mengatasi masalah tersebut.

Ia menuturkan pihaknya selalu mengadakan pertemuan dengan berbagai pemangku kepentingan tentang keselamatan dan masalah lainnya sebelum setiap pertandingan.

"Jadi ada langkah-langkah mitigasi, kita ingatkan semua untuk mengikuti aturan," kata Mardizal.

"Jika sesuatu terjadi, itu di luar kemampuan kami. Mungkin di lapangan, terlalu banyak pendukung. Karena itu, jumlah petugas keamanan melebihi jumlah mereka," tambahnya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top