Mengeksplorasi Gunung dan Pantai Batang
Di perkebunan yang dikelola Universitas Gadjah Mada melalui PT Pagilaran tersebut, pengunjung dapat menelusuri jalan-jalan sepanjang 6 km. Para wisatawan milenial umumnya sangat tertarik dengan perjalanan ini karena selain mengeksplorasi perkebunan yang berkontur tanah naik turun dan pemandangan kebun teh yang bersusun-susun, mereka dapat berfoto-foto di lingkungan serbahijau di beberapa titik.
Titik paling diburu antara lain 'Dermaga Cinta.' Di sini terdapat jembatan yang menjorok ke arah danau dengan cat berwarna merah dan kuning yang kontras dengan warna hijau di sekitarnya. Pada ujungnya terdapat bingkai berbentuk hati dengan ketinggian sekitar dua meter.
Selain pemandangan, Kebun Teh Pagilaran menawarkan udara sejuk antara 15-21 derajat Celcius. Pada malam hari, suhu bisa turun hingga 15-18 derajat Celcius. Udara yang sejuk dan segar bebas polusi cocok bagi warga kota yang merindukan suasana perdesaan.
Produksi teh Pagilaran cukup tinggi. Dari 8.000 ton teh yang diproduksi per tahun, sebesar 80 persen diekspor ke lebih dari 8 negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Pengunjung dapat mencicipi produk teh yang tidak banyak dijual di tempat umum melalui paket wisata "tea walk."
Dalam sejarahnya, Kebun Teh Pagilaran didirikan perusahaan Belanda pada 1880. Pada 1922 digabung dengan PT Pamanoekan and Tjiasem Land setelah dibeli Pemerintah Inggris. Setelah hak guna usahanya habis pada 1964, Pemerintah Indonesia menyerahkan pengelolaan perkebunan teh ini ke Fakultas Pertanian UGM. Kemudian, dijadikan PN Pagilaran, lalu menjadi perseroan terbatas (PT).
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Komentar
()Muat lainnya