Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

MIND ID Perkuat Asean Jadi Sentra Pengembangan Kendaraan Listrik Global

Foto : Istimewa.

Ilistrasi - Logo Mind Id

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Rencana Holding BUMN Pertambangan MIND ID membangun pabrik baterai kendaraan listrik berkapasitas 15 Giga Watt (GW) pada 2027 menjadi momentum bagi Asean menjadi sentra pengembangan kendaraan listrik global.

KTT ke-43 Asean yang baru saja digelar pada 5-7 September lalu di Jakarta setidaknya menjadi ajang untuk menyatukan gagasan semua pemimpin di Asia Tenggara untuk menjadikan kawasan ini menjadi epicentrum of growth, khususnya bagi pengembangan kendaraan listrik.

Asean bisa menjadi sentra pengembangan kendaraan listrik global jika semua negara anggota saling integrasi, terlebih lagi dengan rencana MIND ID tersebut. Sekiranya bisa dikawinkan dengan potensi yang dimiliki oleh negara negara di Asean lainnya.

"Selama ini, potensi tersebut belum dioptimalkan sehingga transisi energi terlalu bergantung pada Tiongkok dan Barat," ucap Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudisthira kepada Koran Jakarta, Kamis (14/9).

Sesama negara Asean sebetulnya bisa menempatkan diri sebagai basis produksi kendaraan listrik yang penting dalam rantai pasok global. Itu terwujud apabila antaranegara Asean saling terintegrasi dalam pengembangan kendaraan listrik di kawasan.

Bhima mencontohkan Vietnam memiliki industri perakitan sendiri dan mobil nasional VinFast untuk kendaraan listrik. Kemudian, ada juga Malaysia dan Thailand yang sudah lama bergelut di sektor otomotif, sementara untuk produksi baterai kendaraan listrik bisa dari Indonesia melalui pabrik MIND ID.

Indonesia mempunyai nikel bisa menjadi satu integrasi rantai pasok. Karenanya, antarnegara Asean sendiri bisa saling melengkapi tanpa harus bergantung pada Tiongkok ataupun negara Barat terkait pembiayaan.

Indonesia dan negara lain Asean harus mempunyai keberpihakan secara jelas terkait menguatnya konflik di laut Tiongkok Selatan setelah Tiongkok mengeluarkan peta sendiri yang bisa menambah ketegangan di kawasan tersebut.

"Indonesia harus punya balance of power juga. Jangan cepat tergoda oleh Tiongkok soal hilirisasi, nilai tambahnya banyak ke mereka, begitu juga soal pinjaman. Balance of power itu tidak berarti harus dekat ke Barat tetapi lebih dekat lagi terhadap negara negara Intra Asean," jelas Bhima.

Arah Asean merupakan center of growth maka harus bebas aktif, terutama tidak menjadi proxy dari kepentingan negara negara Barat versus Tiongkok dan Russia atau kepentingan kepentingan yang membuat kekacauan pada kerja sama di Asean. Indonesia mesti konsen para perdagangan di dalam kawasan

Dalam gelaran KTT ke-43 Asean, Presiden Joko Widodo mengatakan kesatuan dan sentralitas Asean merupakan kunci utama untuk menghadapi besarnya tantangan dunia pada saat ini. Untuk itu, Presiden Jokowi mendorong agar Asean bekerja lebih keras dan kompak menuju arah Asean sebagai pusat pertumbuhan.

Strategi Taktis

Selain itu, Presiden Jokowi juga mengatakan Asean butuh strategi taktis jangka panjang yang relevan dan sesuai harapan rakyat. Strategi tersebut tidak hanya untuk 5 tahun ke depan, tapi 20 tahun ke depan sampai 2045. "Saya mengapresiasi dukungan negara anggota Asean dalam pembahasan Asean Concord IV," imbuhnya.

Proyek pabrik baterai kendaraan listrik ini diperkirama membutuhkan investasi sebesar 12 miliar dollar AS atau 183 triliun rupiah. Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menyebutkan pihaknya berupaya menggandeng perusahaan asal China, CATL melalui PT Aneka Tambang (Antam) untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik di tanah air.

"Rencananya 15 GW sampai 2027. (Kebutuhan investasi) 12 miliar dollar AS,"ucap Hendi Prio. Jika itu terwujud maka MIND atau Indonesia ikut berkontribusi besar menjadikan Asean sebagai sentra pengembangan kendaraan listrik global.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top