Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menu Ramadan "Langka" Khas Gresik

Foto : Koran Jakarta / Selo Cahyo Basuki
A   A   A   Pengaturan Font

Bulan puasa selalu disambut oleh masyarakat khususnya pemeluk agama Islam dengan penuh suka cita. Apalagi saat berbuka, setelah seharian menahan lapar dan dahaga, hasrat untuk mencoba aneka hidangan penuh sensasi menggoda semakin terasa. Tak heran bila restoran dan tempat-tempat menjual makanan selalu dipenuhi pembeli.

Kolak Ayam Desa Gumeno

Menikmati menu-menu kuliner andalan saat berbuka puasa sudah menjadi rutinitas sebagian besar masyarakat. Namun bagi anda yang ingin mencoba sesuatu yang berbeda, patut berkunjung ke Gresik, Jawa Timur.

Salah satu tujuan wisata kuliner "langka" yang di kawasan yang berjarak 1 jam perjalanan dari Surabaya itu adalah Kolak Ayam Desa Gumeno. Disebut langka, karena memang tradisi masyarakat Desa Gumeno, Kecamatan Manyar membuat kolak ayam hanya dilakukan pada pada malam ke-23 pada bulan puasa, sesuai tradisi warisan lima abad silam.

Penikmat kuliner religi ini ternyata bukan hanya warga sekitar, banyak masyarakat dari luar kota seperti Surabaya, Lamongan, dan berbagai daerah di Jawa Timur yang sengaja datang untuk merasakan keunikan rasa dan khasiat kolak ciptaan sesepuh desa tersebut.

Selain kuliner istimewa, umumnya pengunjung yang datang juga sekaligus melaksanakan ibadah sholat tarawih malam ganjil di Masjid Jami' Desa Gumeno, tempat Kolak Ayam disajikan.

Pengunjung yang ingin mencoba mencapai ratusan orang, biasanya sudah datang sejak tengah hari. Selain agar dapat kebagian tempat parkir, mereka juga ingin menyaksikan kesibukan warga dalam menyiapkan menu takjil istimewa tersebut.

Uniknya, seluruh proses pembuatan masakan ini dilakukan oleh kaum laki-laki. Pengunjung dapat mengikuti proses pembuatan yang dilakukan oleh puluhan pria, tua-muda di area masjid.

Mulai sejak menyiapkan racikan bumbu, mensuwar-suwir daging ayam, hingga memasak menggunakan kuali dari tanah liat, dengan api dari kayu bakar.

Menurut kepercayaan, seluruh proses pembuatan yang menghabiskan 250 ekor ayam jago tersebut memang harus dilakukan para pria warga desa, sesuai sejarah aslinya terdahulu. Namun kaum wanita juga turut membantu, di rumah masing-masing mereka memarut kelapa sebagai bahan pelengkap menu tersebut.

Jika dulu kolak ayam disajikan dalam piring, kini agar lebih praktis, panitia mengemasnya dalam wadah plastik dengan tambahan ketan, kurma, dan air putih.

Satu paket kolak ayam diberikan secara cuma-cuma pada setiap orang yang masuk masjid sambil menunggu waktu berbuka. Begitu azan maghrib dikumandangkan, warga dan pengunjung pun ramai-ramai menyantap hidangan istimewa itu.

Selain dipercaya membawa khasiat kesehatan, kelezatan kolak ayam Desa Gumeno ini sangat terasa di lidah. Rasa kolaknya manis legit, dengan sensasi aroma jinten, gula merah, dan daun bawang yang kuat, berpadu dengan gurih daging ayam, dalam rempah kuah.

Siapa saja yang mencoba, dijamin ingin kembali lagi tahun depan demi merasakan keramahan warga Desa Gumeno itu. Kisah hidangan yang namanya berasal dari bahasa Arab, "Kholaqul Ayyam" atau mencari berhari-hari berawal pada sejak tahun 1541.

Bertepatan dengan bulan puasa saat itu, Sunan Dalem, sebagai salah satu ulama yang dituakan, menderita sakit yang tidak diketahui sebabnya. Bermacam obat dan tabib telah dicoba namun tak ada satupun yang mampu menyembuhkan penyakit pendiri masjid Jami' Gumeno ini.

Setelah bermunajat, sang Sunan merasa mendapat petunjuk untuk membuat obat dari masakan yang harus dibuat dengan resep unik. Masakan itu berupa kolak, yang uniknya dimasak sebagaimana umumnya, tanpa pisang, ubi atau singkong.

Sebagai pengganti, digunakan ayam jago yang diolah dengan gula merah atau gula jawa, jinten dan santan kelapa. Setelah memasak, Sunan Dalem berbuka dengan menu barunya dan tak lama kemudian dia merasakan tubuhnya telah kembali bugar.

Kejadian yang bertepatan pada malam ramadhan ke-23 itu hingga kini tetap dilestarikan oleh penduduk Desa Gumeno sebagai ungkapan rasa syukur mereka. Setiap tahun warga bergotong royong membuat menu buka puasa kolak ayam yang mereka namai "Kolak Sanggringan", atau raja yang sembuh dari sakit.

Selain menjaga tradisi dan mencari khasiat, rutinitas warga Desa Gumeno ini juga bertujuan sebagai untuk mempererat silaturahmu dan mengukuhkan kebersamaan.

Bahan-bahan :

- 8 Potong Ayam Jago

Baca Juga :
Rilis Memoar

- 100 gram daun bawang kecil

- 2 sendok teh jinten putih

- 30 gram gula merah

- 800 mililiter Santan Cair

- Bumbu masako rasa ayam

Bahan Pelengkap:

- Bawang goreng untuk taburan

Cara Memasak :

- Sangrai jinten sebentar. tambahkan santan. Masukkan gula merah dan potongan ayam. Tambahkan Masako rasa ayam dan aduk rata. Masukkan daun bawang, masak hingga matang dan sajikan. SB/E-6

Martabak Usus

Gresik yang memiliki julukan "Kota Santri" cukup kaya akan koleksi kuliner menggoda. Selain pilihan yang sudah populer seperti Otak-Otak Bandeng, dan Nasi Krawu, masih banyak lagi sajian khas menggoda yang sayang dilewatkan.

Bila anda penggemar martabak, tentu sudah pernah mencoba martabak telor, martabak daging, atau martabak kampung yang berisi mihun dan wortel. Kini saatnya mencoba jajanan andalan Gresik, martabak usus.

Bentuknya serupa dengan martabak kampung yang berisi cacahan wortel, namun dilengkapi dengan usus ayam. Yang membuat istimewa, sajian ini digorengnya menggunakan minyak gajih (lemak) dan disajikan dengan sambel petis khas Gresik. Terbayang seperti apa rasanya, sensasi gurih usus dan renyahnya kulit martabak, berpadu dengan mihun lembut dan wortel segar dalam mulut.

Wisatawan dapat dengan mudah menemukan penjual martabak usus di kawasan Kebon, Trate, Kauman, atau Bedilan, tepatnya di Jalan Akim Kayat, dan Jalan Abdul Karim.

Bahan-bahan :

Bahan Kulit:

- 200 gram tepung terigu protein tinggi

- 1/4 sendok teh garam

- 150 mililiter air

- 30 gram minyak goreng

- 500 mililiter minyak untuk merendam

Bahan Isi:

- 100 gram bihun

- 1 buah wortel, diiris

- 3 lembar kol, diiris tipis

- 4 siung bawang putih, dicincang

- 2 butir bawang merah, dicincang

- 3/4 sendok teh garam

- 1/4 sendok teh merica bubuk

- 1/4 sendok teh gula pasir

- 1 tangkai seledri, diiris

- 1 batang daun bawang, diiris halus

- 75 mililiter kaldu ayam

- 2 sendok makan minyak goreng untuk menumis

Bahan Usus Kecap:

- 300 gram usus ayam, dicuci bersih

- 3 butir bawang merah, dicincang halus

- 2 siung bawang putih, dicincang halus

- 1 buah cabai merah besar, dicincang halus

- 1 lembar daun salam

- 2 centimeter lengkuas,

- 2 sendok makan kecap

- 1/2 sendok teh garam

- 1/4 sendok teh merica

- 1/4 sendok teh gula pasir

- 100 mililiter air

- 5 buah cabai rawit hijau, diiris untuk taburan

Bahan Saus (aduk Rata):

- 4 sendok teh petis

- 4 sendok makan kecap manis

- 2 sendok makan air

- 1 sendok makan air asam

Cara membuat

Kulit: campur tepung terigu dan garam. Masukkan air sedikit-sedikit sambil diuleni sampai kalis. Masukkan minyak goreng. Uleni sampai elastis. Timbang masing-masing 50 gram. Bulatkan. Rendam dalam minyak goreng selama 2 jam.

Isi: panaskan minyak. Tumis bawang putih dan bawang merah sampai harum. Masukkan wortel dan kol. Aduk sampai setengah layu.

Tambahkan bihun, garam, merica bubuk, dan gula pasir. Aduk rata. Tuang air. Masak sampai matang dan meresap. Masukkan daun seledri dan daun bawang. Aduk rata. Angkat dan sisihkan.

Usus kecap: rebus usus ayam bersama 2 lembar daun salam, 2 cm jahe, dan 2 cm lengkuas dalam 1.000 ml air sampai matang. Buang airnya. Potong-potong usus 2 cm.

Panaskan minyak. Tumis bawang merah, bawang putih, cabai merah, daun salam, dan lengkuas sampai harum. Masukkan usus. Aduk rata. Tambahkan kecap manis, garam, merica bubuk, dan gula. Tuang air. Masak sampai matang dan meresap.

Ambil kulit. Giling tipis. Sisihkan.

Panaskan minyak dalam wajan martabak. Letakan selembar kulit. Beri isian bihun dan usus kecap. Taburkan cabai rawit. Lipat sampai tertutup rapat. Goreng sambil disiram-siram minyak panas sampai matang. Sajikan martabak bersama sausnya. SB/E-6

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top