Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Meski Juara, Internal PSG Tak Kondusif

Foto : PATRICK HERTZOG / AFP

PSG Fokus Menatap Masa Depan I Penyerang Paris Saint-Germain (PSG), Lionel Messi (tengah) merayakan gol dengan rekan setimnya saat pertandingan Ligue 1 Prancis antara Strasbourg Alsace melawan PSG di Stade de la Meinau, Strasbourg, Prancis, Sabtu (27/5). PSG telah menyelesaikan tugas mempertahankan gelar Ligue 1, tapi secara internal tidak kondusif. Mereka kini akan fokus menatap masa depan, membangun kembali tim.

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Paris Saint-Germain telah menyelesaikan tugas mempertahankan gelar Ligue 1, tapi secara internal tidak kondusif. Mereka kini akan fokus menatap masa depan, membangun kembali tim. Perubahan besar diperlukan agar klub milik investor asal Qatar itu mampu bersaing di level atas kompetisi Eropa.

Kemenangan ke-11 PSG di Liga Prancis atau yang kesembilan dalam 11 tahun terakhir berhasil diraih meskipun tim asuhan Christophe Galtier kalah dalam enam pertandingan sepanjang tahun 2023. Sementara itu, pesaing terdekat, Lens, mendapat sebagian besar pujian. "Ini bukan musim terbaik kami, tetapi masih bagus," ujar kapten PSG, Marquinhos, baru-baru ini.

Capaian PSG sebagian besar telah dilupakan, mengingat mereka tereliminasi di babak 16 besar Liga Champions di tangan Bayern Munich. Meski demikian, PSG luar biasa di awal musim. Mereka tak terkalahkan sebelum Piala Dunia, ketika Kylian Mbappe, Lionel Messi, dan Neymar tampil impresif jelang berangkat ke Qatar.

Namun, hasil yang diraih usai Piala Dunia sangat mengecewakan karena beberapa situasi yang dramatis. Neymar kembali mengalami cedera, sementara Messi diskors karena absen latihan setelah melakukan perjalanan ilegal ke Arab Saudi. Suasana di sekitar klub dalam beberapa pekan terakhir terlihat tidak kondusif.

"Ketika kami evaluasi, harus menganalisis paruh pertama musim dan keadaan para pemain ketika kembali dari Piala Dunia," ujar Galtier pekan lalu.

"Saya mengerti kekecewaan para pendukung. Ini adalah musim yang sangat aneh," sambungnya. Pekerjaan sebagai pelatih PSG terkadang terlihat terlalu rumit untuk Galtier. Dia bergabung tahun lalu setelah keputusan Mbappe untuk menolak Real Madrid dan menandatangani kontrak baru berdurasi tiga tahun.

Mbappe yang mencetak 40 gol musim ini, mungkin bertanya-tanya sekarang apakah membuat pilihan yang tepat. Spekulasi tentang masa depannya akan segera muncul lagi. Menurut laporan, kontrak pemain berusia 24 tahun itu akan habis tahun depan, kecuali menggunakan opsi untuk bertahan hingga 2025. PSG sekarang harus berusaha membangun tim kembali dengan Mbappe sebagai titik fokus lebih dari sebelumnya.

Messi yang menua dan habis kontrak diperkirakan akan hengkang. Neymar yang secara fisik lemah, sekarang berusia 31 tahun dan tidak bisa diandalkan. Semua mata akan tertuju pada apa yang dilakukan Luis Campos, pencari bakat PSG asal Portugal, di bursa transfer. Dia dibatasi oleh aturan Financial Fair Play UEFA karena fakta bahwa PSG memiliki sejumlah pemain yang tidak diizinkan memiliki kontrak besar akan kembali setelah satu musim dengan status pinjaman.

Banyak yang telah dilakukan untuk fokus pada pemain muda yang berasal dari wilayah Paris. PSG telah melakukan keputusan yang kurang tepat membiarkan begitu banyak pemain berbakat pergi dalam beberapa tahun terakhir, Kingsley Coman dan Adrien Rabiot hingga Moussa Diaby, Christopher Nkunku, dan Mike Maignan.

Trofi Liga Champions masih sulit diraih. PSG telah tersingkir di babak 16 besar lima kali dalam tujuh musim dan secara teratur gagal di saat genting. "Banyak tim yang ingin melaju jauh, tapi hanya satu yang bisa melakukannya," ujar Galtier. Untuk memenangkan Liga Champions, atau untuk memberi diri kesempatan, PSG harus berada dalam performa terbaik di bulan Februari-Maret dan tidak melakukannya.

PSG telah mengalami situasi seperti saat ini sebelumnya. Nasser al-Khelaifi, Presiden Klub sejak tahun 2011, pasti tidak akan melakukan kesalahan untuk pembangunan kembali tim. Ketertarikan investor asal Qatar untuk membeli Manchester United, melalui Sheikh Jassim bin Hamad Al Thani, menimbulkan pertanyaan tentang potensi dampaknya terhadap PSG.

Sementara itu, upaya pemilik klub untuk membeli Stadion Parc des Princes terus menerus gagal. Kondisi itu meningkatkan kemungkinan PSG pindah ke Stade de France yang lebih besar.

Ganti Pelatih

Semua itu berarti banyak ketidakpastian tentang masa depan. Meski demikian, Galtier setidaknya tahu bahwa masa depannya mungkin ada di tempat lain. Dia diselidiki atas tuduhan membuat pernyataan rasis dan diskriminatif kepada para pemain saat bertugas di Nice musim lalu. Dia sudah bantah, tapi membuat posisi Galtier goyah.

Seorang pelatih baru yang lebih dihormati di ruang ganti diperlukan. Jose Mourinho serta Luis Enrique telah dikaitkan dengan pekerjaan sebagai pelatih PSG. Dengan PSG mengalami kemunduran dalam dua tahun saat bersama dengan Messi, masih harus dilihat apakah pembangunan tim kembali akan berhasil. ben/AFP/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Benny Mudesta Putra, AFP

Komentar

Komentar
()

Top