Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 31 Agu 2019, 01:00 WIB

Menginspirasi Melalui Karya Rajutan

Foto: istimewa

Untuk membuat karya yang akan di tampilkan ke publik, komunitas membutuhkan persiapan kurang lebih dua bulan.

Hasil rajutan tidak selamanya tersimpan di dalam koper pribadi. Komunitas RajutKejut memperlihatkan hasil karya ke ruang publik. Rajutan yang antara lain berupa benner maupun selubung bemo pun dapat dinikmati masyarakat luas.

Benner yang bertuliskan Merajut Keberagaman membentang di jalan protokol Jakarta. Benner diusung ramai-ramai yang serta dalam sebuah pawai mini.

Tulisan dalam aneka warna tersebut buka polesan cat melainkan susunan rajutan. Isu tentang keberagaman untuk merespon upaya pemerintah menyatukan perbedaan yang berada di tengah masyarakat "Menyampaikan pesanpesan ke publik atau ikut merayakan hari-hari besar," ujar Yulina Achrini, atau yang biasa disapa Rini, pendiri RajutKejut tentang isu yang biasanya menjadi topik karya yang akan ditampilkan ke publik. Rini ditemui di sebuah perbelanjaan di bilangan Jakarta Selatan bersama komunitas rajut dan RajutKejut, Rabu (21/8).

Mereka biasa mengangkat isu-isu maupun perayaan hari besar sebagai topik pembuatan karya yang akan ditampilkan di publik. "Kita (isu) yang positif saja," ujar Harjuni Rochajati, pendiri RajutKejut menimpali.

Upaya tersebut tidak lain sebagai respons terhadap isu yang tengah hangat. Selain itu, juga sekaligus untuk memberikan harapan, menumbuhkan inspirasi maupun sekedar mengingatkan.

Komunitas selalu menampilkan karya ke publik setiap 17 Agustus. Peringatakan tersebut sebagai perayaan hari kemerdekaan. Selain itu, mereka turut merayakan hari besar lainnya seperti Hari Kartini maupun Valentine.

Hari kasih sayang tersebut dimaknai sebagai bentuk kasih sayang terhadap sesama. Hasilnya karyanya dapat berupa rajutan benner maupun menyelubungi sebuah benda, seperti menyelubungi bemo pada beberapa tahun yang lalu.

Untuk membuat karya yang akan di tampilkan ke publik, komunitas membutuhkan persiapan kurang lebih dua bulan. Persiapan tersebut dimulai dengan pemilihan isu maupun tema, kemudian membuat desain karya.

Image may contain: 8 people, people smiling, people sitting, hat, child and outdoor

Hal lain adalah mengukur jumlah rajutan yang dibutuhkan dan warna yang diinginkan serta mengumumkan tentang kegiatan yang akan dilakukan (termasuk batas waktu, tempat mengumpulkan karya maupun pendaftaran) secara online.

Peserta yang mengirimkan rajutan tidak selelu merupakan peserta komunitas Rajut- Kejut. Para partisipan tersebut dapat datang dari masyarakat yang mencintai rajut dan berkeinginan mengikuti acara dengan menyumbangkan karyanya rajutannya.

Bahkan tidak hanya berupa rajutan saja, peserta dapat berpatisipasi dengan memberikan sumbangan baik berupa barang , uang maupun tenaga dalam setiap perhelatan tersebut.

RajutKejut, komunitas rajut yang berdiri pada 2014 dan bersifat terbuka. Tidak ada anggota yang khusus di dalam komunitas tersebut. Semua yang ingin berpartisipasi dapat datang dan pergi. Pendiri dan beberapa peserta yang aktif sekadar sebagai koordinator penyelenggaran sebuah acara.

Rajutan sebagai mediator untuk merespons isu yang tengah berkembang di masyarakat dan sebagai media penyampaian. Lantaran rajutan mampu menampilkan keindahan, alhasil barang kerajinan ini menjadi media yang soft untuk menyampaikan pesan yang terkadang sedikit agak keras.

Dengan tampil di ruang publik, rajutan tidak hanya dapat dinikmati pengrajut maupun orang-orang yang membelinya. Rajutan dapat dinikmati bersama-sama di ruang publik sembari mengasah kepedulian terhadap sesama melalui tema yang tengah diangkat. din/E-6

"Terus Berlatih dan Aku Bisa"

Ada keindahan yang membanggakan hati usai melihat hasil rajutan. Padahal, proses merajut tidak dapat dikatakan mudah. Kegiatan membuat ketrampilan berbahan benang ini memiliki sejumlah tantangan, mulai dari ketelatenan sampai mengusir kemalasan.

Kegiatan merajutpun pun tidak luput dari rasa malas meskipun menghasilkan karya yang indah. "Tapi terkadang ada rasa malasnya, ibu-ibu juga gitu," ujar Yetty Aulia, yang mendapat julukan Ratu Kopdar dari temantemannya.

Julukan itu disematkan lantaran sering ikut kopi darat dari berbagai komunitas khususnya merajut. Kumpul bersama teman-teman pengrajut menjadi cara untuk mengusir kemalasan.

Bagi dirinya yang telah berusia lanjut, ketajaman mata menjadi taruhannya. Yetty mengaku saat ini dia agak kesulitan untuk merajut dengan benang berukuran kecil.

Image may contain: 3 people, people smiling, people sitting, people eating, table, shoes and food

Dia harus merajut dengan benang yang berukuran lebih besar. "Biasanya, saya tidak mau merajut dengan benang tebal, tapi saya harus menyesuaikan dengan mata saya," ujar perempuan yang menyebut dirinya centil ini.

Bertahun-tahun merajut, ia tidak pernah membuat hasil karyanya. Alasannya, dia mengaku membutuhkan waktu lama untuk merajut, dua bulan.

Sementara, temantemannya yang menjual hasi karya bisa merajut dalam waktu seminggu. Baru belakangan, ia bermaksud menjual hasil rajutannya.

Seiring berjalannnya waktu, Yetty baru menyadarai bahwa kalau dia dapat membuat hasil karya lebih cepat lebih menguntungkan. Selain karyanya lebih banyak, perempuan yang selalu memperhatikan penampilannya ini juga akan mendapatkan keuntungan material.

Sari Wulandari atau yang biasa disapa Iwul, tidak menampik bahwa merajut merupakan keterampilan yang harus dilatih secara terus menerus. Perempuan yang baru dapat merajut setelah bergabung ke komunitas Rajut Kejut pada 2015 ini,selalu tertantang untuk membuat yang dirasanya menarik.

Ia akan searching melalui you tube, pinterest maupun berbagai kanal lain supaya dapat membuat pola seperti yang diinginkannya. Hasilnya tidak mengecewakan.

Perempuan yang berprofesi sebagai dosen di perguruan tinggi swasta di Jakarta ini dapat membuat rekannya terkagum-kagum saat memperlihatkan tas rajut hasil karyanya. Pasalnya, mereka tidak percaya kalau Iwul bisa merajut apalagi membuat tas. "Ada kepuasan, ternyata aku bisa," ujar dia sambil tersenyum.

Saat ini, Iwul menjadikan kegiatan merajut sebagai bagian kegiatan kesehariannya. Dengan merajut, dia dapat mengusir rasa bosan bahkan terkadang dia mendapatkan ide-ide baru saat tengah merajut. din/E-6

Tantangan Membuat Instalasi Seni

Rajutan yang ditampilkan di publik tidak hanya berhenti sebagai arak-arakan yang menghibur masyarakat. RajutKejut pun didaulat untuk menampilkan instalasi dalam sebuah pameran seni rupa.

Kesempatan tersebut tidak pernah disangka para pendiri maupun penggiat RajutKejut. Pasalnya, mereka tidak merasa sebagai seorang seniman yang memiliki ranah untuk membuat instalasi. Kesempatan tersebut menjadi tantangan untuk membuat karya yang belum pernah dibuat sebelumnya.

Sebelum membuat instalasi, mereka mendapatkan pembekalan dari panitia penyelenggara. Hal ini karena mereka diminta untuk membahasakan masalah dalam sebuah media instalasi.

Isu yang dibahas berupa buruh yang terdapat dari berbagai sektor. RajutKejut memiliki buruh rumah tangga sebagai obyek kajian lantaran masalah tersebut dianggap lebih dekat. Mereka pun melakukan riset pada buruhburuh yang terdapat di daerah Tangerang dan Muara Karang, Jakarta untuk mendapatkan bahan masalah tentang buruh.

Image may contain: 4 people, people smiling, people sitting, people on stage, shoes and outdoor

Dari hasil riset, ternyata para buruh menghabiskan waktu untuk bekerja, dari bangun tidur sampai malam hari. "Jadi, mereka tidak mempunyai me time," ujar Ati. Mereka beranggapan daripada nonton TV lebih baik menyelesaikan pekerjaan.Toh, hasil kerjanya untuk masa depan keluarga.

Instalasi berupa kursi goyang yang diselubungi dengan rajutan. Kursi goyang merepresentasikan bahwa buruh juga membutuhkan me time. Instalasi dipenuhi dengan quote-quote dari para buruh.

Sedangkan di bagian dinding dipoles warna hitam lalu abu-abu serta warna-warna cerah. Warna-warna tersebut menggambarakan kerja yang ikhlas untuk masa depan yang lebih cerah.

Keberhasilan membuat instalsi seni lebih dipandang sebagai kolaborasi. "Ini bukan tujuan," ujar dia. Karena sebagai komunitas, RajutKejut lebih ingin mewadahani para penggiat rajutan atau yang berminat pada bidang ini untuk menampilkan rajutan di ruang publik sambil bersenangsenang. din/E-6

Redaktur:

Penulis: Dini Daniswari

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.