
Menyimpan DHE SDA Perkuat Perputaran Ekonomi Dalam Negeri
Dosen Magister Ekonomi Terapan Unika Atma Jaya/Direktur Institute for Financial and Economics Studies (IFES) YB. Suhartoko
Foto: istimewaJAKARTA-Dosen Magister Ekonomi Terapan Unika Atma Jaya, YB. Suhartoko mengatakan, menahan DHE (devisa hasil ekspor) merupakan suatu langkah yang baik untuk menambah penawaran Dolar di pasar valuta asing. Namun demikian ada dua hal penting yang perlu diperhatikan.
Pertama ketika ditahan di dalam negeri untuk jangka waktu setahun, DHE yang dipunyai para eksportir harus bisa diinvestasikan ke surat berharga yang menghasilkan imbal hasil yang menarik, sehingga tidak ada dorongan melakukan rekayasa investasi ke luar negeri baik legal maupun ilegal.
Yang kedua pemerintah juga perlu memperhatikan eksportir yang juga sekaligus importir. Maka perusahaan tersebut perlu mengajukan perhitungan likuiditas dolarnya secara detil, atau pemerintah melakukan pengaturan berdasarkan arus keuangan perusahaan. "Dengan demikian untuk keperluan stabilitas nilai tukar tidak menjadi penghambat peningkatan ekspor,"ujarnya menanggapi pernyataan Presiden Prabowo, Rabu (26/2)
- Baca Juga: Desentralisasi Transmigrasi, Kepala Daerah Diberi Wewenang Usulkan Program
- Baca Juga: Lapor SPT Pajak
Presiden Prabowo Subianto menargetkan tambahan devisa hingga 100 miliar dollar Amerika Serikat (AS) per tahun melalui kebijakan penyimpanan Devisa Hasil Ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) di dalam negeri.
Saat peresmian Bank Emas Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia di Jakarta, Rabu (26/2), Presiden menyebutkan bahwa mulai 1 Maret 2025, seluruh entitas yang memanfaatkan aset negara dan menerima kredit dari bank pemerintah wajib menempatkan hasil penjualan dan usahanya di bank-bank nasional.
“Hal ini sudah dilakukan oleh banyak negara cukup lama. Dengan langkah ini, maka devisa hasil ekspor kita diperkirakan akan tambah sebanyak 80 miliar dollar AS di tahun 2025,” kata Prabowo.
Kebijakan itu kata Kepala Negara akan memperkuat cadangan devisa nasional sebagai ikhtiar menuju kemandirian ekonomi, menuju Indonesia yang aman, adil, makmur, kuat, dan mandiri.
Penempatan devisa di bank pemerintah juga diharapkan mampu memperkuat likuiditas perbankan nasional, sehingga mampu mendukung pembiayaan sektor-sektor produktif dalam negeri.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyatakan kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) 100 persen bertujuan untuk memperkuat perputaran ekonomi di dalam negeri.
“Saya memahami yang disampaikan, namun kita menginginkan perputaran ekonomi yang lebih kuat di dalam negeri, karena kita memiliki likuiditas yang lebih banyak, berasal dari ekspor tambang kita,” kata Suahasil.
Kebijakan itu kata Suahasil sudah mempertimbangkan produksi hasil tambang dalam negeri yang melimpah, tak hanya batu bara tetapi juga berbagai jenis mineral lainnya.
Ketika tambang dijual, devisa yang diperoleh dari penjualan tersebut diharapkan benar-benar berputar di dalam negeri.
Devisa katanya juga bisa digunakan sebagai kolateral atau underlying untuk kegiatan ekonomi selanjutnya. Manfaat devisa juga bisa digunakan untuk mendukung eksplorasi dan penambangan berikutnya. Intinya, uang terus berputar di dalam negeri.
“Ini makna atau intensi dari kebijakan ini. Kalau ada devisa hasil ekspor dan kami minta ada di Indonesia, itu artinya berputar di Indonesia,” kata Suahasil.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Terkenal Kritis, Band Sukatani Malah Diajak Kapolri Jadi Duta Polri
- 2 Pangkas Anggaran Jangan Rampas Hak Aktor Pendidikan
- 3 Akses Pasar Global Makin Mudah, BEI Luncurkan Kontrak Berjangka Indeks Asing
- 4 Bangun Infrastruktur yang Mendorong Transformasi Ekonomi
- 5 Guterres: Pengaturan Keamanan Global "Berantakan"