Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Water Wise Festival

Memastikan Keberlangsungan SDA untuk Generasi Mendatang

Foto : dok. wwf
A   A   A   Pengaturan Font

World Wide Fund for Nature (WWF) bekerja sama dengan HSBC merayakan Hari Bumi Sedunia dengan mengambil tema Water Wise Festival, di Jakarta, pada Minggu (22/4).

Hari Bumi yang diperingati seluruh dunia sejak 1970 ini, WWF Indonesia sebagai organisasi konservasi independen yang senantiasa berupaya memastikan keberlangsungan sumber daya alam (SDA) untuk generasi mendatang berkolaborasi dengan PT Bank HSBC Indonesia telah berkomitmen untuk bersama-sama dalam menjaga keberlanjutan dan kualitas air sebagai komponen terpenting kehidupan di Bumi melalui program konservasi air yang akan dilakukan di wilayah Koto Panjang, Riau & Sumatera Barat pada 2018-2020 mendatang.

Untuk mengawali program tersebut, WWF-Indonesia dan PT Bank HSBC Indonesia mengadakan Water Wise Festival pada Minggu, di The Space at Senayan City, Jakarta. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan edukasi terkait air dan penggunaan air secara bijak serta juga membangun kesadaran masyarakat di perayaan Hari Bumi tersebut.

Pada festival ini, pengunjung dapat mengikuti berbagai kegiatan seperti Diskusi Konservasi, Virtual Reality Tour, Pameran Foto Air, Uji Kualitas Air di Water Information Center & Lab, Face Painting dan masih banyak lagi kegiatan dan games menarik lainnya.

Dari jumlah keseluruhan air di Bumi, 97 persen merupakan air laut dan hanya 3 persen yang merupakan air tawar. Namun dari 3 persen tersebut, 2 persen nya adalah gletser/es, sedangkan 1 persen sisanya tidak semuanya layak dikonsumsi.

United Nations World Water Development juga mengungkapkan bahwa saat ini ada sekitar 1,9 miliar orang hidup di daerah yang mengalami kelangkaan sumber air. Hal tersebut diprediksi akan meningkat sekitar 3 miliar orang pada tahun 2050.

Kemudian, berdasarkan data dari Earth Day Network, 90 persen dari miliaran sampah plastik yang mengotori lautan, danau, sungai berasal dari limbah daratan dan telah mengancam kualitas dan kuantitas air bagi manusia, tumbuhan, dan satwa liar.

Hal tersebut yang menjadi tema perayaan Hari Bumi tahun ini yaitu End Plastic Pollution. "Selama lebih dari 15 tahun, WWF-Indonesia dan HSBC telah bekerjasama mengatasi berbagai isu lingkungan termasuk isu ketersediaan air dan pendidikan lingkungan yang sudah dimulai sejak 2016 di Rimbang Baling dan Bandung. Kami sepakat bahwa air merupakan sumber kehidupan yang sudah seharusnya dikelola dan digunakan dengan bijak. Melalui program konservasi air ini, kami mendorong praktik-praktik pengelolaan terbaik pada bidang pertanian, kehutanan, dan budidaya perikanan yang ramah lingkungan agar tercipta peningkatan kuantitas dan kualitas air di wilayah Koto Panjang," kata Rizal Malik, CEO WWF-Indonesia.

Rizal menambahkan, upaya lain yang dilakukan adalah revitalisasi fungsi PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) sebagai pemasok listrik dengan cara peningkatan kapasitas para pihak untuk dapat menggunakan perangkat PLTA berkelanjutan (Hydropower Sustainability Assessment Protocol), serta upaya dalam meningkatkan kesadaran dan mendorong aksi kolektif bersama bagi semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas.

Lebih lanjut, program konservasi ini juga tidak hanya akan menciptakan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar daerah aliran Sungai Kampar, tetapi juga meningkatkan kualitas dan aliran air, mewujudkan listrik yang berkelanjutan, serta menghidupkan kembali habitat Harimau Sumatera, tapir, gajah, primata, ikan, burung, serta kekayaan hayati di dalamnya.

Sementara itu Nuni Sutyoko, Head of Corporate Sustainability PT Bank HSBC Indonesia mengatakan, di HSBC, keberlanjutan diartikan sebagai upaya membangun bisnis jangka panjang dengan senantiasa memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi dalam berbisnis.

"HSBC Water Programme memberi manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Jumlah air yang dipakai dalam berbagai kegiatan domestik maupun industrial juga ditentukan oleh ketersediaan air pendukungnya," ungkapnya.

Lebih lanjut Nuni menambahkan bahwa sebagai bagian dari program ini, pihaknya bekerjasama dengan beragam bisnis dan beragam sektor untuk menggalakkan efisiensi penggunaan air.

"Selain itu, bersama WWF dan masyarakat lokal kami berupaya untuk memberikan penyuluhan terkait pengelolaan sumber air yang lebih baik, guna memastikan ketersediaan air bagi kebutuhan manusia dan lingkungan di masa depan. Senayan City sebagai mitra pendukung kegiatan ini juga telah turut melaksanakan praktik daur ulang air yang berasal dari penggunaan air toilet dan para tenant mal," ujarnya.

Proses daur ulang air tersebut menggunakan teknologi Sewage Treatment Plant (STP) dan Water Treatment Plant (WTP) yang menghilangkan zat kontaminan dari air limbah dengan menggunakan sistem aerasi yang akan meningkatkan kadar saturasi oksigen dan menghasilkan lumpur aktif yang dapat dijadikan pupuk alami. Hasil dari daur ulang air tersebut lebih lanjut digunakan untuk menyiram tanaman, mesin pendingin (chiller) juga air pembilas toilet (toilet flushing water).

Akhiri Polusi Plastik

Sementara itu, tema global memperingati Hari Bumi adalah End Plastic Pollution atau Akhiri Polusi Plastik, agaknya mengingatkan semua warga dunia bahwa

peningkatan polusi plastik semakin hari semakin mengkhawatirkan. Diperkirakan di seluruh dunia ada 300 juta ton plastik diperdagangkan setiap tahunnya. Sebanyak 90 persen diantara plastik-plastik tersebut dibuang begitu saja setelah digunakan.

Sampah plastik ini terakumulasi di alam karena ketika dibuang tidak terurai dengan cepat. Sebagian besar plastik akan bertahan selama ratusan hingga ribuan tahun mencemari tanah, perairan, bahkan tubuh makhluk hidup.

Menurut penelitian, pada 2010 saja jumlah sampah diperkirakan mencapai 4,8 hingga 12,7 juta ton. Batas bawah yang ditetapkan sebesar 4,8 juta ton itu kurang lebih sama dengan jumlah ikan tuna yang ditangkap di seluruh dunia. Dari kisaran tersebut, para ilmuwan menetapkan 8 juta ton sebagai perkiraan rata-rata. Jumlah itu hanyalah sekian persen dari total sampah plastik yang dihasilkan penduduk dunia setiap tahun.

Dalam kaitan tersebut, The Body Shop Indonesia bersama masyarakat di sekitar Bunderan Hotel Indonesia (HI), juga turut menyerukan kampanye tolak sedotan plastik. Aksi dilakukan guna mengedukasi masyarakat akan bahaya penggunaan sedotan plastik bagi lingkungan.

"Penguraian organik material berbahan dasar plastik sangatlah sulit," terang Rika Anggraini, GM Corporate Affairs and Sustainability The Body Shop Indonesia.

Dalam aksi ini, juga dilakukan kegiatan memungut sampah sedotan di Bunderan HI, melibatkan masyarakat, 300 karyawan The Body Shop, dan pegiat lingkungan Nadine Chandrawinata.

"Saya sangat mendukung aksi kampanye ini. Kalau kita mau mengurangi sampah plastik, kita bisa mulai dengan tanpa sedotan bila membeli minuman. Ketika tidak dapat kita selamatkan, lingkungan itu juga tidak dapat menyelamatkan kita. Kondisi pemakaian sedotan plastik saat ini semakin mengkhawatirkan, jadi sudah seharusnya kita tidak lagi memakai sedotan plastik," papar Nadine.

ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top