![Menjaga Sungai Ciliwung, Menjaga Kehidupan](https://koran-jakarta.com/images/article/phpip_4js_resized.jpg)
Menjaga Sungai Ciliwung, Menjaga Kehidupan
![Menjaga Sungai Ciliwung, Menjaga Kehidupan](https://koran-jakarta.com/images/article/phpip_4js_resized.jpg)
Setelah mendapatkan data, mereka akan melaporkan ke dinas terkait. Selama melakukan pemetaan, komunitas lebih banyak melakukan sosialisasi tentang pemeliharaan lingkungan pada masyarakat di sekitar sungai. "Bukan teguran," ujar laki-laki yang biasa disapa Irul ini. Mereka akan menanyakan tentang pengelolaan pembuangan sampah pada masyarakat.
Upaya tersebut cukup membuahkan hasil. Masyarakat mulai membudayakan membuang sampah pada tempatnya. "Yang buang sampahsembarang berkurang namun masih ada yang buang," ujar laki-laki yang memahami artefak di daerah Depok, Jawa Barat.
Upaya dilakukan lantaran sampah dan limbah yang dibuang ke sungai dapat mencemari lingkungan. Sebagai contoh, sampah plastik dapat menjadi residu atau benda yang tertinggal. Bahan tersebut tidak akan hanyut melainkan tertinggal di dalam sungai, semakin lama akan semakin menumpuk dan susah di daur ulang. Jika sudah dalam kondisi tersebut, komunitas akan menghubungi Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Upaya menjaga lingkungan lantaran sungai tidak sekedar aliran air dari hulu ke hilir. Sungai telah dimanfaatkan sebagai air minum kemasan. Sampah limbah yang dibuang ke sungai akan mengganggu proses water treatment air sungai menjadi air minum.
Selain itu, sepanjang musim kemarau, Kali Ciliwung di daerah Depok dimanfaatkan sebagai MCK (mandi, cuci, kaku). Lantaran pada musim tersebut, sumur warga banyak yang kering. Sejak 2008, Komunitas Ciliwung Depok yang beranggotakan kebanyakan warga di sekitar sungai telah tergerak mengelola lingkungan Sungai Ciliwung. Gerakan berawal dari adanya pembangunan perumahan dengan menguruk bantaran sungai. Pembangunan tersebut dipandang sangat berbahaya lantaran sungai memiliki siklus banjir setiap lima tahunan. "Kasihan yang membeli rumah nantinya," ujar dia. Saat itu, mereka berupaya mengadvokasi pembangunan perumahan.
Sayang, upaya yang dilakukan tidak diindahkan pengembang yang memilih meneruskan proyek. Di sisi lain, sungai Ciliwung tidak sekedar masalah aliran dari hulu ke hilir. Ada sejarah yang melekat pada sungai. Pada masa kerajaan, wilayah tersebut menjadi lalu lintas antara Negara Bogor, Negara Depok dan Batavia dengan kapal yang beratnya mencapai dua ton.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya