Menanti Data Dua Raksasa Ekonomi Dunia
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan koreksinya, hari ini (13/7). Pelaku pasar mengantisipasi rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan data pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
Selain itu, pasar juga menunggu komentar dari pejabat bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) sebelum mereka memasuki blackout period menjelang pertemuan kebijakan pekan depan. Tingkat inflasi yang tinggi akan menambah tekanan pada Federal Reserve untuk meningkatkan sikap agresif mereka dalam menaikkan suku bunga acuan.
Seperti diketahui, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (12/7) sore, ditutup melemah, dipicu pengetatan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), dan gelombang baru Covid-19. IHSG ditutup melemah 3,85 poin atau 0,06 persen ke posisi 6.718,29. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 2,71 poin atau 0,28 persen ke posisi 949,5.
"Indeks saham di Asia sore ini mayoritas ditutup turun karena prospek pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut oleh bank-bank sentral di dunia, gelombang terbaru penularan virus COVID-19 di China, serta kelangkaan energi di Eropa menekan sentimen pasar," tulis Tim Riset Phillip Sekuritas dalam ulasannya di Jakarta.
Pekan ini, investor mengantisipasi rilis data inflasi (CPI) AS dan data pertumbuhan ekonomi (PDB) China. Investor juga menunggu komentar dari pejabat The Fed sebelum mereka memasuki masa sunyi (blackout period) menjelang pertemuan kebijakan minggu depan. Tingkat inflasi yang tinggi akan menambah tekanan pada The Fed untuk meningkatkan sikap agresif mereka dalam menaikkan suku bunga acuan.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya