Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menuju Indonesia Cerdas, Warga Surabaya Berani Lawan Hoaks

Foto : istimewa

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menginisiasi kegiatan Seminar Literasi Digital dengan tema “Menciptakan Masyarakat Cerdas Dengan Berani Melawan Hoaks dan Isu Sara” di Surabaya.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Transformasi digital membawa arus informasi yang begitu cepat sehingga terdapat celah untuk masuknya konten negatif seperti informasi palsu atau hoaks.

Untuk melawan hal tersebut, Komunitas Kiprah Arek Suroboyo (KKAS) mengajak masyarakat Surabaya untuk berani melawan hoaks menuju Indonesia Cerdas dengan bersikap cerdas dan tak mudah terprovokasi dengan isu yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

"Di zaman modern sekarang supaya kita tidak gampang terprovokasi dengan isu-isu hoaks manapun yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya di Surabaya agar bisa bersikap cerdas dengan bisa memahami apa yang dimaksud dengan berita hoaks itu seperti apa, serta dampak dan risikonya untuk kita semua," kata Ketua Koordinator Lapangan Gus Firman dalam keterangan tertulisnya dalam Seminar Literasi Digital di Surabaya, Jumat (8/12).

Menurut pria yang biasa disapa Gus Man ini, sikap cerdas dalam menggunakan media sosial sangat penting agar masyarakat bisa menangkal dalam menanggapi isu atau berita.

Ia juga mengingatkan bahayanya jika masyarakat tidak cerdas dan ikut menyebarkan berita yang belum pasti kebenarannya, yakni bisa terjerat UU ITE.

"Masyarakat harus lebih cerdas menangkal dalam menanggapi isu-isu berita, dan tidak langsung mempercayainya. Dikarenakan semisal kita tidak cerdas dan ikut menyebarkan pemberitaan tersebut akibatnya kita bisa di penjara karena terkena UU ITE. Jadi masyarakat bisa berani melawan terkait pemberitaan hoaks," tambahnya.

Di waktu yang sama, aktivis kota Surabaya Ning Diana menjelaskan, melawan hoaks harus dimulai dari diri sendiri. Selain dari pemerintah, diperlukan sikap cerdas dari diri sendiri untuk berani menolak hoaks dan menjadi pengaruh yang baik di lingkungan sosial.

"Melawan hoaks dimulai dari diri kita sendiri, pemerintah sudah berusaha memfilter hoaks. Tapi melalui diri kita juga harus berani berkata tidak terhadap hoaks dan selalu tularkan kita untuk menjadi good influencer," ucap katanya.

Ning Diana mengatakan, sulit melarang orang untuk tidak menyebarkan berita hoaks. Melawan berita bohong harus berani dan didasari dari moral akan kepedulian untuk menyelamatkan banyak orang agar tidak termakan isu hoaks yaitu dengan cara membuat antitesa untuk melawan berita-berita tidak benar.

"Kita tidak bisa melarang orang untuk tidak menyebarkan hoaks itu. Tapi kita punya tugas secara moral harus berani, untuk membuat konten antitesa yang melawan berita-berita hoaks. Kebalikan dari penyebar hoaks ya antitesa itu. Jadi dengan begitu kita sudah menyelamatkan orang-orang yang tersesat dari sebuah berita hoaks," ungkapnya.

Ning Diana menegaskan, menjadi orang yang cerdas adalah sebuah kewajiban di era informasi saat ini. Ketika seseorang dalam menanggapi suatu berita tidak boleh didasari emosi. Melainkan harus menggunakan logika, dan memilah semua informasi yang didapat.

"Jadi menjadi cerdas itu wajib, jangan sampai emosi kita mengalahkan logika kita. Jadi harus bisa cerdas dimana bisa memilih dan memilah informasi. Menciptakan manusia cerdas, kita harus dari diri kita dulu. Memilih dan memilah semua informasi, dan kita harus bisa lebih cerdas dari mereka," terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Nabilah selaku salah satu narasumber yang pernah menjadi delegasi KKN Internasional Malaysia juga memaparkan, masyarakat harus fasih terhadap teknologi. Masyarakat yang paham teknologi juga merupakan salah satu sikap yang cerdas untuk bisa melawan hoaks.

"Kita juga harus fasih teknologi, jangan mau diperbudak dengan teknologi. Belajar teknologi itu juga merupakan upaya cerdas untuk melawan hoaks," ucapnya.

Kunci cerdas untuk melawan hoaks adalah tidak boleh malas dalam membaca berita, katanya. Masyarakat harus memiliki sikap kritis dan mempertanyakan kebenaran suatu berita dengan mencari faktanya.

"Malas membaca dan hanya langsung klik-klik adalah perilaku yang harus ditinggalkan. Selalu budayakan membaca dan cari faktanya. Berpikir kritis untuk selalu mempertanyakan adalah kunci cerdas dalam menanggapi berita hoaks yang marak terjadi," jelasnya.

Tak kalah semangat, Prof Dr Soetanto yang juga budayawan dan pakar hukum, menambahkan, masyarakat milenial itu bukan ditentukan dari faktor biologis dan umurnya, melainkan dari kecerdasannya. Masyarakat harus kreatif dan berpikir kritis untuk tidak langsung percaya dan selalu mencari pembanding untuk bisa membedakan berita tersebut hoaks atau bukan.

"Perlu digaris bawahi milenial itu bukan biologis, bukan umur, tapi adalah kecerdasan. Kita disusupi sesuatu yg tidak jelas maka cara menanggapinya adalah kita harus bisa bertindak cerdas, kreatif dan critical thinking. Jadi harus selalu mencari dan mencari dan membandingkan dengan situs-situs yang lainnya. Jadi wajib berpikir kritis jangan langsung percaya akan satu portal berita," ungkapnya.

Prof Soetanto juga menegaskan sanksi UU ITE sangatlah berat. Masyarakat tidak boleh langsung mengasumsikan suatu berita tanpa mengecek keasliannya karena jika ikut menyebarkan berita yang ternyata hoaks, maka akan mendapat sanksi yang berat dari UU ITE tersebut.

"Stop berasumsi langsung tanpa mengecek, kita baru menyadari bahwa perilaku dan tingkah laku kita mulai di lihat. Dengan munculnya UU ITE ini, kita tidak boleh langsung mengasumsikan dan menyebarkan tanpa mengecek lagi keaslian berita tersebut. Dikarenakan sanksi atau hukuman UU ITE itu keras sekali," ujarnya.

Tak lupa, Prof Soetanto mengajak masyarakat untuk terus membaca agar lebih memahami UU ITE. Ketika masyarakat paham, maka bisa disebut orang yang cerdas dan bisa menciptakan ruang digital yang baik di media sosial nantinya.

"Buka pasal 27 UU ITE, ada macam-macam. Saya ingin Anda untuk terus membaca dan membaca tentang hukum, norma dan perilaku. Ketika kita paham akan norma dan perilaku yang baik di media sosial, maka di situ kita bisa dikatakan sebagai orang yang cerdas," jelasnya.

Kegiatan Seminar Literasi Digital dengan tema "Menciptakan Masyarakat Cerdas Dengan Berani Melawan Hoaks dan Isu Sara" merupakan rangkaian kegiatan program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Kegiatan ini dihadiri 133 peserta yang datang dari berbagai lapisan masyarakat di sekitar Kota Surabaya.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Mohammad Zaki Alatas

Komentar

Komentar
()

Top