Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menu B2SA Bisa Selaras Program Makan Bergizi Gratis

Foto : muhammad marup

Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Andriko Noto Susanto, saat meninjau kegiatan Rumah Pangan, di Desa Lokapaksa, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Selasa (20/8).

A   A   A   Pengaturan Font

BULELENG - Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Andriko Noto Susanto, menyebut menu Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) bisa selaras dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, menu B2SA sudah diimplementasikan dalam program Rumah Pangan dan bisa digunakan program MBG yang menjadi prioritas pemerintah ke depan.

"Jadi misalnya makan bergizi gratis mulai dimasalisasi mulai Januari, kami berharap menunya B2SA, dengan melibatkan ibu-ibu PKK kemudian diberikan ke anak sekolah di sekitar sana," ujar Andriko, saat meninjau kegiatan Rumah Pangan, di Desa Lokapaksa, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Selasa (20/8).

Dia menerangkan, sudah ada komunikasi dengan Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana terkait program MBG. Menurutnya, Dadan mendukung pemanfaatan pangan lokal untuk program MBG.

Andriko menambahkan, saat ini sudah ada Perpres 81 tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Di dalamnya mengatur bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib untuk mempercepat penganekaragaman dan keamanan pangan.

"Perpres ini sudah kita komunikasikan dengan Kemendagri juga untuk mengkomunikasikan ke pemerintah daerah agar sama-sama ini kita gerakan," terangnya.

Nilai Positif

Dia mengungkapkan, penyelarasan B2SA dengan progr MBG memiliki banyak nilai positif. Selain menu bervariasi, potensi pangan lokal juga termanfaatkan oleh masyarakat. "Penganekaragaman konsumsi itu harus kita jadikan modal dasar untuk menuju mandiri dan berdaulat pangan," ungkapnya.

Andriko melanjutkan, penyelarasan program juga membuat risiko pencemaran makanan semakin kecil. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 70 persen penyakit berasal dari konsumsi pangan tidak aman dan 20 persennya menyebabkan kematian.

"Kalau sampai program strategis nasional memberikan makanan bergizi tidak dilakukan dengan baik kemudian berdampak dengan makan tidak aman yang menimbulkan cemaran pada anak-anak akan menimbulkan stigma tidak baik terhadap program," tuturnya.

Dia menjelaskan, Rumah Pangan dilaksanakan di 175 titik di seluruh Indonesia. Program tersebut memberi makanan B2SA kepada tiga sasaran program yaitu anak stunting, ibu hamil, dan ibu menyusui.

"Program-program seperti ini tidak perlu memakan anggaran yang terlalu banyak, jadi bisa direplikasi. Bisa dengan APBD, bisa Dana Desa. Intinya agar jangan ada stunting, harus kita selesaikan dengan sumber daya yang kita miliki," jelasnya.

Pj. Bupati Kabupaten Buleleng, Ketut Lihadnyana, mengapresiasi adanya program B2SA yang mampu mengubah pola pikir masyarakat dan memanfaatkan potensi pangan daerah. Terkait program MBG, pihaknya berkomitmen akan memberdayakam potensi lokal. "Terkait program pemerintah ke depan, kita dorong adalah potensi pangan kita," katanya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top