Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 29 Feb 2020, 01:00 WIB

Mengikis Kesenjangan Hak Kesehatan

Foto: dok : doctorSHARE

Komunitas doctorSHARE berupaya menghilangkan kesenjangan dalam pemenuhan hak di bidang kesehatan bagi masyarakat miskin sesuai yang dijaminkan oleh UUD 1945. Mereka tergerak tanpa imbalan dan saat ini sudah memiliki sekitar 1500 relawan

Hak Asasi sebagai hak yang melakat pada manusia sering kali terabaikan walaupun telah dijamin dalam UUD 1945 Pasal 28. doctorSHARE, sebuah organisasi di bidang kesehatan berupaya mengembalikan hak manusia dalam bidang tersebut dengan mengajak partisipasi para relawan dari tenaga medis maupun non- medis.

Adakalanya, jaminan kesehatan hanya dimiliki orang berada. Pasalnya jika sakit, mereka memiliki dana untuk berobat di rumah sakit bahkan hingga ke luar negeri. Sedangkan untuk masyarakat yang tidak mampu, penyakit yang tidak terobati lantaran ketiadaan dana diibaratkan mesin waktu. Dia hanya menunggu waktu untuk menghadap sang Khalik.

Dokter Lie Dharmawan, pendiri doctorSHARE melihat kesenjangan tersebut saat dia berkunjung di wilayah Indonesia Timur usai menempuh pendidikan dari Jerman.

"Waktu itu, saya melihat gap antara penduduk miskin dan kaya," ujar dia.

Penduduk yang kaya terutama yang tinggal di wilayah Indonesia Barat memiliki kemampuan dan kemudahan untuk mengakses kesehatan. Sedangkan, penduduk miskin hanya dapat pasrah dengan kondisi kesehatannya. Selah satunya, anak kecil di pedalaman Indonesia Timur yang mengalami sakit usus. Dia tidak dapat langsung tertangani lantaran pelayanan kesehatan terdekat harus ditempah menggunakan kapal. Baru setelah sekitar tiga hari, penyakit anak kecil tersebut dapat tertangani.

Peristiwa tersebut terus melekat dalam pikiran Lie, yang kemudian memunculkan Rumah Sakit Apung yang membuat namanya banyak dikenal masyarakat. "Kita negara besar dan kaya, tetapi masyarakatnya miskin semiskin-miskinnya," ujar dokter yang menyakini bahwa kemiskinan di dalam negeri sebanyak 45 persen. Saat melancong ke wilayah Indonesia Timur, dia lebih terbuka dengan kondisi masyarakat yang banyak hidup di bawah garis prasejahtera.

"Padahal, mereka saudara kita, mereka berhak mendapatkan hak yang sama," ujar dia tentang hak yang sama sebagai manusia yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28. Bagi dia, masalah kesehatan bukan hanya masalah pemerintah maupun perusahaan.

Dokter bedah jantung ini mengatakan masalah kesehatan merupakan masalah bersama yang dapat ditangani oleh semua semua kalangan. "Saya berpendapat kita semua adalah stakeholder, kita tidak bisa menunggu," ujar dia.

Rumah Sakit Apung Ternyata, kata dia, banyak tenaga yang tergerak untuk tergabung melakukan kegiatan di bidang sosial kesehatan ini. Beberapa tenaga medis maupun non-medis turut bergabung.

Sampai saat ini, jumlah relawan sudah mencapai sekitar 1500 orang. Mereka lah yang memberikan tenaganya untuk membantu kesehatan masyarakat yang tinggal di pedalaman tanpa imbalan uang. Dalam setahun kegiatan, setidaknya doctorSHARE membutuhkan relawan sebanyak 300 sampai 400 orang.

Relawan yang bergabung bekerja secara bergantiaan sesuai dengan waktu luang yang dimilikinya. Sehingga setiap kegiatan, doctorSHARE hampir tidak pernah kekurangan relawan.

Relawan berasal dari kalangan medis (doker, perawat, bidan) dan nonmedis yang mengerjakan bagian dookumentasi serta administrasi. Rumah Sakit Apung dan Flaying Doctor menjadi tempat untuk melayani kesehatan masyarakat. Dua fasilitas berupa kapal dan pesawat terbang tersebut tidak lain lantaran daerah yang dijangkau merupakan daerah pedalaman.

Yang sering kali di daerah tersebut tidak terdapat pelayanan medis maupun pelatan yang sesuai. Sering kali, operasi dilakukan di tempat tersebut. DoctorSHARE berdiri pada 2009.

Lie yang berasal dari keluarga tidak mampu pernah mengalami kesulitan mendapatkan pengeobatan. Saat kecil, adiknya yang mengalami sakit muntaber tidak memperoleh pelayanan medis lantaran keterbatasan biaya. Akhirnya, adiknya menghembuskan nafas dipangkuan ibunya. Sejak peritiwa tersebut, Lie bertekad menjadi dokter dan menolong sesamanya.

Kaya Pangan Bukan Berarti Cukup Gizi

Kekayaan pangan yang dimiliki Tanah Air tidak selalu indentik dengan kecukupan gizi masyarakatnya. Sudut pandang yang berbeda dalam memaknai pemenuhan gizi dan perut kenyang menjadikan sebagian masyarakat mengalami kekurangan gizi. Sudut pandang tersebut yang masih salah kaprah di masyarakat, bahkan hingga saat ini.

Di masayarakat pelosok hal tersebutpun terjadi. Padahal di sekitar mereka, tubuh beragam tanaman kebun bahan laut sebagai bagian halaman rumah menyediakan beragam ikan.

"Mereka menjual hasil kebun atau laut untuk membeli beras," ujar Tutuk Utomo Nuradly, Wakil Ketua Pelaksana Harian doctorSHARE yang ditemui di kantornya di Kemayoran, Jakarta, Jumat (28/2).

Sebagai pangan sehari-hari, masyarakat lebih memilih makanan yang ditawarkan para pedagang maupun makanan instan yang informasinya berhamburan di berbagai media.

Alhasil, perut kenyang menjadi tujuan untuk makan. Sedangkan, kebutuhan gizi pun terabaikan. Maka tidak mengherankan, jika berbagai penyakit menyerang masyarakat yang hidupnya dekat dengan sumber pangan.

Stunting merupakan salah satu penyakit yang terdapat di masyarakat. Penyakit tersebut merupakan penyakit yang muncul lantaran asupan pangannya tidak memenuhi asupan gizi yang dibutuhkan tubuh. Lie Dharmawan, dokter pendiri doctorSHARE mengatakan politik memberi pengaruh pada sudut pandang masyarakat terhadap asupan pangan.

"Zaman Orba, disuruh makan nasi," ujar dia.

Sudut Pandang Politik yang ditawarkan pemerintah saat itu mengubah sudut pandang tentang pangan yang seharusnya masuk ke dalam tubuh. Untuk, masyarakat penghasil beras, nasi merupakan komoditas yang gampang ditemukan. Lain halnya dengan masyarakat yang alamnya banyak bercocok tanam di ladang, seperti Indonesia bagian timur.

Beras merupakan barang langka. Karena pada umumnya, ladang tidak dapat ditanami padi. Akhirnya untuk makan, mereka harus membeli dengan uang yang diperoleh dari hasil ladang maupun laut. Padahal, tanaman perkebunan maupun ikan di laut merupakan sumber pangan yang kandungan gizinya tidak kalah tinggi.

Talas merupakan salah satu pangan yang kaya karbohidrat. Daun kelor merupakan tanaman kaya antikooksidan. Sedangkan, ikan laut merupakan sumber pangan kaya protein.

Namun, sumber pangan tersebut kurang diperhatikan lantaran konsentrasi bahan pangan utama adalah nasi. Alhasil, pemenuhan makan bergizi bukan sekedar ketersediaan bahan pangan melainkan sudut pandang terhadap makanan yang dibutuhkan tubuh.

Dirikan Klinik

Selain tempat pelayanan kesehatan, doctorSHARE mendirikan klinik gizi di Maluku Tenggara dan klinik Tuberkolosis di Sentani, Papua. Kedua klinik tersebut untuk mengakomodasi atas masalah kesehatan yang terdapat di daerah tersebut. Klinik gizi di Maluku Tenggara berupaya untuk mengatasi gizi buruk yang terdapat di masyarakat tersebut.

Banyak masyakat yang terkena penyakit lantaran kurangnya asupan makanan bergizi. "Gizi buruk dipengaruhi asupan gizi, penyakit serta prilaku," ujar Tutuk.

Banyak masyarakat yang lebih memilih makanan instan ketimbang bahan pangan lokal yang memiliki gizi lebih baik. Di klinik tersebut, doctorSHARE juga menanamn tanaman yang bermanfaat untuk tubuh. Organisasi belum dapat memanfaatkan lahan dengan tanaman obat karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat. Lebih memungkinkan, mereka menanam tanaman yang mengandung gizi lantaran bahan pangan lebih mudah dipahami penggunaannya ketimbang obat-obatan. Klinik Tuberkolosis di Sentani, Papua, tidak lain untuk mengakomodir banyaknya penyakit yang terdapat di wilayah tersebut.

Di Sentani, Papua, banyak penduduk yang tinggal tinggal di rumah yang tertutup, hampir tanpa pencahayaan. Desain rumah tersebut tidak lain supaya penghuni merasa lebih hangat.

Namun di sisi lain, ruang menjadi lembab terlebih mereka tinggal bersama hewan peliharaan. Kondisi tersebut menjadi tempat tumbuhnya bibit penyakit tuberkolosis yang makin diperparah dengan minimnya asupan gizi. "Indonesia merupakan negara ke tiga di dunia untuk penyakit Tuberkolosis," ujar Lie yang berusia 74 tahun ini.

Padahal pada 2035, dunia menetapkan bebas Tuberkolsis. Meski memiliki pekerjaan rumah yang tidak mudah, upaya terhadap penyakit tersebut terus dilakukan.

DoctorSHARE tidak hanya bergerak di Indonesia bagian timur. Mereka menjangkau kegiatannya ke Indonesia bagian barat, antara lain Kepulauan Riau, Belintung Timur, Nias serta Aceh.Selain tempat pelayanan kesehatan, doctorSHARE mendirikan klinik gizi di Maluku Tenggara dan klinik Tuberkolosis di Sentani, Papua.

Kedua klinik tersebut untuk mengakomodasi atas masalah kesehatan yang terdapat di daerah tersebut. Klinik gizi di Maluku Tenggara berupaya untuk mengatasi gizi buruk yang terdapat di masyarakat tersebut. Banyak masyakat yang terkena penyakit lantaran kurangnya asupan makanan bergizi. "Gizi buruk dipengaruhi asupan gizi, penyakit serta prilaku," ujar Tutuk.

Banyak masyarakat yang lebih memilih makanan instan ketimbang bahan pangan lokal yang memiliki gizi lebih baik. Di klinik tersebut, doctorSHARE juga menanamn tanaman yang bermanfaat untuk tubuh.

Organisasi belum dapat memanfaatkan lahan dengan tanaman obat karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat. Lebih memungkinkan, mereka menanam tanaman yang mengandung gizi lantaran bahan pangan lebih mudah dipahami penggunaannya ketimbang obat-obatan. Klinik Tuberkolosis di Sentani, Papua, tidak lain untuk mengakomodir banyaknya penyakit yang terdapat di wilayah tersebut. Di Sentani, Papua, banyak penduduk yang tinggal tinggal di rumah yang tertutup, hampir tanpa pencahayaan.

Desain rumah tersebut tidak lain supaya penghuni merasa lebih hangat. Namun di sisi lain, ruang menjadi lembab terlebih mereka tinggal bersama hewan peliharaan. Kondisi tersebut menjadi tempat tumbuhnya bibit penyakit tuberkolosis yang makin diperparah dengan minimnya asupan gizi. "Indonesia merupakan negara ke tiga di dunia untuk penyakit Tuberkolosis," ujar Lie yang berusia 74 tahun ini.

Padahal pada 2035, dunia menetapkan bebas Tuberkolsis. Meski memiliki pekerjaan rumah yang tidak mudah, upaya terhadap penyakit tersebut terus dilakukan. DoctorSHARE tidak hanya bergerak di Indonesia bagian timur. Mereka menjangkau kegiatannya ke Indonesia bagian barat, antara lain Kepulauan Riau, Belintung Timur, Nias serta Aceh. din/S-2

Redaktur: Sriyono

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.