Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dasar Negara - Intoleransi di Indonesia Masih Cukup Tinggi

Membumikan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Untuk mencegah penyebaran hoaks dan intoleransi maka seluruh pihak harus bisa membumikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari secara nyata.

JAKARTA - Membumikan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan mengaplikasikan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dengan tindakan nyata. Kalau tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan pernah menjadi tindakan nyata.

"Contohnya, dalam Sila Pertama itu takut akan Tuhan, senang berbagi, dan mencintai sesama," kata Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Romo Benny Susetyo, dalam Seminar Hari Pancasila dengan tema Mengakarkan dan Membumikan Pancasila sebagai Landasan Bernegara, di Jakarta, Sabtu (29/6).

Lebih jauh Romo Benny mengatakan kalau ada orang menyebarkan hoaks, sentimen, itu artinya tidak mendalami kecintaan pada Tuhan. Jadi ketika agama tidak membatinkan dalam diri atau menjadi inspirasi maka tidak akan membebaskan manusia dari kerakusan.

Menurut Romo Benny, sudah tepat kalau Pancasila dibumikan dalam kehidupan sehari hari. Kalau tidak dibumikan dalam kehidupan sehari-hari maka hanya menjadi alat kekuasaan saja dan bukan jadi ideologi bangsa.

Pemerintah saat ini, tambah Romo Benny, membumikan Sila Ketiga dan Sila Kelima Pancasila dengan cara membangun daerah-daerah di luar Pulau Jawa dan kawasan timur. "Presiden Jokowi berupaya membumikan Pancasila dengan membangun daerah-daerah di luar Pulau Jawa dan wilayah Indonesia timur," ujar Romo Benny.

Sedangkan Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid, mengaku sempat ditanya oleh mantan pejabat Inggris. Dia bertanya bagaimana cara pemerintah Indonesia, menyakinkan warga negaranya untuk tidak ikut-ikutan berjihad ke Suriah.

Atas perntanyaan tersebut Yenny menjawab di Indonesia, dari lebih dari 200 juta warga negaranya, yang pergi ke Suriah hanya 500 orang saja. Sedangkan di Inggris, penduduk muslim hanya dua juta tetapi yang pergi lima ribu orang ke Suriah.

Cinta Damai

Menanggapi pertanyaan tersebut, Yenny mengatakan karena masyarakat Indonesia sangat cinta damai maka dia tidak akan ikut-ikutan untuk berjihad ke Suriah. Yang membuat masyarakat tidak tertarik, karena Indonesia mempunyai Pancasila sebagai platform yang membuat bangsa ini tidak mudah terkena bujuk rayu. Bangsa Indonesia punya tatanan yang dapat menangkal radikalisme dan ekstremisme.

Dari penelitian lembaganya, hanya 0,4 persen warga yang terlibat gerakan radikal. "Terlibat di sini tidak hanya ikut ngebom atau nembak tetapi juga pernah menyumbang," kata Yenny.

Kecilnya warga yang tertarik melakukan radikalisme merupakan berita baik, karena itu menandakan warga negara masih memegang teguh Pancasila sebagai dasar negara.

Namun, kabar buruknya, intoleransi di Indonesia cukup tinggi, hampir 50 persen, di mana intoleransi itu adalah tidak memberikan hak pada orang-orang yang tidak disukainya. "Namun untungnya, 74 persen warganya menolak radikalisme, dan lebih dari 90 persen warganya mendukung Pancasila," tukas Yenny.

Kondisi intoleransi ini sudah menyebar ke kalangan perguruan tinggi. Untuk menanggulangi persoalan ini Menteri Riset, Tekknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Natsir telah mengeluarkan regulasi berupa Peraturan Menteri No 55 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Pancasila Dalam Kegiatan Kemahasiswaan Perguruan Tinggi.

Dalam peraturan tersebut kampus diberikan kewenangan untuk membentuk organisasi kemahasiswaan yang fungsinya sebagai wadah pembinaan ideologi Pancasila. Dalam pelaksanaan programnya juga melibatkan organ ekstra kampus yang berhaluan moderat. Wadah ini adalah pintu masuk bagi organisasi kemahasiswaan untuk menebarkan ajaran kedamaian.

Sebelumnya, Yenny mengimbau masyarakat Indonesia di Jerman untuk memperbanyak dialog dan komunikasi antarelemen bangsa. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi fenomena divided nations yang tengah menggejala di berbagai negara saat ini.

eko/Ant/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top