Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menjaga Permainan Tradisional dari Gerusan Waktu

Foto : ANTARA/Abdu Faisal

Seorang anak memainkan permainan tradisional Gasing di areal Plaza Lada, Taman Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat pada Sabtu (12/11/2022).

A   A   A   Pengaturan Font

Berbagai cara untuk melestarikan permainan tradisional yang mulai banyak dilupakan zaman. Salah satunya dilakukan pengelola Kota Tua dengan memfasilitasi kegiatan permainan tradisional di Taman Fatahillah,Jakarta Barat. Langkah ini sebagai upaya melestarikan budaya di tengah gerusan arus zaman.

"Kami memfasilitasi supaya komunitas permainan tradisional bisa melaksanakan kegiatan," kata Kepala Unit Pengelola KawasanKota Tua, Dedy Tarmizi, saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Sabtu.

Terdapat sejumlah stan di Taman Fatahillah, tepatnya areal Plaza Lada, untuk mewadahi pengunjung mengenal sembilan permainan tradisional. Mereka dapat memainkan secara gratis. Di sini ada gasing, engklek, congklak, lompat tali, rangku alu, bola bekel, kapal otok-otok, petak umpet, dan petak jongkok.

Koordinator acara, Ahmad Fadli, menjelaskan untuk menarik minat anak bermain permainan tradisional tersebut, mereka menggunakan makanan ringan sebagai pancingan. Sebelum bermain, pengunjung akan diarahkan petugas mengisi identitas agar mendapat izinyang berisi daftar permainan yang bisa dimainkan.

"Setelah itu, minimal lima stempel dalam list permainan didapatkan, bisa ditukar dengan satu bungkus makanan ringan," kata Fadli. Menurut Fadli, interaksi sosial orang tua dan anak atau antara anak dengan anak lainnya terjadi sangat intens dalam setiap permainan. Misalnya petak umpet atau petak jongkok, kata Fadli, tentu membutuhkan tim. "Minimal tiga orang, baru bisa bermain," katanya.

Sasarannya anak usia 5-10, namun tidak menutup kemungkinan juga boleh dimainkan peserta 18 tahun ke atas. Tujuannya mengenalkan permainan tersebut kepada sebanyak-banyaknya orang. Setiap peserta yang tidak mengenal permainan tradisional bisa menanyakan panitia, orang tua, atau peserta lain yang mengetahui supaya bisa bekerja sama.

Kegiatan di Kota Tua ini sudah dilaksanakan dua kali. Pertama di Lapangan Banteng bulan Agustus. "Di Lapangan Banteng mengadakan permainan benteng yang awalnya kurang familiar. Tapi akhirnya, peserta memahami dan berinteraksi intensif di antara anak-anak," kata Fadli.

Selain untuk mengenalkan permainan tradisional, Fadli dan tim juga mencoba membangkitkan nostalgia orang tua yang sudah lama tidak melihat permainan tradisional.

"Ada juga orang tua bermain congklak, memindahkan biji-biji ke lobang, begitu. Mereka jadi teringat lagi cara memainkannya," kata Fadli. Dia menyediakan stan mewarnai sebagai kegiatan tambahan yang ternyata cukup menarik minat anak-anak. Fadli mengatakan sebagai suvenir kegiatan, panitia mempersiapkan ratusan produk makanan ringan untuk apresiasi anak-anak yang sudah berpartisipasi bermain.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top