Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mengagetkan Penilaian Pengamat Ini, Jokowi Jaga Optimisme Saat Ketidakstabilan Ekonomi Global

Foto : ANTARA/HO-Dok pribadi Adhitya Wardhono

Pengamat ekonomi Unej Adhitya Wardhono.

A   A   A   Pengaturan Font

Jember - Pengamat ekonomi Universitas Jember Adhitya Wardhono, menilai Presiden Joko Widodo berusaha menjaga optimisme di tengah ketidakstabilan ekonomi global dari paparan yang disampaikan saat pidato kenegaraan.

"Berangkat dari kondisi pandemi COVID-19 yang menjalar di setiap efek domino pada perekonomian di seluruh dunia membuat Indonesia menjadi negara yang tangguh untuk menghadapi badai krisis pandemi," katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu.

Menurutnya sinergitas kelembagaan menjadi tajuk bahasan utama di setiap forum penting pertemuan antar lembaga Indonesia selama kurang lebih 2 tahun terakhir ini.

"Tampak terlihat respon tegas dari hasil sinergitas tersebut dapat diperoleh hasil positif melalui perbaikan kondisi sosial-budaya serta kembali bergairahnya pariwisata ekonomi kreatif di seluruh penjuru Indonesia," tuturnya.

Pakar ekonomi moneter itu mengatakan bahwa potensi sumber daya alam Indonesia benar-benar dibaca oleh Presiden Jokowi, sehingga memiliki efek pada bergeraknya hilirisasi serta adanya industrialisasi sumber daya alam, seperti hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, dan timah.

"Dalam menangkap eksistensi ini tidak lepas dari semakin majunya ekonomi digital dan canggihnya teknologi Industri yang ada di Indonesia dan SDA yang meningkat jadi pendukung dalam memajukan hilirisasi sebagai akibat dari bonus demografi," katanya.

Ia mengatakan agenda hilirisasi itu memiliki beberapa manfaat yaitu membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan ekspor, menghasilkan devisa, meningkatkan pendapatan negara, serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, lanjutnya, tidak lepas dari bahasan pidato presiden dalam menyambut HUT RI ke-77, potensi ekonomi hijau itu bisa diimplementasikan melalui penggunaan energi bersih dari panas matahari, panas bumi, angin, ombak laut, dan energi bio.

"Terbukti dengan adanya sinergi berbasis bio, Indonesia mampu menjadi pemasok terbesar Crude Palm Oil (CPO) dunia. Selain itu, Indonesia berhasil mencapai sistem ketahanan pangan dan swasembada beras sejak 2019 dengan terbukti dari raihan penghargaan yang diterima dari International Rice Research Institute (IRRI)," ujarnya.

Akan tetapi, Indonesia masih banyak perlu belajar dari negara yang lebih maju dalam menciptakan output berbasis bio supaya memiliki efek yang maksimal terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Yang diperlukan Indonesia saat ini yaitu edukasi bioekonomi serta sinergitas antar aktor-aktor yang berbasis bio sehingga potensi ekonomi hijau Indonesia terbentuk secara utuh dan menciptakan fundamental ekonomi yang kuat," katanya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top