Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Meski Ditolak, UAS Bilang Tidak Akan Berhenti Berkunjung ke Singapura

Foto : wikipedia

Ustaz Abdul Somad.

A   A   A   Pengaturan Font

SINGAPURA- Ulama Indonesia yang ditolak masuk ke Singapura, Ustaz Abdul Somad, pada Miinggu (16/5) mengatakan tidak akan berhenti berkunjung ke Singapura. Dia menggambarkan Singapura sebagai tanah Melayu yang sama dengan Riau, daerah asalnya. Channel News Asia (CNA) melaporkan, Sabtu (21/5).

Dalam sebuah video Youtube pada Rabu (18/5), Abdul Somad Batubara atau dikenal dengan sebutan UAS mengatakan masyarakat Riau melihat Singapura sebagai bagian dari daerahnya karena Singapura merupakan bagian dari kerajaan Melayu Temasek.

"Kalau bilang saya capek pergi ke Singapura, sama saja dengan bilang, saya capek pergi ke Minangkabau. Karena Singapura adalah tanah Melayu. Nenek saya punya abang, anak, dan cucu yang tinggal di Singapura," katanya.

UAS mengatakan, maksudnya berkunjung ke Singapura belum lama ini adalah untuk mengenalkan isteri dan anak-anaknya ke leluhurnya.

UAS dan enam orang yang pergi bersamanya tiba di Terminal Feri Tanah Merah pada Minggu (16/5). Mereka dipulangkan kembali ke Batam dengan menggunakan kapal feri pada hari yang sama.

Kementerian Dalam Negeri Singapura mengatakan UAS diketahui dalam dakwahnya kerap memberikan ajaran-ajaran "ekstremis dan segregasionis" yang tidak dapat diterima di msayarakat Singapura yang multiras dan multiagama.

"Contohnya, Somad berdakwah bahwa bom bunuh diri dibenarkan dalam konteks konflik Israel-Palestina dan dianggap sebagai operasi martir," kata Kemendagri Singapura.

"Dia juga membuat komentar-komentar merendahkan anggota komunitas keagamaan lain, seperti Kristiani dengan menggambarkan salib sebagai tempat tinggal 'jin kafir'."

Pada Jumat ((20/5), pendemo berkumpul di Kedutaan Besar Singapura di Jakarta dan Kantor Konsulat Jenderal Singapura di Medan. Mereka menentang keputusan Singapura yang menolak Somad masuk ke negara tersebut.

Pendemo di Jakarta yang merupakan anggota Pembela Ideologi Syariah Islam (Perisai ) menuntut Kedubes Singapura memberikan klarifikasi atas insiden tersebut dan meminta maaf secara terbuka.

Kelompok ini juga menyerukan Dubes Singapura untuk meninggalkan Indonesia.

Di Medan, pendemo berkumpul di sebuah masjid dan berjalan ke Kantor Konsulat Jenderal Singapura, menuntut Singapura bertanggung jawab atas "pendeportasian" Somad.

Beberapa orang membawa poster dan banner berisi pesan seperti: "Boikot Produk Singapura" dan "Usir Dubes Singapura".

Perwakilan dari kelompok tersebut mengatakan, keputusan Singapura telah melukai perasaan umat muslim dan mempengaruhi kedaulatan Indonesia.

Menjawab pertanyaan CNA, seorang pejabat senior Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Indonesia mengatakan pada Rabu, bahwa Singapura mengambil keputusan tersebut karena pandangan, sikap, dan ajaran yang eksklusif dan intoleran merupakan dasar dari paham radikalisme.

"Saya melihat ini sebagai pelajaran penting bagi Indonesia untuk juga berhati-hati terhadap pandangan, pemahaman, dan ideologi radikal yang dilarang yang dapat mengarah ke tindakan teror dan kekerasan," kata Brigjen Ahmad Nurwahid, Direktur Pencegahan Terorisme di BNPT.

Dia menambahkan, "Pemerintah termasuk BNPT menghormati setiap kebijakan yang diambil oleh negara lain. Tidak ada upaya untuk mengintervensi terkait penolakan kedatangan Ustaz Abdul Somad dan rombongannya."

CNA mengetahui bahwa pemerintah Indonesia telah menegaskan kembali hak kedaulatan Singapura untuk memutuskan siapa yang boleh memasuki wilayahnya. Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryopratomo mengatakan pada 19 Mei, pemerintah Indonesia "tidak dapat mengintervensi" keputusan Singapura.

Dia meminta rakyat Indonesia memahami bahwa dalam hubungan internasional, hak untuk masuk ke sebuah negara ditentukan oleh negara penerima. Dengan demikian, "tidak ada dasar bagi Singapura untuk meminta maaf".

UAS sebelumnya juga pernah dicegah saat memasuki sejumlah negara. Seperti pada 2018, dia dicegah masuk ke Timor Leste oleh pejabat bandara dikarenakan pertimbangan terkait terorisme.

Pada 2018, UAS mencoba mengunjungi Belanda transit melalui Swiss. Namun ditolak oleh pejabat imigrasi Swiss dengan alasan tidak memiliki dokumen yang diperlukan untuk memasuki area Schengen. Dia juga ditolak masuk ke Jerman pada 2019 saat ingin singgah sebentar di sana.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : CNA

Komentar

Komentar
()

Top