Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

“Memancing" Meteorit Antarbintang yang Jatuh di Laut Papua New Guinea

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Bumi pernah dihantam meteor pada 8 Januari 2014. Sisa tabrak itu jatuh di laut. Para astronom berencana "memancing" meteorit antarbintang itu dengan menggunakan magnet besar.

Para astronom sedang merencanakan pemancingan objek luar angkasa yang pernah jatuh di lepas pantai Papua New Guinea. Objek itu adalah meteorit kecil dari sistem bintang lain yang menabrak Samudra Pasifik dengan energi yang setara dengan sekitar 121 ton (110 metrik ton) TNT.
Tim dari Universitas Harvard berharap untuk menemukan pecahan batu antarbintang ini yang dikenal sebagai CNEOS 2014-01-08. Batuan ini menghantam Bumi pada 8 Januari 2014. Temuan objek ini dilaporkan oleh astronom Amir Siraj dan Abraham Loeb dan dikonfirmasi oleh Komando Luar Angkasa Amerika Serikat (AS) pada April 2022.
"Menemukan fragmen seperti itu akan mewakili kontak pertama yang pernah dimiliki umat manusia dengan material yang lebih besar dari debu dari luar tata surya," kata Amir Siraj, astrofisikawan di Universitas Harvard.
Siraj mengidentifikasi asal objek antarbintang dalam sebuah studi pada 2019 dengan keyakinan 99,999 persen. Namun benda itu baru dikonfirmasi pada Mei 2022 oleh Komando Luar Angkasa AS. Tidak ada saksi yang diketahui mengenai objek yang menabrak Bumi.
"Objek itu menghantam atmosfer pada jarak sekitar seratus mil (160 kilometer) di lepas pantai Papua New Guinea pada tengah malam dengan sekitar 1 persen energi dari bom Hiroshima," kata Siraj seperti dikutip laman Space.
Berukuran hanya 1,5 kaki (0,5 meter), CNEOS 2014-01-08 tampaknya menjadi objek antarbintang pertama yang pernah ditemukan di tata surya. Sebelumnya, sebuah objek lonjong yang disebut Oumuamua pernah menyandang titel itu.

Luar Tata Surya
Ditemukan pada 2017 selama survei langit Pan-STARRS, batu ruang angkasa menembus tata surya dengan kecepatan hampir 57.000 mph atau 92.000 km per jam. Astrofisikawan Harvard, Avi Loeb, dan rekan Siraj, mengklaim itu mungkin mesin alien. Penemuan Oumuamua diikuti oleh penemuan komet 2I/Borisov, komet antarbintang pertama, yang ditemukan oleh astronom amatir Gennadiy Borisov di Crimea.
Sedangkan objek CNEOS 2014-01-08 diperkirakan berasal dari sistem bintang lain karena bergerak dengan kecepatan 37,2 mil per detik atau 60 kilometer per detik. Kecepatan tersebut terlalu cepat untuk tertarik oleh gravitasi Matahari.
"Pada jarak Bumi dari Matahari, objek apapun yang bergerak lebih cepat dari sekitar 42 kilometer per detik (26 mil per detik) berada pada lintasan pelarian hiperbolik yang tidak terbatas relatif terhadap Matahari," kata Siraj.
"Ini berarti bahwa CNEOS 2014-01-08 jelas melebihi batas kecepatan lokal untuk objek terikat, (dan) itu tidak berpapasan dengan planet lain di sepanjang jalan, jadi pasti berasal dari luar tata surya," lanjut dia.
Dengan menggunakan kapal Proyek Galileo, Siraj dan Loeb, akan memulai sebuah ekspedisi senilai 1,6 juta dollar AS untuk menurunkan magnet yang ukurannya serupa dengan tempat tidur ukuran besar di lokasi 1,3 derajat selatan, 147,6 derajat timur, lokasi yang diduga jatuhnya meteorit itu. Posisi itu sekitar 186 mil atau 300 kilometer utara Kepulauan Manu di Laut Bismarck di barat daya Samudra Pasifik.
CNEOS 2014-01-08 jauh melebihi kekuatan material meteorit besi biasa, yang seharusnya membuatnya lebih mudah untuk dipulihkan, menurut Siraj. Kekuatan material mengacu pada seberapa mudah sesuatu dapat menahan deformasi atau rusak oleh beban.
"Kebanyakan meteorit mengandung cukup besi sehingga mereka akan menempel pada jenis magnet yang kami rencanakan untuk digunakan untuk ekspedisi laut," kata dia. "Mengingat kekuatan materialnya yang sangat tinggi, kemungkinan besar fragmen CNEOS 2014-01-08 bersifat feromagnetik," imbuh dia.
Berangkat dari Papua New Guinea, kapal Proyek Galileo akan menurunkan magnet pada tali kerekan yang akan ditarik di sepanjang dasar laut pada 1 mil (1,7 kilometer) selama 10 hari. Diharapkan magnet dapat mengambil fragmen kecil meteorit, berukuran sekecil 0,004 inci atau 0,1 mm.
Namun, tidak jelas kapan para astronom akan dapat melakukan ekspedisi mereka. Proyek Galileo telah memiliki dana 500.000 dollar AS, dengan tambahan 1,1 juta dollar AS diperlukan untuk mewujudkannya.
"Ini nilai yang baik dibandingkan dengan menjalankan misi luar angkasa," menurut Siraj. "Cara alternatif untuk mempelajari objek antarbintang dari jarak dekat adalah dengan meluncurkan misi luar angkasa ke objek masa depan yang melewati lingkungan Bumi," imbuh dia, yang bersama Loeb juga mengerjakan perincian misi semacam itu jika objek lain seperti Oumuamua muncul di tata surya.
"Tapi itu akan menjadi 1.000 kali lebih mahal sekitar 1 miliar dollar AS," lanjut dia. hay/N-3

Petunjuk Bagi Keberadaan Planet ke-9?

Bagi para astronom, obyek antarbintang CNEOS 2014-01-08 sangat penting. Kandungan apa yang ada pada batu meteorit ini berguna dalam mempelajari asal usul Bumi, dan bahkan banyak yang berpendapat bahwa asal mula kehidupan berasal dari batuan ini.
CNEOS 2014-01-08 yang diperkirakan merupakan objek antarbintang yang dilaporkan pada Juni 2019 oleh astronom Amir Siraj dan Abraham Loeb, dan dikonfirmasi oleh Komando Luar Angkasa AS pada April 2022. Penemuan ini diterbitkan sebagai makalah non-peer review di arXiv, mengumumkan meteorit berdimensi 0,45 meter (1,5 kaki) terdeteksi pada 8 Januari 2014 di dekat pantai timur laut Papua New Guinea.
Menurut para peneliti, meteorit tersebut berasal dari orbit hiperbolik tak terikat dengan keyakinan 99,999 persen. Kandidat antarbintang ditemukan dalam data dari Pusat Studi Objek Dekat Bumi. Perkiraan kecepatan meteor, sekitar 60 km per detik atau 37 mil per detik, kemungkinan dihasilkan di inti terdalam dari sistem bintang lain.
Sebuah studi pada 2019 oleh Jorge I Zuluaga yang diterbitkan sebagai catatan penelitian oleh American Astronomical Society menyimpulkan bahwa meskipun arahnya sama sekali tidak diketahui, kemungkinan bahwa CNEOS 2014-01-08 adalah hiperbolik masih akan memiliki kemungkinan 48 persen.
Konfirmasi awalnya terhalang oleh masalah bahwa informasi penting yang mengukur keakuratan data pemerintah AS tidak tersedia untuk umum. Namun, pada 2022, Komando Luar Angkasa Amerika Serikat mengungkapkan bahwa data kecepatan meteor "cukup akurat untuk menunjukkan lintasan antarbintang".
"Kami saat ini sedang menyelidiki apakah sebuah misi ke dasar Samudra Pasifik di lepas pantai Kepulauan Manu, dengan harapan menemukan fragmen meteor 2014, bisa berbuah atau bahkan mungkin," kata Amir Siraj, salah satu astronom yang melaporkan penemuan meteorit antarbintang itu.
Pada Mei 2022, ditemukan bahwa objek tersebut sangat tidak mungkin mendekati tata surya secara acak dari dekat ekliptika dan dengan kecepatan gerak rata-rata yang tinggi. Dengan demikian, diperkirakan bahwa meteor itu mungkin telah memasuki orbit yang melintasi Bumi setelah melewati planet ke-9 yang diperkirakan sebelumnya.
Planet ke-9 di tata surya saat ini sedang diteliti. Jika hipotesis itu benar, berdasarkan perlintasan CNEOS 2014-01-08 berarti planet ke-9 mungkin saat ini berada di sekitar konstelasi Aries. hay/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top