Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Merdeka dari Pneumonia

A   A   A   Pengaturan Font

Anak Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Selain kondisi stunting yang masih membelenggu hak mereka untuk tumbuh sehat, sebagian anak Indonesia juga masih rentan terkena penyakit yang seharusnya bisa dicegah. Pneumonia - pembunuh balita tertinggi kedua di negara ini masih mengancam anak-anak balita .

Pneumonia adalah infeksi akut sistem pernapasan bawah yang disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme mikro lainnya.

Pneumonia pada balita ditandai dengan gejala batuk, nafas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, dan gambaran radiologi foto thoraks atau dada menunjukkan infiltrasi paru akut.

Pneumonia sering tertukar dengan infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA walau sebenarnya berbeda. ISPA terbatas pada saluran pernapasan atas yaitu hidung dan tenggorokan, sementara pneumonia termasuk pada infeksi saluran pernapasan bawah dimana infeksi menyebar hingga jaringan tisu paru-paru.

Secara global, jumlah kematian bayi di bawah lima tahun karena pneumonia pada tahun 2015 mencapai 920.000 jiwa, atau dua balita setiap menitnya.

Indonesia ada di peringkat 7 dunia sebagai negara dengan beban pneumonia tertinggi menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2017, dimana terdapat 25.481 kematian balita karena infeksi pernapasan akut, atau 17 persen dari seluruh kematian balita.

Di Indonesia, pneumonia adalah penyebab kematian balita setelah persalinan preterm. Sebesar 15.5 persen dari kematian balita di Indonesia disebabkan oleh pneumonia, dengan prevalensi tertinggi di provinsi Nusa Tenggara Timur atau sebesar 38.5 persen.

Pneumonia sangat erat kaitannya dengan kemiskinan dan kesenjangan. Di negara-negara maju, pneumonia menyebabkan anak-anak masuk rumah sakit, tetapi kasus yang fatal jarang ditemui. Sebaliknya di negara-negara miskin, pneumonia meningkatkan resiko kematian pada usia anak-anak.

Alasannya adalah karena anak-anak yang miskin lebih jarang mendapatkan vaksinasi, memiliki gizi yang lebih buruk, dan tinggal di lingkungan beresiko.

Pengendalian pneumonia seperti yang tertuang dalam Global Action Plan for Pneumonia and Diarrhea (GAPPD) terdiri dari Perlindungan, melindungi anak dengan menerapkan praktek kesehatan yang baik sejak lahir melalui pemberian: air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan; nutrisi yang mencukupi; dan suplemen vitamin A.

Pencegahan, mencegah anak-anak menjadi sakit pneumonia dan diare dengan: pemberian imunisasi pneumococcal conjugate vaccines (PCVs) disertai imunisasi pertussis, campak, HiB dan rotavirus; memastikan ketersediaan air minum dan sanitasi yang baik; membiasakan mencuci tangan dengan sabun; mengurangi polusi udara rumah tangga dan luar rumah; mencegah infeksi dari HIV.

Lalu Pengobatan, mengobati anak-anak yang menderita pneumonia dan diare dengan pengobatan yang tepat. Hal ini didukung dengan membantu kelancaran pencarian pengobatan dan sistem rujukan antar fasilitas kesehatan; memperbaiki pengelolaan kasus pada tingkat fasilitas kesehatan dan komunitas; memastikan ketersediaan oralit, zinc, antibiotik dan oksigen; melanjutkan pemberian makanan dan ASI; membuka akses kepada fasilitas kesehatan dan asuransi kesehatan yang memadai. (ars)

Komentar

Komentar
()

Top