Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Minyak Goreng, Masih Tetap "Langka" dan Mahal

Foto : ANTARA/Adeng Bustomi

Pekerja menggoreng sale pisang di Cijengjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (5/1). Pelaku usaha makanan tradisional tersebut mengeluhkan naiknya harga minyak goreng.

A   A   A   Pengaturan Font

Intervensi pemerintah sangat dibutuhkan untuk menstabilkan harga pangan yang melonjak melebihi harga eceran tertinggi (HET) atau harga acuan penjualan (HAP) yang ditetapkan, salah satunya harga minyak goreng. Kondisi seperti ini menjadi ironi yang terjadi setiap tahun dan masyarakatlah yang paling besar terkena dampaknya.

Perlu intervensi karena harga minyak goreng sudah melambung tinggi sejak awal November tahun lalu. Sampai saat ini, selain harga yang melambung, barangnya pun sudah didapatkan atau langka.

Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, sebelumnya menyampaikan bahwa pemerintah mengambil kebijakan untuk menyediakan minyak goreng bagi masyarakat dengan harga 14 ribu rupiah per liter sebagai langkah intervensi stabilisasi harga di pasaran.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, harga minyak goreng kemasan sederhana rata-rata secara nasional berada di kisaran 20 ribu rupiah.

Berdasarkan penelusuran Koran Jakarta, kelangkaan minyak goreng terjadi di sejumlah pasar Jakarta. Salah satunya di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Di Pasar Kramat Jati, stok minyak goreng sudah menipis, bahkan kelangkaan mulai terjadi. Hal ini membuat para pedagang sembako mulai menjerit karena sudah susah untuk mendapatkan minyak goreng.

"Stok minyak goreng susah dicari Mas, dan sudah mulai langka kami dapatkan dari distributor," kata pedagang sembako, Nurhamid (46), saat ditemui di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (9/1).

Nurhamid mengatakan untuk harga jual minyak goreng masih tinggi dan belum ada penurunan sejak bulan Desember 2021 kemarin. "Sekarang ini harga minyak goreng curah harganya 20 ribu per liter untuk ukuran 500 mililiter. Untuk harga minyak goreng Bimoli sebesar 30 ribu untuk ukuran 500 mililiter," ujar Nurhamid.

Hal senada juga disampaikan Asep (39). "Harga minyak goreng merek Bimoli seharga 39 ribu per dua liter," jelasnya.

Sementara itu, pengamatan di Pasar Senen, Jakarta Pusat, harga minyak goreng merek Tropika yang semula harganya 28 ribu, naik menjadi 38 ribu rupiah per dua liter. Begitu pula minyak goreng merek Mitra yang awalnya 26 ribu rupiah per kilo, naik menjadi 37 ribu per kilonya.

"Untuk harga minyak goreng merek Fitri, awalnya 26 ribu per kilo, saat ini naik 37 ribu rupiah per kilonya. Sedangkan harga minyak goreng merek Bimoli di banderol 40 ribu per kilo, semula harganya cuma 35 ribu perdua liter," kata Henri, pedagang sembako di Pasar Senen.

Hendri mengatakan kenaikan harga minyak goreng sebenarnya sudah terjadi sejak awal Desember lalu. Bahkan, di tempat lain, pedagang sudah ada yang menjual hingga 40-50 ribu per dua liter. "Naik harga minyak sebenarnya sudah sejak awal Desember lalu, Mas," ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan pedagang sembako Eni. Dia mengungkapkan kenaikan harga minyak juga terjadi pada minyak goreng curah yang awalnya hanya 12 ribu per kilo naik menjadi 21 ribu rupiah per kilo. "Sedangkan harga minyak goreng refil (isi ulang) mulanya di banderol 12 ribu rupiah per liter, naik jadi 20 ribu rupiah per liter," tutur Eni.

Sementara itu, pedagang minyak di Pasar Koja, Imam (60), menyatakan kelangkaan minyak goreng curah terjadi karena adanya rencana pemerintah melarang penjualannya di pasar. "Kalau (minyak goreng curah) ini kan bisa dibeli setengah, beli sekilo atau seperempat kan bisa. Bisa mengecer lah begitu, sedikit-sedikit," kata Iman.

Menurut Imam, sejak adanya rencana melarang penjualan, stok minyak curah yang dijual oleh agen menjadi tidak menentu. "Tidak menentu stoknya, kadang sehari ada, sehari dua hari lagi enggak ada. Ini sudah dua hari enggak ada stok baru (minyak curah). Dua hari kemarin ada, tapi kalau sekarang enggak ada. Ya agen begitu sih, saya beli kan agen," kata Iman.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan mengadakan operasi pasar minyak goreng untuk meredam kenaikan harga sejak beberapa bulan menjelang akhir tahun 2021 hingga awal 2022. "Bersama-sama dengan dinas, dalam waktu dekat akan ada operasi pasar," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta, Suharini Eliawati.

Namun, dia belum memberikan rincian jumlah minyak goreng yang dialokasikan dalam operasi pasar bersama BUMD bidang pangan DKI. Ia juga belum dapat memastikan berapa persen harga bisa ditekan dari pelaksanaan operasi pasar yang jadwalnya juga masih belum diinformasikan lebih lanjut. "Seberapa besar pengaruhnya, pasti ada berpengaruh, tapi angka berapa saya tidak mengikuti, kami tidak melakukan kajian," katanya.

Stabilkan Harga

Dinas KPKP DKI Jakarta akan memberikan sanksi kepada pihak yang sengaja menjual minyak goreng di atas harga eceran tertinggi (HET) 14 ribu rupiah per liter. "Itu kriminal loh kalau enggak salah. Waktu itu sampai ada yang kena pidana," kata Kepala Dinas KPKP DKI, Suharini Eliawati.

Eli mengatakan pemberian sanksi bila ditemukan adanya pelanggaran saat operasi pasar. Namun, pada Satuan Tugas Pangan yang memang dibentuk khusus untuk mengawasi kestabilan harga di pasaran.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top