Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Memahami Logika Film Horor Indonesia

Foto : istimewa

» Ilustrasi suatu keluarga yang tengah menonton film horor. Film horor Indonesia dalam beberapa tahun belakangan mengalami kemajuan, meski masih menggunakan trik lama.

A   A   A   Pengaturan Font

Kedekatan masyarakat Indonesia umumnya dengan dunia supranatural, tak pelak akhirnya melahirkan penerimaan total terhadap kehadiran film bergenre horor. Lepas dari rasional atau tidak.

Di Indonesia, film bergenre horor/mistis telah hadir sejak lama. Berbeda dengan masyarakat Eropa dan AS yang cenderung lebih rasional, masyarakat Indonesia - umumnya - lebih membiarkan nalar yang irasional dalam menanggapi film-film bergenre horor/ mistis.

Latar belakang kemunculan genre ini di Indonesia memang masih memerlukan kajian yang mendalam, namun mengingat dunia supranatural, tahayul, dan cerita-cerita hantu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat, maka sangatlah rasional jika genre ini tumbuh subur dan disukai.

Ada beberapa film bergenre horor sepanjang 2017 - setidaknya sampai September ini - yang mampu menyita perhatian publik. Sebut saja Danur: I Can See Ghosts. Film besutan sutradara Awi Suryadi ini menceritakan tentang Risa yang meminta teman pada ibunya, Elly, tepat di hari ulang tahunnya ke-8, agar dirinya tidak kesepian lagi.

Latar belakang cerita film ini sesungguhnya sederhana, namun suspen yang diciptakan Awi Suryadi mampu mengaduk-aduk emosi penonton, sehingga sebagian penonton tergiring untuk "mengiyakan" semua yang tersaji. Boleh dibilang film ini berhasil mencapai target untuk menyajikan film horor yang berbeda. Sayangnya, perbedaan itu tidak dapat menyelamatkan film ini dari berbagai kelemahan. Salah satunya, ekspektasi yang dijatuhkan realita.

"Bisa jadi, film ini membawa asumsi bahwa Danur akan menjadi film horor kuno dengan segala hal klasik di dalamnya. Satu-satunya pikiran positif setelah menyaksikan tayangan itu adalah (mungkin) film ini memiliki nilai moral yang multi dimensi, dan dapat diterapkan oleh semua orang. Bukan anak indigo saja," ungkap Eros Djarot, pengamat dan sutradara.

Jadi, lanjutnya, kendati Awi Suryadi berhasil memukau khalayak dengan menciptakan

ketakutan itu menjadi nyata. Danur membuka adegan menakutkan mereka dengan berusaha mengejutkan para penonton. Dan, di situlah ekspektasi itu dijatuhkan realita.

Danur hanya memaksimalkan hal-hal standar dalam film horor, dari musik, jam tua, suara pintu lemari, kursi goyang, kaca, hingga kamar mandi. Film ini juga meminjam beberapa elemen dari film The Ring, dan Insidious.

Kedodoran lantaran Terburu-buru

Film horor lain yang juga sempat membetot perhatian publik, termasuk kritikus film, adalah Parang, Manusia Jadi-jadian. Abdul Rodjak yang tidak hanya bertindak sebagai sutradara saja, melainkan juga sebagai pemain, dan penulis skenario, boleh dibilang sukses dari segi strategi pemasaran film.

Betapa tidak, Parakang yang dirilis pada 18 Mei 2017 sampai hampir sebulan setelah penayangannya, mampu meraup 49.847 penonton. Namun, dari sudut sinematografi dan manajemen produksi bisa dikatakan kedodoran karena riset film yang terburu buru dan beban psikologis Abdul Rodjak, yang mesti berperan sebagai pemain, sutradara, sekaligus penulis skenario. Begitupun Riri Rodjak, punya beban yang sama sebagai pemain yang merangkap produser film. Praktis, mereka mesti menguras perhatiannya untuk beberapa bidang yang memiliki manajemen berbeda.

Lantas, film horor Psikopat, besutan sutradara Ekadi Katili dan Jito Banyu. Dengan tagline Hari kelahiranmu adalah waktu kematianmu, film ini mencoba mengukuhkan esensi film horor yang dibalut dengan cerita pembunuhan. Film yang diproduksi Citra Visual Sinema ini mulai tayang di bioskop 27 Juli 2017. Film ini menceritakan laki-laki psikopat, yang suka membunuh wanita-wanita muda.

"Film ini menghadirkan ketegangan dan suasana mencekam," kata Duke Rachmat, produser film ini.

Secara ide film ini menarik, hanya saja dalam penyajian gambar-gambarnya masih terlihat kaku, belum mengalir dan asyik untuk dinikmati. Dari sisi ketegangan film ini cukup menghadirkan suasana mencekam meski terkesan lompat-lompat dan alurnya gampang ditebak. pur/R-1

Trik Basi yang Dipertahankan

Dari sejumlah film horor bikinan sutradara Indonesia, ada beberapa hal yang mudah dibaca penonton, sekaligus merupakan trik yang diulang, sehingga bukan hanya mudah ditebak penonton, melainkan terkesan basi. Namun, masih saja dipertahankan. Berikut beberapa diantaranya.

1. Lampu mati

Dalam scene seperti ini, bisa jadi sutradara berharap penonton bakal ikut merasa tegang. Padahal, tidak semua adegan mesti dibumbui dengan scene lampu mati. Efek tegang bisa muncul dari kehadiran seseorang yang tiba-tiba, atau dari arah belakang, atau seseorang kebingungan lantaran tidak segera menemukan kunci rumah, sementara suara seram terus mendekat, misalnya.

2. Dengar Suara Aneh

Adegan lain yang masih dipertahankan adalah mendengar suara aneh. Dan, uniknya, jika seseorang mendengar suara aneh, dipastikan dia lari. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Begitu mendengar suara aneh, justru mencari dan mendekati asal sumber suara aneh tersebut.

3. Lari ke Tempat Sepi

Beberapa film bergenre horor sering diawali dengan adegan seseorang berlari, seperti dikejar sesuatu. Wajahnya pucat dan penuh ketakutan. Dan, keanehan yang terjadi berikutnya adalah orang yang ketakutan tersebut justru berlari ke arah tempat yang sepi, misalnya kuburan, atau rumah kosong. Ini salah satu adegan basi yang bikin penonton bete. Mestinya, kalau orang ketakutan, umumnya bakal lari cari teman, atau ke keramaian di mana banyak orang.

4. Pintu Membuka atau Menutup Sendiri

Lagi-lagi logika dalam adegan film horor lebih sering jungkir balik. Seperti scene pintu membuka atau menutup sendiri, di mana bertujuan untuk memunculkan efek takut penonton. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya, lantaran penonton sekarang sudah cerdas, sehingga adegan tersebut malah dipertanyakan logikanya.

5. Berpencar

Nah..adegan seperti ini juga sering dipergunakan dalam film horor. Logika penonton , adegan tersebut dibuat bisa jadi hanya untuk mengulur durasi, atau setelah berpencar, pasti ada yang terbunuh salah satu. Adegan seperti ini mudah ditebak, bagaimana kelanjutannya.

6. Cuma Mimpi

Pengadegan seperti ini paling membuat penonton sebel. Atau, jika penonton cerdas, di tengah adegan sudah bisa diterka, jangan-jangan ini hanya mimpi, dan sebagainya.

Tapi di antara semua trik dan logika basi tersebut, yang paling membuat kesal penonton adalah film horor yang kisahnya tidak jelas, di mana setannya asal membantai manusia. Hanya menonjolkan efek seram dan kaget, tanpa diimbangi kualitas cerita. Film horor yang menarik adalah film yang memiliki kandungan pelajaran moral. pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top