Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Mengapa Nenek Begitu Menyayangi Cucunya?

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Banyak pendapat di masyarakat menyatakan kasih sayang nenek kepada cucu lebih tinggi dari orang tuanya. Saat cucu meminta sesuatu nenek berusaha untuk memenuhinya, meski orang tua tidak membolehkannya.

Melihat apa yang terjadi di masyarakat peneliti dari Universitas Emory, Georgia, Amerika Serikat, mencoba mengungkap lebih jauh terhadap hal tersebut. Dalam studi yang diterbitkan laman Proceedings of the Royal Society B melakukan pemindaian dengan alat pencitraan resonansi magnetik fungsional (functional magnetic resonance imaging/fMRI) mencoba melihat otak mana yang aktif ketika diperlihatkan foto.

Sebanyak 50 nenek peserta penelitian diberi pertanyaan berkaitan pengalaman mereka sebagai nenek. Pertanyaan dimaksud seperti berapa banyak waktu yang dihabiskan bersama cucu, kegiatan yang mereka lakukan bersama, dan seberapa besar kasih sayang yang mereka rasakan untuk cucu mereka.

Ketika diperlihatkan foto cucu mereka, terlihat lebih banyak aktivitas di area otak yang terlibat dengan empati dan gerakan emosional, dibandingkan saat mereka melihat gambar lainnya. Nenek yang lebih kuat mengaktifkan area yang terlibat dengan empati kognitif ketika melihat gambar cucu mereka, dilaporkan dalam kuesioner menginginkan keterlibatan yang lebih besar dalam merawat cucu.

"Hasil penelitian kami menambah bukti bahwa tampaknya ada sistem pengasuhan global di otak dan tanggapan nenek terhadap cucu mereka memetakannya," kata penulis utama studi dan profesor di Departemen Antropologi Emory dan Departemen Psikiatri dan Ilmu Perilaku, Universitas Emory, Georgia, Amerika Serikat, James Rilling.

"Apa yang benar-benar muncul dalam data adalah aktivasi di area otak yang terkait dengan empati emosional," lanjut dia. "Itu menunjukkan bahwa nenek diarahkan untuk merasakan apa yang dirasakan cucu mereka ketika mereka berinteraksi dengan. Jika cucu tersenyum, mereka merasakan kegembiraan anak itu. Dan jika cucu mereka menangis, mereka merasakan sakit dan kesusahan anak itu," papar dia.

Hasil pemindaian menemukan, ketika nenek melihat gambar anak dewasa mereka, mereka menunjukkan aktivasi yang lebih kuat di area otak yang terkait dengan empati kognitif. Itu menunjukkan bahwa mereka mungkin mencoba memahami secara kognitif apa yang dipikirkan atau dirasakan anak dewasa mereka dan mengapa, tetapi tidak sebanyak dari sisi emosional.

Soroti Fungsi Otak

Tim peneliti lain seorang kandidat PhD di Departemen Antropologi Universitas Emory, Minwoo Lee, yang secara pribadi pernah menghabiskan banyak waktu berinteraksi dengan kedua neneknya mengatakan bahwa neneknya selalu amat menyayangi dirinya.

"Saya masih ingat dengan hangat saat-saat saya bersama mereka. Mereka selalu sangat ramah dan senang melihat saya. Sebagai seorang anak, saya tidak benar-benar mengerti mengapa," ungkap dia.

Lee menambahkan, mempelajari otak manusia lansia di luar masalah demensia atau gangguan penuaan lainnya, tampaknya amat jarang dilakukan. Oleh karenanya ia bersama tim ingin menyoroti fungsi otak nenek yang mungkin memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan perkembangan generasi berikutnya.

"Ini adalah aspek penting dari pengalaman manusia yang sebagian besar telah ditinggalkan di bidang ilmu saraf," kata dia.

Sementara di laboratorium Rilling berfokus pada basis saraf dari kognisi dan perilaku sosial manusia dimana sifat keibuan (motherhood) telah dipelajari secara ekstensif oleh ahli saraf lainnya.

Sebelumnya ia memimpin tentang ilmu saraf kebapakan (fatherhood) yang kurang dieksplorasi peneliti lain.


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top