Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kuliah Daring

Menyoal Kuliah Daring bagi Mahasiswa

Foto : ist
A   A   A   Pengaturan Font

Mencoba Banyak Cara

Jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tampak lebih siap dalam melakukan kuliah online. Dosen HI UMY, Ratih Herningtyas, mengatakan selama ini UMY sudah aktif menggunakan e-learning sebanyak 40 persen dari total kuliah. "HI UMY sudah lama menggunakan ini cuma porsinya maksimal 40 persen dari total jumlah pertemuan. Nah, karena ini situasi khusus ya bisa saja 100 persen daring, sudah siap intinya," kata Ratih.

Dengan materi yang diunggah Ratih, mahasiswa bisa memberikan pertanyaan, komentar, atau menjawab pertanyaan melaluitoolsyang sudah tersedia di aplikasi e-learning jurusan. Bahkan, para mahasiswa juga bisa berdiskusi layaknya di forum daring internet. Pembelajaran teleconference belum dipilih Ratih sebagai basis kuliah daring menimbang akses internet masing-masing mahasiswa yang berbeda-beda. Kalaupun materi live video dilakukan, Ratih memilih yang satu arah saja dengan menggunakan berbagai aplikasi pilihan seperti Facebook live, Line, atau Skype.

Di jurusan Fisika ITB, Verdi mengatakan dalam seminggu terakhir dosennya telah mencoba berbagai cara untuk mengoptimalkan kuliah online. Ada beberapa cara yang sudah dicoba jurusannya, yakni, pertama WhatsApp (WA) untuk mata kuliah Manajemen Rekayasa Industri. Dosen bikin grup WA dengan 50an mahasiswa dan menjelaskan materi pelajaran sesuai waktu/hari perkuliahan riil selama ini.

Membayangkan Kuliah Teleconference

Membayangkan kuliah online dengan teleconference sebagai aplikasi utama di Indonesia tampaknya masih jauh dari harapan. Praktisi teknologi internet dan jaringan Hermawan Eko Nugroho mengatakan Conference membutuhkan bandwith besar. Dan berbagai aplikasi teleconference bikinan luar negeri seperti google hangout dan webex yang saat ini banyak digunakan servernya berada di Singapura. Hermawan menjelaskan, untuk stabil dalam penggunaan conference semua aplikasi conference harus memiliki server di Indonesia.

Selain itu, internet service provider (ISP) juga harus membesarkan pipa upload. "Semua internet provider itu download pipanya lebih besar ketimbang upload. Nah sekarang dengan maraknya conference membutuhkan pipa upload yang besar juga. Nah, ini yang belum terantisipasi dan harus dikerjakan oleh semua provider kita," katanya.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top