Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Memperbaiki Efek Pemanasan Global

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pemblokiran sinar matahari untuk mengatasi masalah perubahan iklim telah banyak dikemukakan oleh pakar geoengineering surya. Secara teori caranya dengan menyebarkan partikel reflektif berumur panjang ke atmosfer atas untuk menghalangi sinar matahari dan mengurangi pemanasan global telah menjadi teori.
Para ilmuwan Universitas Harvard mengusulkan pemblokiran surya dengan uji terbang balon penelitian Juni 2021. Alat yang dapat terbang tinggi ini dirancang untuk menjatuhkan sejumlah kecil debu berkapur dan selanjutnya dilakukan pengamatan dampaknya.
Penerbangan tidak hanya menyuntikkan partikel balon yang dapat dikendalikan dan instrumen yang diperlukan untuk mempelajari reaksi kimia di lapisan stratosfer, lapisan yang tenang dan dingin dengan ketinggian lebih dari 10 kilometer. Proyek yang disebut Stratospheric Controlled Perturbation Experiment (SCoPEx), harus mendapat persetujuan dahulu dari dewan penasihat independen.
"Geoengineering surya bukanlah pengganti untuk memotong emisi gas rumah kaca namun memperbaiki kerusakan terburuk dari pemanasan global, seperti gelombang panas ekstrem dan badai yang merenggut banyak nyawa saat ini," kata ilmuwan energi dan iklim Harvard dan salah satu ilmuwan utama ScoPEx, David Keith, dikutip Science Org.
Ia menambahkan ada potensi signifikan dan banyak sekali manfaat dalam mengurangi risiko perubahan iklim abad ini. Hal ini karena geoengineering datang dalam berbagai cara, ada yang disebut teknologi emisi negatif menyedot karbon dioksida dari udara menggunakan batu atau pohon atau mesin yang akan mengurangi kemampuan Bumi untuk menjebak panas.
Geoengineering surya akan mengurangi panas yang diterima Bumi. Satu ide, berdasarkan jejak kapal laut, adalah untuk menyemai awan reflektif, yang lain terinspirasi oleh gunung berapi, yang dapat memuntahkan aerosol sulfat ke stratosfer dan cukup mendinginkan planet ini.
"Tetapi penelitian dalam geoengineering surya telah lama tabu," kata Faye McNeill, seorang ahli kimia atmosfer di Universitas Columbia yang tidak terafiliasi dengan SCoPEx. "Kita tidak ingin terlihat mendorongnya," ujar dia.
Satu ketakutan adalah bahwa geoengineering surya dapat dilakukan secara sepihak oleh kelompok orang atau negara, dengan efek yang tidak diketahui pada pertumbuhan tanaman dan pola curah hujan. Kekhawatiran lain adalah bahwa hal itu akan mendorong penambahan lebih banyak partikel untuk menghalangi pemanasan yang tidak mengatasi akar masalah dari meningkatnya emisi karbon.
"Tapi sekarang, dengan begitu banyak pemanasan yang sudah terkunci, urgensi masalah iklim telah meningkat," kata McNeill.
Sementara itu kepala ilmuwan iklim di Union of Concerned Scientists mengatakan SCoPEx, Peter Frumhoff, menuturkan, bukan hanya pemblokiran sinar matahari eksperimen sains, tetapi juga ujian penting tata kelola geoengineering.
"Kita perlu belajar tentang proses eksperimen itu sendiri sebagai penasehat," ujar dia.
Tim SCoPEx sebenarnya akan melakukan penerbangan balon Swedia namun ditolak. Eksperimen yang diusulkan cukup sederhana tersebut akan menelan biaya beberapa juta dollar dan telah didanai oleh donor swasta. Salah satu perusahaan yang mendanai adalah pendiri Microsoft, Bill Gates.
Setelah banyak penelitian tim memutuskan menggunakan kalsium karbonat kapur, pada dasarnya sebagai partikel penghalang cahaya yang ideal. Tidak seperti sulfat, kalsium karbonat tidak menyebabkan hilangnya ozon dan tidak terlalu reaktif.
"Tetapi karena tidak ada secara alami di stratosfer, model perilakunya tidak pasti. Model bersandar pada data sebelumnya yang sedikit. Untuk itu penting untuk melakukan banyak eksperimen, baik di laboratorium maupun di lapangan," kata McNeil.
Balon SCoPEx akan melepaskan hingga dua kilogram kalsium karbonat ke stratosfer dan kembali lagi untuk mengamati gumpalan yang dihasilkan. Perhitungan Keith sebelumnya menyarankan partikel mungkin membantu mengisi lapisan ozon dengan bereaksi dengan molekul perusak ozon.
Tapi sekarang percobaan laboratorium dari tim Harvard, yang diterbitkan di Communications Earth & Environment, telah menemukan senyawa tersebut relatif lembam terhadap kimia, namun masih selangkah lebih maju dari sulfat perusak ozon. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top