Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Inovasi Medis

Mencari Standar Skala Universal

Foto : afp/ Jack GUEZ
A   A   A   Pengaturan Font

Ketika termometer ditemukan oleh banyak orang berbeda, salah satu yang menjadi masalah adalah standar skala pengukuran. Para ilmuwan pun menginginkan memiliki standar skala universal yang diterima semua pihak sehingga pengukuran suhu dapat dengan mudah dibandingkan antar perangkat di mana pun perangkat tersebut digunakan.

Namun cita-cita ini terbukti sulit dipahami. Pada awal abad ke-18, masih belum ada skala pengukuran standar untuk termometer dan tidak jarang satu termometer memiliki dua atau bahkan tiga skala sekaligus.

Fisikawan, ahli kimia, dan ahli kimia terkenal Robert Boyle (1627-1691) telah mendorong skala standar, meskipun sarannya agar titik beku minyak adas manis digunakan sebagai penanda dasar tidak pernah berhasil. Ada juga beberapa upaya yang dilakukan oleh institusi untuk melakukan eksperimen hanya dengan menggunakan instrumen standar.

Misalnya, Royal Society di Kota London dan Accademia del Cimento di Kota Florence telah berkolaborasi untuk memastikan semua proyek mereka menggunakan jenis termometer dan skala yang sama. Dengan cara ini, hasil penelitian dapat dibandingkan tanpa memandang siapa dan di mana pengukuran suhu dilakukan.

Masih ada gagasan umum bahwa 'manusia adalah ukuran segala sesuatu' seperti mengutip filsuf Yunani, Protagoras (hidup 485-415 SM). Oleh karenanya penanda skala suhu sering kali dibuat dengan mengacu pada tubuh manusia.

Pada 1701, Isaac Newton (1642-1727) menganggap suhu darah manusia sebagai titik nol yang baik untuk skala suhu. Orang sezaman dengan Newton, John Fowler ingin menggunakan sebagai penanda puncak skala suhu cairan dengan suhu maksimum yang dapat ditanggung tangan manusia.

Pada akhirnya, akan ada dua pemenang dalam 35 skala suhu yang bersaing. Daniel Gabriel Fahrenheit (1686-1736) dari Jerman merancang skalanya sekitar tahun 1714, menggunakan dua fenomena: mencairnya es menjadi air dan suhu tubuh normal manusia.

Angka tersebut masing-masing adalah 32 dan 96 pada skala Fahrenheit, dengan masing-masing angka di antaranya disebut derajat. Skala Fahrenheit mencapai 212 derajat Fahrenheit seperti air mendidih. Termometer Fahrenheit diadopsi secara luas di Inggris dan Belanda, namun ada satu pesaing yang serius dan bertahan lama.

Pemenang besar kedua dalam perang skala suhu adalah Anders Celsius (1701-1744) dari Swedia. Celsius muncul dengan skalanya yang berubah dari 0 (titik beku air) hingga 100 (titik didih air). Skala ini tentu saja tetap populer hingga saat ini karena akhirnya menggantikan skala Fahrenheit di sebagian besar negara, kecuali Amerika Serikat dan beberapa negara bagian lainnya.

Skala suhu tambahan muncul kemudian, terutama pada tahun 1848 yaitu skala Kelvin yang dirancang oleh ilmuwan Inggris William Thomson (1824-1907). Namanya diambil dari gelarnya Lord Kelvin yang telah menggunakan skala Celsius, namun menggunakan angka nol mutlak, yang merupakan suhu terdingin. Skala Fahrenheit menerima konversi yang sama, dengan skala Rankine yang dirancang oleh orang Skotlandia William Rankine (1820-1872). hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top