Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Mengagetkan, Ternyata Sikap Tiongkok yang Tidak Tegas soal Krisis Ukraina Dinilai Untungkan Amerika

Foto : Antara/REUTERS/Andrew Kelly

Arsip--Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy muncul pada layar saat memberikan pernyataan di hadapan Dewan Keamanan PBB melalui tautan video selama rapat, di tengah serangan Rusia di Ukraina, di Markas Pusat PBB di Manhattan, New York, Amerika Serikat, Selasa (5/4/2022).

A   A   A   Pengaturan Font

Washington - Sikap Tiongkok yang abstain dalam pemungutan suara resolusi PBB yang mengutuk invasi Rusia di Ukraina merupakan "kemenangan", kata duta besar AS di PBB Linda Thomas-Greenfield.

Dia menegaskan sikap seimbang Beijing terhadap Rusia dan Barat mungkin membawa dampak paling baik bagi Washington.

Beijing menolak menyebut aksi militer Rusia di Ukraina sebagai invasi dan berkali-kali mengkritik apa yang disebutnya sebagai sanksi ilegal Barat untuk menghukum Moskow.

Namun, tekanan Barat yang dipimpin AS terhadap Tiongkok, termasuk ancaman sanksi sekunder jika mereka memasok dukungan materi pada perang Rusia, tampaknya akan menjaga Beijing tetap berada di luar pagar konflik.

Tiongkok abstain pada dua pemungutan suara tidak mengikat Majelis Umum PBB bulan lalu yang mengecam Rusia atas perang yang sedang berlangsung dan ongkos kemanusiaan yang ditimbulkannya.

"Sebuah kemenangan ketika Tiongkok abstain. Kita akan suka jika mereka memilih ya, tapi abstain lebih baik daripada memilih tidak," kata Thomas-Greenfield.

"Saya tak yakin mereka mengira Rusia akan sejauh ini. Mereka terus mendukung Rusia di depan publik, tapi saya merasakan ketidaknyamanan," kata dia.

Menanggapi pernyataan itu, duta besar Tiongkok di PBB Zhang Jun mengatakan: "Seluruh dunia merasa tidak nyaman. Apa Anda pikir semua orang nyaman dengan krisis ini?"

Tiongkok dan Rusia mendeklarasikan kemitraan strategis "tanpa batas" beberapa pekan sebelum invasi 24 Februari. Kedua negara telah menjalin hubungan energi dan keamanan lebih erat dalam beberapa tahun terakhir untuk menghadapi AS dan Barat.

Dalam kecondongannya pada Moskow, pemimpin Tiongkok Xi Jinping telah membahas isu Ukraina lewat panggilan telepon dengan para pemimpin negara-negara besar, tapi dia belum melakukan hal yang sama dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Meskipun Beijing telah memberikan bantuan kemanusiaan ke Ukraina senilai kira-kira 2,37 juta AS (sekitar Rp33,03 miliar) dalam bentuk barang seperti selimut dan susu bayi, kontribusi mereka masih di bawah negara-negara donor yang lebih kecil.

Para analis mengatakan mereka belum melihat adanya indikasi bahwa Tiongkok melanggar sanksi keras Barat pada Rusia, tapi ada sinyal kuat bahwa Tiongkok sedang melindungi nilai taruhannya, khusus di sektor ekonomi.

Para penyuling minyak milik pemerintah menghindari kontrak minyak baru dengan Rusia meski diberi diskon besar. Mereka mengindahkan seruan Beijing untuk berhati-hati ketika sanksi Barat pada Rusia meningkat, menurut sejumlah sumber kepada Reuters.

Perusahaan milik negara Sinopec, penyuling minyak terbesar Asia, juga menunda negosiasi tentang investasi besar di sektor petrokimia dan bisnis pemasaran gas di Rusia.

Sanksi-sanksi pada Rusia akan memberikan Tiongkok "pemahaman yang baik" tentang konsekuensi yang dihadapi jika memberi dukungan materi kepada Moskow, kata Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengingatkan pada Rabu.

Tiongkok sepertinya tidak mundur dari upaya mendukung secara diplomatik diam-diam kepada Rusia, bahkan di tengah kemunculan gambar-gambar terkait pembunuhan warga sipil di Bucha, Ukraina.

Ukraina dan Barat telah mengecam pembunuhan massal itu sebagai kejahatan perang setelah mayat-mayat ditemukan terikat dan ditembak di kepala. Para pejabat Ukraina mengatakan sebuah kuburan massal di samping gereja kota itu berisi 150-300 jenazah.

Rusia membantah terlibat dalam peristiwa itu.

Zhang mengatakan Tiongkok tak ingin terseret ke dalam krisis tersebut.

"Fokusnya sebetulnya untuk pihak-pihak terkait agar menemukan solusi secepat mungkin, ketimbang berusaha melihat pihak-pihak tak langsung, dan menyeret pihak-pihak tak langsung itu ke dalam krisis," kata Zhang kepada Reuters.

"Izinkan saya untuk lebih memperjelas bahwa Tiongkok hanya berada di sisi keadilan, kesetaraan… kami tidak memihak menurut negaranya," kata dia.

Para pejabat AS berharap dukungan Tiongkok kepada Rusia tidak akan melanggar batas dengan AS dan Uni Eropa (EU), dua kawasan yang jika digabungkan menyumbang seperempat perdagangan global Tiongkok, jauh lebih tinggi ketimbang 2,4 persen kontribusi Rusia, menurut EU.

"Kita mungkin akan terus melihat dukungan Tiongkok bagi ekonomi Rusia, tapi upaya yang Beijing coba lakukan adalah untuk menjaga hubungan ekonominya dengan Uni Eropa khususnya, tapi juga dengan Amerika Serikat," kata Mira Rapp-Hooper, direktur Indo-Pasifik di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, pada Maret.

Presiden AS Joe Biden telah banyak bergantung pada sekutu-sekutunya untuk menegaskan konsekuensi dari dukungan pada Rusia, seperti yang dia sampaikan lewat telepon kepada Xi bulan lalu.

Menyusul pertemuan puncak virtual antara EU dan para pemimpin Tiongkok pekan lalu, kementerian luar negeri Tiongkok mengatakan pihaknya tidak berniat untuk menghindari sanksi. Mereka juga membantah telah diminta oleh Rusia untuk memasok peralatan militer.

Scott Kennedy, pakar soal Tiongkok di Center for Strategic and International Studies (CSIS), mengatakan di sebuah forum daring baru-baru ini ada indikasi kecil bahwa bank-bank Tiongkok mendukung sanksi bagi institusi keuangan Rusia dan bahwa sejumlah perusahaan Tiongkok menjual ke Rusia lebih sedikit, mulai dari ponsel sampai suku cadang mobil.

Para pakar mengatakan kemampuan AS terbatas dalam memantau dan menelusuri pelanggaran sanksi skala kecil oleh Tiongkok, karena pengiriman barang dapat dilakukan lewat perbatasan barat yang tidak bisa dimonitor AS.

Mereka mengatakan mencegah perusahaan-perusahaan Tiongkok melakukan transaksi dagang terlarang dengan Rusia harus menjadi sasarannya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top