Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Minim Digitalisasi, Industri Batu Bara Indonesia Hadapi Tantangan Besar

Foto : Paul Ratje/AFP

Ilustrasi industri pertambangan.

A   A   A   Pengaturan Font

Indonesia telah menjadi negara yang terkenal akan hasil tambangnya. Dunia pertambangan di negara ini bahkan telah menorehkan profil yang luar biasa. Kondisi tektonik dan geologi yang sempurna membawa Indonesia menjadi salah satu produsen komoditas pertambangan terbesar di dunia. Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia menempati peringkat ke-6 sebagai negara yang kaya akan sumber daya tambang.

Indonesia bahkan menempati peringkat ketiga sebagai produsen batu bara terbesar di dunia. Mengutip BP Statistical Review 2021, Indonesia berhasil mengalahkan Amerika Serikat dengan jumlah produksi batu bara yang mencapai 565,69 juta ton pada 2020. Padahal, Indonesia hanya menduduki peringkat ketujuh dengan cadangan terbesar di dunia, yakni sekitar 34,87 miliar ton hingga akhir 2020.

Sejak 2016, produksi batu bara di Indonesia juga terus terus mengalami peningkatan, kecuali pada 2020 sebagai imbas dari pandemi Covid-19. Minerba One Data Indonesia (MODI) Direktorat Jenderal Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi batu bara pada 2021 bahkan mencapai 610,03 juta ton, naik tiga kali lipat dari jumlah produksi pada 2014 silam. Sementara tahun ini, Indonesia menargetkan produksi batu bara hingga 663 juta ton dengan nilai mencapai 53 miliar dolar AS.

Pada skala daerah, Sumatera Selatan (Sumsel) juga memiliki potensi pertambangan yang tak kalah menarik. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel menuturkan produksi batu bara di provinsi seluas 92 ribu kilometer persegi itu mencapai 50 juta ton pada 2021. Jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak satu juta ton dibandingkan jumlah produksi pada tahun sebelumnya. Komoditas "emas hitam" itu bahkan digandrungi pasar internasional, di mana 46 juta ton dari total produksi di jual baik ke pasar domestik dan ekspor. Dinas ESDM Sumsel, bahkan memperkirakan produksi batu bara di wilayah itu akan meningkat dibandingkan tahun lalu.

Sayangnya, distribusi batu bara di Sumsel masih terkendala dengan jalur logistik untuk mengangkut batu bara dari areal penambangan ke pelabuhan sungai. Hal ini terjadi lantaran Sebagian besar kegiatan pertambangan Sumsel dilakukan di Lahat, Tanjung Enim dan Musi Rawas Utara, yang berjarak 130 kilometer dari pelabuhan sungai di Lalan, Musi Banyuasin. Kendala inilah yang membuat pemerintah terus mendorong upaya hilirisasi batu bara karena Sumsel digadang-gadang memiliki kandungan batu bara sebanyak 22 miliar ton yang tak habis dalam 100 tahun ke depan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Fandi
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top