Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan - Pertanian Harus Bisa Menjadi Industri yang Berkelanjutan

Mesti Ada Program Prioritas Bangun Pertanian Modern

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

>>Sektor pertanian adalah kesatuan sistem yang utuh dengan subsistem yang tidak terpisahkan.

>>Dampak langsung peningkatan produktivitas adalah peningkatan pendapatan petani.

JAKARTA - Peran pemerintah sangat penting bagi berkembangnya sektor pertanian. Untuk itu, pemerintah mesti mempunyai visi yang jauh ke depan sehingga pembangunan pertanian berkelanjutan serta menghasilkan produk pangan yang berdaya saing tinggi.

Pemerintah juga harus mempunyai program prioritas pembangunan pertanian modern agar terbangun masyarakat tani yang berkualitas.

Terpenting lagi, Indonesia mesti mempunyai target mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan. "Kata kuncinya adalah visi yang ditopang oleh kesungguhan program jangka panjang dan modal besar. J

adi, pemerintah mesti fokus memberdayakan pertanian dalam negeri dan hasilnya untuk kepentingan sendiri, bukan mengandalkan impor," kata Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, Dwijono Hadi Darwanto, saat dihubungi, Senin (23/8).

Dwijono menegaskan, pada intinya sektor pertanian seharusnya diperlakukan sebagai satu kesatuan sistem yang utuh dan kokoh dengan subsistem yang tidak terpisahkan.

Secara harafiah dapat diartikan bahwa pengembangan pertanian ke depan hendaknya tidak lagi bersifat parsial, karena pertanian merupakan satu kesatuan sistem yang meliputi subsistem hulu, on-farm, dan hilir.

"Bayangkan jika kebijakan pengucuran dana APBN untuk membuat bendungan dan irigasi tidak nyambung dengan kebijakan perdagangan pangan yang berpihak pada importir," paparnya.

Dia membenarkan perlu ada rancangan kebijakan ekonomi yang integratif untuk mendukung pengembangan pertanian di masa depan.

Kebijakan di subsistem hulu, seperti pengembangan industri input pertanian dan bidang pertanahan hendaknya mendukung upaya pengembangan produksi pertanian domestik.

Menurutnya, kebijakan pembangunan pertanian hendaknya berorientasi pada peningkatan kuantitas dan kualitas produk yang dapat memenuhi kebutuhan agroindustri dan agroniaga, dengan memperhatikan upaya perbaikan lingkungan pendukung usaha pertanian.

"Agroindustri harus nyambung dengan agroniaga, jadi semua memang tidak bisa sepotong-potong," tandasnya.

Sebelumnya, pengamat ekonomi dari Universitas Brawijaya Malang, Adi Susilo, menyatakan pemerintah semestinya menyadari bahwa sektor pertanian yang pelakunya mayoritas masyarakat Indonesia adalah kunci dari pertumbuhan ekonomi yang sesungguhnya.

"Penelitian Bank Dunia membuktikan hal itu dan hendaknya pemerintah tidak menundanunda lagi dalam membuat kebijakan serta program nyata yang berpihak pada masyarakat desa dan sektor pertanian," kata Adi.

Seperti diketahui, di dalam studi yang dibuat International Finance Corporation (World Bank Group), 2012,

menyebutkan investasi pada pertanian memberikan landasan kuat bagi orang-orang untuk keluar dari kemiskinan melalui hubungan transmisi langsung dan tidak langsung mengingat sebagian besar orang miskin masih terlibat dalam kegiatan ini, khususnya di daerah perdesaan.

Selain itu, dampak langsung dari peningkatan produktivitas pertanian adalah peningkatan pendapatan pertanian dan penawaran agregat.

Efek pengurangan kemiskinan berikutnya adalah keterandalan produk yang akan menentukan partisipasi petani kecil dan rumah tangga miskin dalam produksi. Bank Dunia menyatakan setiap 1 persen pertumbuhan pertanian mampu menurunkan 0,6 sampai 1,2 persen kemiskinan.

Konsolidasi Lahan

Pengamat pertanian Indef, Rusli Abdullah, mengatakan terdapat empat persoalan mendasar yang musti dicarikan jalan keluar agar pertanian unggul dan berkelanjutan.

Persoalan itu adalah efektivitas anggaran, lahan yang menyempit, penguasaan teknologi, dan produktif rendah. "Sekarang ini rata-rata kepemilihan lahan petani kurang dari 0,5 hektare.

Itu yang menjadikan daya saing kita juga rendah," kata Rusli. Dia melanjutkan, untuk lahan yang sempit solusinya adalah reformasi agraria. Meski pemerintah tengah menjalankan program ini, tapi belum menyentuh reformasi di bidang agraria.

Rusli mengusulkan perlunya konsolidasi lahan. "Lahan petani bisa digarap oleh kelompok tani," katanya. Selanjutnya, masalah penguasaan teknologi sudah semestinya digunakan oleh para petani.

Sebab, modernisasi akan meningkatkan efisiensi serta produktivitas. "Penggunaan alat pertanian yang canggih memang akan menggerus tenaga kerja.

Namun, solusinya mereka bisa dipekerjakan pada pengolahan pascapanen, sehingga sektor pertanian benar-benar menjadi industri yang berkelanjutan," papar Rusli. YK/ahm/AR-2

Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top