Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
MRT

Menembus Kota dengan Ratangga

Foto : koran jakarta/john abimanyu
A   A   A   Pengaturan Font

Bagi warga Selatan Jakarta, dari Tangerang Selatan, Parung Bogor dan Sawangan Depok yang ingin menuju Ibukota tanpa macet, kini hadir Moda Raya Terpadu (MRT) berupa mass rapid transit yang mengoneksikan berbagai tempat di Jakarta dengan daerah satelitnya.

Sudah sering naik MRT Jakarta? Apakah sudah tahu nama kereta MRT Jakarta? Namanya Ratangga, diambil dari Kitab Arjuna Wijaya dan Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Ratangga identik dengan kekuatan dan pejuang. Diharapkan Ratangga akan selalu tangguh dan kuat untuk mengangkut para pejuang (warga) Jakarta yang sedang berikhtiar demi kehidupan yang lebih baik.

Jakarta berkembang sangat pesat. Lebih dari 18,6 juta kendaraan pribadi tercatat ada di Jakarta. Sementara, pengguna angkutan umum di Ibukota baru 24 persen. Ada sekitar 47,5 juta pergerakan orang di Jabodetabek. BPS DKI Jakarta pada 2015 mencatat setiap hari ada sekitar 1,4 juta pelaju dari daerah sekitar Ibukota.

Kecenderungan perluasan di wilayah Jakarta-Bodetabek yang pesat dan kurang terkendali secara signifikan meningkatkan biaya transportasi, mengurangi tingkat mobilitas, dan menurunkan kualitas hidup.

Tiba saatnya Jakarta mengubah paradigma pembangunannya dengan tidak lagi berorientasi pada kendaraan pribadi, khususnya mobil, melainkan lebih berorientasi pada pejalan kaki dan kendaraan umum massal.

Kereta MRT Ratangga telah membuktikan keandalannya menembus ketinggian jalan dan menelusur bawah tanah Jakarta untuk menyediakan alternatif transportasi massal. Terbukti, penetapan tarif normal MRT tidak menyurutkan minat masyarakat untuk tetap memakai moda transportasi berbasis rel tersebut. Bahkan, jumlah pengguna justru melebih target yang ditetapkan.

Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekda DKI Jakarta, Sri Haryati menilai, penetapan tarif normal MRT telah diterima dengan baik. Namun, pihaknya tetap terbuka akan usulan tarif, khususnya tarif pelajar.

"Kita dapat laporan bagus. Kabar gembira jumlah (pengguna) MRT di hari pertama penetapan tarif 100 persen adalah 77.696 orang, itu angka yang baik. Target kita 65.000 orang rata-rata di tahun ini," tutur Sri.

Menurutnya, adanya pemberlakuan tarif normal ini tentu tak akan mengesampingkan layanan. Saat ini layanan MRT Jakarta diakuinya sudah cukup andal karena 16 Ratangga sudah beroperasi dengan headway 5 menit pada jam sibuk.

Ketepatan waktu pada pengoperasian sepanjang April 2019 mencapai 99,8 persen, dan semakin banyak stasiun yang terintegrasi dengan dengan Transjakarta. n fpu/R-1

Gerbang Selatan Jakarta

Bagi Anda penggemar transportasi umum, bisa dipastikan melewati stasiun MRT Lebak Bulus saat menuju pusat kota Jakarta. Ada angkot D01 jurusan Ciputat-Kebayoran Lama, ada KWK S08 dari Bintaro, S19 dari Parung ke Lebak Bulus dan ada Transjakarta S21 Ciputat-Tosari dan S22 Ciputat-Kampung Rambutan.

Untuk yang menggunakan kendaraan pribadi, tak perlu khawatir untuk menjajal naik kereta MRT. Sebagai pemecahan, para penglaju bisa menggunakan moda MRT dan memarkirkan mobilnya di Lebak Bulus. Lokasi park and ride yang berada di eks lahan Polri di Jalan Kartini Lebak Bulus ini memiliki luas 8.000 meter persegi.

Untuk parkir di areal park and ride, sepeda motor dikenakan 2.000 rupiah dan mobil 5.000 rupiah untuk sehari penuh. Lokasi park and ride ini ada di sebelah Selatan perempatan Pasar Jumat. Selanjutnya, para penglaju dapat langsung berjalan kaki menuju area Stasiun MRT Lebak Bulus yang lokasinya hanya 100 meter. Sesampai di Stasiun, masyarakat dapat membayar dengan uang elektronik menggunakan kartu Jaklingko, flash, dan jenis e-money lainnya dari seluruh bank.

Stasiun MRT Lebak Bulus, terhubung ke sejumlah pusat perbelanjaan seperti Carrefour dan Lebak Bulus Point Square yang lokasinya sangat berdekatan sehingga masyarakat dapat berjalan kaki menuju kedua pusat perbelanjaan tersebut.

Di samping itu, dekat Stasiun MRT Lebak Bulus juga terdapat sejumlah hotel seperti Gran Whiz, Mercure, dan Swiss-Bell Hotel. Sedangkan untuk yang lapar terdapat sejumlah restoran dan kafe. Kafe terdekat adalah Opiopio, yang berada tepat di bawah stasiun.

Untuk menaiki kereta MRT, para penglaju harus menaiki tangga ke lantai berikutnya. Di sanalah, kereta MRT berada. Di Area penumpang, penglaju akan diberikan petunjuk arah jurusan kereta.

Saat menaiki kereta, calon penumpang dapat menunggu di area garis kuning yang ada di lantai. Karena garis tanda panah biru diperuntukkan bagi penumpang yang turun.

Salah seorang penglaju, Windy Mayasari (38) warga Pamulang, mengakui menumpang MRT sangat cepat dan nyaman. Hal ini sangat diperlukan bagi masyarakat Selatan Jakarta yang bekerja di kawasan Sudirman dan sekitarnya.

"Sangat cepat dan nyaman. Saya bekerja di kawasan Sudirman jadi lebih mudah," katanya. jon/R-1

Kawasan Berorientasi Transit

Perluasan yang pesat dan tidak terkendali dari kota Jakarta dan Bodetabek sebagian besar berwujud pada permukiman berupa perumahan dan gedung berlantai rendah (hampir 64 persen total wilayah Jakarta). Kebutuhan akan hunian ini menyebabkan habisnya lahan di Jakarta. Sebagai dampak dari fenomena ini, Jakarta saat ini tidak memiliki cukup ruang untuk pembangunan di masa depan.

Membangun Jakarta secara horizontal dengan hanya mengandalkan jaringan jalan raya dan kendaraan pribadi akan mengakibatkan kota berkembang semakin besar, tidak efisien, boros, dan tidak terkendali. Akibat terburuk adalah kelas menengah produktif semakin terpinggirkan ke luar kota sehingga menimbulkan ketimpangan sosial baik di dalam kota maupun di luar kota.

Selain itu, ruang terbuka semakin hilang dan infrastruktur kota tidak dapat mengejar kecepatan perluasan kota sehingga mengakibatkan pelayanan publik merosot jauh di bawah standar. Ironinya, para penghuni dan pelaju terpaksa mengeluarkan biaya hidup yang semakin lama semakin tinggi tanpa disertai peningkatan layanan publik yang pantas.

Persoalan tersebut yang mendorong PT MRT Jakarta untuk mengembangkan konsep kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD) di beberapa stasiun yang ada di fase 1 koridor selatan - utara. TOD merupakan area perkotaan yang dirancang untuk memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang bertujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.

Kehadiran konsep TOD yang memiliki sejumlah fasilitas penunjang mobilitas penumpang serta memiliki sistem transportasi pengumpan dari area tersebut diharapkan akan meningkatkan jumlah pengguna atau calon penumpang transportasi berbasis rel kereta ini sehingga masyarakat dapat mulai meninggalkan penggunaan kendaraan pribadi dalam mobilitas sehari-harinya. jon/R-1

Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top