![Mereduksi Disparitas](https://koran-jakarta.com/images/article/php0oqblv_resized.jpg)
Mereduksi Disparitas
![Mereduksi Disparitas](https://koran-jakarta.com/images/article/php0oqblv_resized.jpg)
Perjalanan ekonomi Indonesia menunjukkan tren relatif positif pasca krisis moneter 1997. Namun sayangnya, peningkatan itu tidak diiringi dengan penyempitan jurang ketimpangan. Koefisien gini, skala pengukur ketimpangan terus meningkat dari tahun ke tahun. Per September 2016, koefisien gini bertengger di angka 0,394. Rasio antara 0,4- 0,5 masih dianggap sebagai ketimpangan kategori sedang. Data ini menunjukkan bahwa tren positif ekonomi Indonesia hanya ternikmati oleh kalangan elite dan penguasa belaka.
Menurut laporan Bank Dunia, hanya 20 persen orang Indonesia yang diuntungkan dari pertumbuhan ekonomi selama satu dekade terakhir. Sementara itu, 80 persen sisanya 205 juta orang masih tertinggal dalam arena keterpurukan. Jumlah miliuner di Indonesia meningkat dari 1 orang (2002) menjadi 20 orang (2016). Kelompok milyarder ini meraup dua pertiga hasil kekayaannya dari praktik bisnis kronisme, yang dimungkinkan karena kedekatan dengan penguasa.
Maka tak perlu heran, Crony Capitalism Index Indonesia bertengger diperingkat ketujuh dunia. Para miliarder dan kalangan elite ini sama sekali tidak peduli dengan terus merebaknya ketimpangan. Sekalipun mereka merasa khawatir juga akhirnya. Orang-orang kaya di Indonesia merasa lebih aman menyimpan dananya di luar negeri.Itulah solusinya menurut mereka. Jadi suatu waktu, bila nantinya kaum yang hidup dalam jerat kemiskinan sebanyak 27,76 juta jiwa itu mencapai klimaks kemarahannya, mereka tinggal landas meninggalkan Indonesia.
Kian waktu, disparitas menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Untuk itu pemerintah harus segera mereduksi ketimpangan. Dengan intinya memerhatikan dan mengatasi faktor-faktor utama yang penyebab ketimpangan, antara lain ketimpangan peluang, ketimpangan pasar kerja, serta pembagian atau konsentrasi kekayaan. Saatnya kekuasaan digunakan untuk kepentingan rakyat banyak, tidak hanya segelintir orang berkepentingan belaka.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya