Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menakutkan! Negara Ini Cemas Jadi Target Invasi Setelah Ukraina Sebut Tak Ada yang Aman dari Rusia, Ada Apa?

Foto : Reuters

Perdana Menteri Moldova, Natalia Gavrilita.

A   A   A   Pengaturan Font

Moldova mengungkapkan kekhawatirannya atas potensi invasi Rusia saat pasukan Moskow bersiap untuk meningkatkan serangan di timur dan selatan Ukraina, yang dekat perbatasan negara itu.

Perdana Menteri Moldova, Natalia Gavrilita, mengatakan kemungkinan bahwa negaranya bisa menjadi yang berikutnya akan diserang atas perintah Presiden Rusia Vladimir Putin "adalah skenario hipotesis untuk saat ini."

"Tetapi jika tindakan militer bergerak lebih jauh ke bagian barat daya Ukraina dan menuju Odessa, maka tentu saja kami sangat khawatir," ujarnya dalam sebuah wawancara hari Minggu dengan CNN International, seperti dikutip Washington Post.

Moldova, yang tetap netral secara militer, berpisah dari Uni Soviet dan memperoleh kemerdekaan pada tahun 1991. Negara kecil berpenduduk 2,5 juta itu telah lama menyatakan keprihatinan dan secara terbuka mengutuk invasi Putin ke Ukraina dan menerima ratusan ribu pengungsi Ukraina dari seberang perbatasan.

"Kami harus menangani dengan sangat cepat arus pengungsi besar-besaran," kata Gavrilita, seraya menambahkan bahwa jajak pendapat baru-baru ini mengungkapkan sebagian besar warga Moldova bersedia menerima lebih banyak lagi pengungsi.

Dikutip dari Washington Post, pasokan energi Moldova, yang dianggap sebagai salah satu negara termiskin di dunia, dikendalikan oleh Rusia.

Perang Putin di Ukraina merupakan tantangan paling langsung bagi Moldova hingga saat ini, seperti yang dilaporkan The Washington Post awal tahun ini.

Gavrilita bahkan menyebut inflasi yang tinggi telah membuat Moldova sebagai pihak yang paling terpukul secara ekonomi setelah Ukraina, sejak invasi Rusia.

Saat ini, Moldova diberikan status kandidat untuk bergabung dengan Uni Eropa bersama Ukraina bulan lalu. Kedua negara harus melalui proses panjang untuk menjadi anggota dan diharapkan memenuhi kriteria tertentu.

Washington Post menuturkan bahwa Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan langkah untuk memberikan status kandidat memperkuat Ukraina dan Moldova "dalam menghadapi agresi Rusia" bersama dengan Uni Eropa dan mengirim sinyal kuat kepada Putin.

Pada bulan April, seorang komandan militer Rusia menyarankan agar Moskow berusaha membuat koridor melalui selatan Ukraina ke Transnistria, sebuah republik yang memisahkan diri di Moldova timur.

Gavrilita menyatakan kekhawatiran hari Minggu (24/7) bahwa pasukan Rusia "berada di wilayah wilayah Transnistria yang memisahkan diri," dan memperingatkan bahwa negara-negara lain juga harus khawatir tentang ambisi Putin.

"Jika suatu negara dapat memulai perang aneksasi tanpa memperhatikan hukum internasional, maka dalam hal ini, tidak ada yang aman," kata perdana menteri, yang mulai menjabat pada Agustus tahun lalu.

"Saya pikir banyak negara khawatir," tambahnya.

Gavrilita menambahkan bahwa Moldova akan melakukan "segala yang mungkin untuk menjaga perdamaian dan stabilitas dan untuk memastikan bahwa pertempuran tidak meningkat."


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top