Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Mengapa Bangsa Viking Meninggalkan Greenland?

Foto : heritagedaily.com
A   A   A   Pengaturan Font

Bangsa Viking yang akrab dengan suhu dingin pernah menetap di Greenland untuk jangka waktu yang lama. Peneliti menemukan sejumlah alasan dan asumsi kepergian mereka dari tempat itu.

Orang-orang Viking atau Norse merupakan salah satu suku bangsa yang hidup di Semenanjung Skandinavia yang oleh bangsa Prancis disebut orang Nordik. Tempat dingin ini memiliki populasi yang minim dan ditutupi dengan hutan tusam, betula dan cemara. Iklimnya dingin bersalju bisa berjangka yang panjang, tapi pada musim panas, siang hari bisa berlangsung 24 jam lamanya.
Bangsa Viking pernah mendiami wilayah Greenland, sebuah pulau terbesar di dunia yang menurut sensus 2013 hanya didiami oleh 56.480 jiwa. Mereka tinggal di wilayah itu sejak lama sebelum akhirnya pergi antara 1360 dan 1460.
Dari logika banyak orang menduga kepergian mereka disebabkan oleh iklim yang tidak ramah. Cuaca yang lebih hangat terjadi ketika bangsa Viking tiba Greenland pada akhir abad kesepuluh. Saat itu Greenland yang diduga amat hijau sebelum menjadi es seperti sekarang.
Dengan logika yang sama, perginya pemukim Viking di Greenland pada abad ke-14 disebabkan oleh perubahan kondisi iklim, cuaca yang mendingin, dan peningkatan gletser. Hal ini membuat Greenland yang dulu hijau menjadi dingin kembali dan tidak ramah untuk ditinggali.
Namun penelitian baru menantang teori-teori tersebut. Menurut sebuah studi baru berjudul Periode Hangat Abad Pertengahan atau Medieval Warm Period, suhu yang lebih tinggi, yang bertepatan dengan pemukiman Viking di Greenland, dari pertengahan abad ke-10 hingga abad ke-14, bukanlah fenomena global. Beberapa bagian dunia, termasuk Greenland, tidak mengalami iklim yang lebih hangat selama periode itu.
Para ilmuwan yang dipimpin oleh Nicolas Young di Universitas Columbia, telah menyimpulkan bahwa iklim di Greenland sudah dingin ketika Viking tiba. Suhunya tidak lebih hangat daripada ketika koloni meninggalkan sekitar 400 tahun kemudian.
Studi yang diterbitkan pada jurnal Scientific Advances, menganalisis isotop di batu-batu besar di barat daya Greenland dan di Pulau Baffin yang berdekatan. Secara arkeologis, peneliti menemukan tempat tersebut telah ditempati oleh pemukim Viking.
Dengan menganalisis isotop memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan kapan batuan diendapkan oleh gletser. Hal ini membuat pemetaan maju mundurnya gletser di wilayah tersebut dengan lebih presisi daripada sebelumnya.
Analisis ini menunjukkan bahwa gletser telah meluas selama periode pemukiman Nordik seperti yang mereka lakukan kemudian sehingga menunjukkan bahwa pada awal pemukiman, suhunya sama dinginnya dengan saat pemukiman berakhir. Argumen yang kuat menentang gagasan bahwa perubahan suhu adalah faktor penentu nasib pemukiman.
Greenland ditempati oleh Viking dari Islandia pada abad ke-10, dimulai dengan pelayaran Erik The Red dari Teluk Breiðafjörður di Islandia barat pada 985. Pemukiman orang-orang Viking itu terkonsentrasi di dua pemukiman utama yaitu Eystribygg dan Vestribyggð.
Pemukiman yang lebih besar, Eystribygg, berada di sebelah timur di dekat ujung selatan Greenland dan Vestribyggð di sebelah barat dekat Nuuk, sekitar 6-700 kilometer di utara. Miðbygg yang lebih kecil berada di tengah, berada sedikit di utara Eystribyggð telah ditemukan oleh para arkeolog. Sebelumnya tidak ada ada catatan tertulis tentang pemukiman ini.

Interaksi Kompleks
Pemukim Nordik di Greenland hidup dengan beternak dan berburu. Di antara barang-barang yang diekspor dari Greenland adalah gading anjing laut, yang permintaannya tinggi di Eropa pada saat itu. Menipisnya pasokan gading gajah karena penaklukan oleh muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara, mengganggu jalur perdagangan tradisional tersebut.
Di Eropa, gading anjing laut menjadi media seni ukir. Karya seni catur pada abad pertengahan yang paling terkenal, diukir dari gading anjing laut walrus. Beberapa orang berpendapat benda tersebut dipahat di Islandia.
Sejarawan berasumsi bahwa alasan utama hilangnya koloni Nordik di Greenland adalah awal dari zaman es kecil (little ice age), periode cuaca yang lebih dingin yang menggantikan Periode Perang Abad Pertengahan atau Mediaeval War Period.
Ini menciptakan narasi yang sangat menyakinkan tentang pemukiman Nordik di Greenland karena tampaknya bertepatan dengan periode cuaca yang lebih hangat. Sejarawan mengatakan ketika cuaca baik menarik bangsa Viking ke Greenland, dan cuaca dingin membunuh atau mengusir keturunan mereka.
Selain iklim atau suhu penjelasan lain yang ditawarkan, bergulir juga pendapat adanya konflik antara penduduk Inuit, erosi tanah karena penggembalaan yang berlebihan, dan efek dari Black Death atau wabah pes yang terjadi antara 1347-135.
Saat wabah melanda Eropa, sebagian besar lahan pertanian utama dibiarkan terbengkalai, termasuk di Islandia dan Skandinavia.
Sedangkan teori lain adalah penduduk Viking di Greenland bisa saja kembali ke tanah asal mereka. Sementara penjelasan lain adalah menurunnya permintaan gading walrus pada pertengahan abad ke-13, karena gading gajah tersedia kembali di Eropa dari Afrika.
Beberapa sejarawan kemudian menyimpulkan perginya bangsa Viking dari Greenland karena yang lebih rumit. Kemungkinan besar kisah nyata di balik akhir koloni Norse di Greenland adalah interaksi kompleks dari semua faktor tersebut. hay/I-1

Hidup Terbatas dan Monoton

Studi baru ini juga cocok dengan studi pada 2012 tentang tulang manusia dan hewan yang ditemukan di Greenland oleh tim ilmuwan Denmark-Kanada, yang diterbitkan dalam Journal of the North Atlantic.
Dalam studi tersebut mereka menemukan bahwa kelaparan tidak mungkin menjadi faktor kematian pemukiman Viking di Greenland. Pemukim Nordik hanya beralih ke diet yang lebih kaya daging anjing laut.
Selama masa pemukiman hanya 20-30 persen dari makanan pemukim berasal dari laut, tetapi pada abad ke-14, daging anjing laut terdiri 50-80 persen dari makanan pemukim Viking. Pada saat yang sama domba dan kambing menggantikan sapi, yang lebih penting selama zaman pemukiman.
Pada 1300, peternak itu telah menghilang dari Greenland. Studi menemukan tulang-tulang di pemukim Viking di tempat tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit yang lebih banyak daripada orang-orang pada saat itu di Skandinavia. Dengan demikian epidemi pes Black Death tidak menjangkau wilayah itu.
Jika suhu yang lebih dingin, kelaparan atau penyakit tidak memiliki kaitan dengan perginya orang-orang Viking di Greenland, maka para ilmuwan yang dipimpin oleh Nicolas Young di Universitas Columbia, berspekulasi faktor sosial ekonomi mungkin lebih penting.
Jatuhnya permintaan gading walrus yang menjadi ekspor terpenting bagi pemukiman Viking menjadi alasan yang masuk akal. Tanpa nilai ekonomi berupa ekspor gajing anjing laut, pedagang asing memiliki sedikit alasan untuk mengunjungi Greenland, sehingga pemukiman menjadi semakin terisolasi. Pada saat yang sama, para pemukim Nordik semakin sulit mempertahankan cara hidup dan budaya mereka.
"Orang Nordik bisa beradaptasi, tetapi seberapa banyak mereka bisa beradaptasi tanpa melepaskan identitas mereka terbatas," ujar Jette Arneborg, salah satu penulis studi 2012 mengatakan dalam rilis berita Universitas Copenhagen pada 2012 .
Ia menambahkan, meskipun pola makan mereka menjadi lebih dekat dengan Inuit atau hidup seperti orang eskimo yang hidup di wilayah kutub utara. Perbedaan budaya antara kedua kelompok itu terlalu besar bagi orang Viking untuk menjadi Inuit.
Jatte mengatakan alasan sebenarnya dari hilangnya koloni Nordik orang-orang muda muak dengan pola makan dan kehidupan yang monoton di ujung dunia.
Sementara Neil Lynnerup, penulis utama studi ini berpendapat tidak ada yang menunjukkan bahwa Norse menghilang akibat bencana alam. "Jika ada, mereka mungkin bosan makan anjing laut di ujung dunia. Bukti kerangka menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka perlahan meninggalkan Greenland. Misalnya, perempuan muda kurang terwakili di kuburan pada periode menjelang akhir pemukiman Nordik," ujar dia.
Menurut dia, ketika orang kaum muda telah meninggalkan Greenland dan tidak ada lagi perempuan muda yang subur yang bertahan, maka tidak ada alasan selain pergi. "Ini menunjukkan bahwa kaum muda khususnya meninggalkan Greenland, dan ketika jumlah perempuan subur turun, penduduk tidak dapat menghidupi dirinya sendiri," papar dia. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top