Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mengenal Tongkat "Ajaib" Tunanetra Buatan Difabel

Foto : ANTARA/M Fikri Setiawan

Para difabel merakit tongkat penuntun adaptif Kartini untuk tunanetra, di Cibinong, Kabupaten Bogor, Rabu (19/10).

A   A   A   Pengaturan Font

Inovasi itu bernama tongkat penuntun tunanetra Kartini. Tangan-tangan para penyandang disabilitas binaan Kementerian Sosial telah melahirkan tongkat canggih untuk membantu tunanetra.

Tongkat penuntun adaptif Kartini ini dilengkapi teknologi sensorik sehingga dapat memberikan peringatan ketika mendeteksi benda, air, api, atau gas beracun.

Secara bentuk, tongkat dengan panjang sekitar 120 sentimeter ini hampir serupa dengan tongkat penuntun tunanetra umumnya. Bahan utamanya pun terbuat dari aluminium dan bisa dilipat menjadi empat bagian untuk memudahkan saat penyimpanan. Sensor pertama tongkat mampu mendeteksi benda, sehingga pemakai dapat mengetahui keberadaan benda di hadapannya melalui peringatan berupa suara hingga getaran.

Tongkat tersebut dilengkapi berbagai mode peringatan, mulai dari getaran, suara monofonik, kombinasi getaran-suara, hingga kalimat pemberitahuan layaknya Google Assistant. Khusus mode getar, bisa memudahkan tunanetra di pusat-pusat keramaian seperti pasar dan tempat perbelanjaan lainnya.

Penggunanya juga bisa mengatur pendeteksian benda di depannya seperti tiang listrik, tembok, ataupun kendaraan parkir. Alat ini memiliki kemampuan deteksi benda hingga jarak tiga meter, sehingga memberikan kesempatan penggunanya berganti arah. Kemudian, sensor lainnya berfungsi mendeteksi kobaran api, asap, hingga gas beracun seperti kebocoran tabung elpiji. Tongkat tersebut akan memberikan peringatan melalui suara atau getaran.

Namun, khusus pengaktifan mode deteksi gas beracun, dapat membuat penggunaan baterai pada alat tersebut 40 persen lebih boros dari pemakaian normal. Selanjutnya, tongkat mampu mendeteksi genangan air atau jalanan licin. Komponen pendeteksi air dipasang di ujung bawah tongkat, sehingga bisa mereduksi jumlah kecelakaan ataupun cedera.

Tongkat juga dilengkapi dengan lampu light emitting diode (LED) strip di bawah sampai tengah. Ini buat malam hari untuk memudahkan tunanetra diketahui. Teknologi canggih lainnya komponen sistem pemosisi global atau global positioning system (GPS). Fitur ini memungkinkan keluarga mendeteksi melalui aplikasi berbasis Android keberadaan tunanetra.

Kemudian, alat dilengkapi tombol darurat untuk digunakan dalam kondisi darurat atau bencana. Ketika tombol ditekan, tongkat akan mengeluarkan suara nyaring layaknya sirine untuk memberi peringatan orang sekitarnya.

Tongkat penuntun adaptif Kartini dirakit para difabel di 31 sentra milik Kementerian Sosial beberapa daerah. Balai Besar Kartini Temanggung, Jawa Tengah, bertindak sebagai pelaksana pilot project-nya. Alat ini banyak diminati para tunanetra. Pada tahun pertama, Kemensos telah memproduksi 5.000 yang diproduksi sembilan difabel.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top