Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 01 Feb 2020, 01:00 WIB

Memperpanjang Masa Pakai Barang Fashion

Foto: ist

Pakaian maupun barang fashion yang memiliki makna tidak akan terburu-buru berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hal ini lantaran, pakaian dan barang fashion memiliki masa pakai yang panjang

S etali Indonesia, sebuah gerakan mengajak untuk memperpanjang usia baju maupun barang dengan memilah (decluttering) demi menjaga lingkungan. Tren fashion menjadikan para pecintanya untuk selalu memburu model teranyar.

Namun tanpa penyikapan yang bijak, pakaian maupun barang fashion hanya digunakan sekali atau dua kali saja. Akibatnya, pakaian maupun barang fashion menumpuk bahkan hanya berakhir di TPA. Intan Anggita Pertiwi, Co Founder Setali mengatakan pakaian yang terbuang ke TPA akan kehilangan maknanya.

"Buang ke TPA, baju akan kehilangan maknanya," ujar dia yang ditemui di kantor representative Setali dibilangan Cipete, Jakarta Selatan, Senin (20/1).

Padahal, pakaian yang memiliki makna dapat memiliki masa pakai yang lebih lama. Karena, pengguna merasa nyaman dengan barang yang dikenakannya. Di sisi lain dapat menjaga lingkungan. Pakaian akan menyumbang limbah air dan emisi karbon di dunia.

Setali Indonesia melakukannya dengan decluttering (memilah) serta sustainable supaya barang memiliki manfaat dalam waktu panjang.

Decluttering yang dipopulerkan Marie Kondo, orang Jepang, berarti beberes dapat memiliki arti yang lebih luas. Memilah atau beberes pakaian maupun barang fashion berarti memilih barang yang diperlukan maupun yang sesuai kehendak hati alias yang memiliki chemistry.

Barang yang tidak diperlukan maupun tidak memiliki chemistry dapat dipindahkan ke pihak lain agar barang memiliki daya guna ketimbang menumpuk di rumah.

Hal tersebutlah yang diartikan, pakaian maupun barang fashion memiliki masa pakai lebih panjang atau sustainable. Donasi pakaian maupun barang fashion merupakan salah satu cara supaya barang memiliki masa pakai lebih panjang.

Namun yang utama, Setali Indonesia menjembatani pemilik dengan pengguna yang mampu memahami makna barang ketimbang sekedar sebagai pemakai.

"Karena pakaian adalah mahakarya untuk pembuatnya," ujar Intan. Desainer akan memikirkan dengan panjang untuk membuat sebuah pakaian. Bahkan di dalam pakaian maupun barang fashion dapat terkandung saripati budi pembuatnya.

Maka, nilai karya akan hilang kalau pakaian atau barang fashion diberikan pada orang yang tidak tepat. "Kalau kita memberikan baju ke orang yang nggak suka, semua nilai itu terhapus. Jadinya sekedar baju pemberian," ujar dia.

Setali Indonesia melakukan melakukan upcycle dan reconstruction sebagai bagian recycle agar pakaian dan barang fashion tidak kehilangan makna.

Upcycle dilakukan untuk menambah atau mengubah bentuk menjadi barang yang memiliki nilai baru. Salah satu contohnya, celana jeans pipa diubah bentuk dengan menambahkan renda di bagian ujung mata kaki.

Hasilnya, celana jeans berubah model menjadi cutbray. Model baru akan menambah panjang usia pakaian. Reconstruction pakaian maupun barang fashion dilakukan untuk mengubah bentuk barang menjadi barang yang baru.

Tujuannya tidak lain, supaya pakaian maupun barang fashion memiliki masa pakai yang lebih panjang. Reconstruction dapat dilakukan dengan mengubah pakaian menjadi sarung bantal, karpet, sarung sofa dan lain sebagainya.

Sampai saat ini, Setali Indonesia mendapatkan pakaian maupun barang fashion dari para donatur yang ingin menyumbangkan barangnya. "Kami mengambil peluang dari temen-temen yang ingin mendonasikan barangnya," ujar dia.

Kemudian, Setali Indonesia akan mengolah barang untuk diberikan pada pengguna yang tepat dengan cara menyalurkan maupun menjual melalui garage sale.

Untuk menjadi donatur dapat menghubung Setali Indonesia melalui websitenya yaitu www.setali.org. Sejak sekitar Oktober tahun lalu, Setali Indonesia telah berbentuk yayasan.

Sebelumnya, Setali Indonesia yang berdiri dua tahun yang lalu sempat berubah nama, mulai dari Sumbangin dan Salur. Perubahan nama tersebut tidak lain terkait misi kegiatan.

Pada awal berdirinya, Setali Indonesia banyak menerima sumbangan pakaian yang tidak lulus quality control. Barangbarang tersebut sulit untuk disalurkan maupun diolah kembali.

Untuk itu, gerakan yang didirikan Andien yang dikenal sebagai penyanyi jazz dan Intan Anggita Pertiwi sebagai co founder mengubah misinya supaya pakaian maupun barang fashion memiliki masa pakai berlanjutan.

Andien dan Intan dibantu Fahmi, penjahit, untuk mengolah pakaian dan barang fashion menjadi beragam bentuk. Di sisi lain dalam berkegiatan, mereka dibantu oleh 11 pegawai dan 65 volunteer. Dengan para volunteer tersebutlah, Setali Indonesia kerap melakukan diskusi mengenai pilar fashion.

Dari Berbenah Menjadi Gaya Hidup

Adanya kebutuhan bebenah menjadi alasan untuk melakukan decluttering. Namun utamanya, decluttering perlu dilakukan dalam suasana rileks supaya tidak menimbulkan beban pikiran.

Asa, 23, mahasiswa magister di salah satu perguruan negeri di Jakarta mengatakan tidak memiliki waktu khusus untuk melakukan decluttering.

"Menurut saya tidak perlu membuat jadwal spesifik untuk melakukan decluttering, karena hanya akan menambah beban pikiran," ujar dia melalui aplikasi komunikasi, Minggu (26/1).

Malah, mahasiswa Jurusan Kedokteran Gigi Forensik ini mengakui kalau dirinya kurang "jahat" terhadap benda-benda yang dimilikinya.

Karena sejak kecil, dia diajarkan untuk repair over buying something new. Dia memilih untuk memperbaiki barangnya ketimbang membeli barang baru.

"Celakanya di sini, saya sampai masuk ke tahap denial," ujar dia. Dimana, barang yang sudah tidak dapat diperbaiki namun Asa masih berkeyakinan untuk dapat memperbaiki. Akibatnya, barang-barang semakin menggunung dan terbengkalai.

Asa biasa membereskan barang-barang miliknya, seperti kertas, pulpen, pakaian, body care, make up,makanan, obat-obatan serta file maupun foto dalam alat elektronik. Walaupun terhitung jarang melakukan decluttering dan bukan penganut minimalis, Asa merasakan decluttering memiliki manfaat untuk dirinya. Ruangan menjadi lebih rapi serta mudah menemukan barang-barang miliknya.

"Efek mungkin tidak langsung, mungkin pikiran menjadi lebih jernih karena tidak terbebani barang-barang yang berantakan," ujar dia. Sedikit berbeda dengan Ade Safrina Nasution,27, pengusaha, yang secara rutin melakukan decluttering sebulan sekali. "Saya sebulan sekali memilih (barang) yang tidak perlu terutama di lemari anak," ujar dia.

Bahkan kalau rumah terasa lebih berantakan, ia bisa melakukan decluttering setiap dua minggu sekali. Bagi ibu satu anak, decluttering tidak sekedar beres-beres dan barang lebih terorganisir.

Tetapi, decluttering mampu memberikan manfaat secara batiniah. "Saya merasakan, decluttering menjadi ajang rekreasi dan soft therapy, semakin rileks," ujar dia.

Wanita yang biasa disapa Ade mengataka decluttering pertama kali dilakukan saat dia memiliki anak sekitar 1,5 tahun yang lalu. "Karena sejak memiliki anak, saya sempat baby blues," ujar dia.

Decluttering menjadi salah satu me time serta mampu merilekskan hati untuk melepaskan dari berbagai tekanan. Setelah menikmati manfaatnya, Ade berani mengatakan decluttering merupakan gaya hidup yang bisa ditularkan ke berbagai lingkungan sosial.

Bebas dari Laba-laba Memori

Aktifitas Decluttering tidak sekedar beberes rumah dengan mengurangi barang yang tidak diperlukan. Di sisi lain, proses tersebut sekaligus menjaga kesehatan mental pelakunya.

Tanpa disadari decluttering memberikan efek positif pada pelakunya. Selain rumah menjadi lebih bersih, jiwa orang yang melakukan decluttering pun turut menjadi bersih. "Ketika, kita decluttering secara rutin, kita membersihkan hati juga. Pengaruhnya ke kesehatan mental, " ujar Intan.

Karena, inner dalam dirinya turut melakukan decluttering. Wanita yang berprofesi sebagai DJ terinspirasi dari buku Scar Tissue, karya Anthony Kiedis, vokalis Red Hot Chili Pepper, band rock asal Amerika Serikat.

Dalam bukunya, Anthony mengatakan untuk membiasakan memberikan barang-barang yang paling kita cintai. Ternyata, cara tersebut sebagai salah satu upaya untuk belajar ikhlas.

Karena pada dasarnya, hidup adalah sebuat ekspektasi dan kemelekatan atau dalam arti bebas ketakutan akan kehilangan hingga menderita.

Padahal dengan melepas barang maupun sesuatu hal yang dimiliki lalu barang diberikan pada orang lain yang mampu merawat. Perasaan justru akan menjadi lega.

"Karena satu kemelekatan sudah kita lepas, kita berhadapan dengan realitas, yaitu melepaskan," ujar dia. Pelepasan kemelekatan ini sepertihalnya peristiwa datang dan pergi. Dalam hidup, ada peristiwa datang dan pergi, seperti ada kelahiran dan ada kematian.

Decluttering baju maupun barang-barang yang dimiliki merupakan latihan untuk melepaskan kelekatan tersebut. Cara ini juga merupakan upaya untuk melepaskan hal-hal yang berkaitan dengan keduniawian.

"Ketika kita kembali ke Sang Khalik, kita tidak ada beban lagi, karena kita sudah melepaskan satu persatu," ujar dia lagi. Dengan berbagai alasan, barang-barang penuh memori malah kerap menumpuk di dalam rumah.

"Rumah menjadi tidak bersinar dan menjadi laba-laba memori," ujar dia. Rutin melakukan decluttering membuat rumah kembali bersinar dan pemiliknya menjadi awet muda.

Intan berpendapat orang Indonesia pada umumnya sudah melakukan decluttering. Penggunaan baju secara turun temurun menjadi upaya pengurangan penambahan baju di lemari.

Di sisi lain, proses tersebut dapat dilakukan dengan mengurangi baju setiap kali membeli baju. Sehingga, ada keseimbangan antara barang yang masuk dan barang yang keluar. din/R-2

Redaktur:

Penulis: Dini Daniswari

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.