Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Misi Artemis III

Melindungi dari Suhu Panas dan Dingin yang Ekstrem

Foto : Wikimedia Commons
A   A   A   Pengaturan Font

Pakaian untuk menjalani misi Artemis III dari Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) pada 2025 sangat penting. Pada 2019, NASA harus menunda spacewalk pertama yang semuanya perempuan karena Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tidak memiliki cukup pakaian antariksa dengan ukuran yang tepat.

Namun, karena NASA telah mulai mengerjakan pakaian baru tersebut sebelum menyerahkannya ke industri, Axiom Space tidak harus memulai dari awal. "Kami mulai melakukan modifikasi ketika desain belum ditutup atau belum selesai atau ketika keahlian tim kami tahu bahwa kami dapat melakukan perbaikan," kata Mark Greeley, Manajer Program Extra Vehicular Activity or Spacewalk (EVA) Axiom Space, yang telah mengelola proyek pakaian luar angkasa dan meluncurkan proyek pakaian masuk untuk NASA sepanjang kariernya.

"Ada beberapa komponen, seperti batang tubuh bagian atas yang keras dan gelembung helm, yang desainnya cukup matang tetapi kami sepenuhnya mendesain ulang sistem pakaian bertekanan. Kami juga membuat perubahan besar pada setelan dengan mengurangi beratnya hingga 9 kilogram sehingga kami bisa meningkatkan mobilitas," kata dia.

Sudut helm pada setelan Axiom Space tidak lagi menyerupai helm Apollo, karena dimiringkan dengan pandangan yang diperluas di bawah cakrawala. "Untuk pakaian antariksa, para astronot sering melihat ke bawah," tutur Greeley.

Meski sebenarnya gravitasi Bulan hanya seperenam dari gravitasi Bumi, namun pakaian yang akan digunakan antariksawan dan antariksawati harus ringan. Ringannya pakaian tersebut berpengaruh pada desainnya. "Pakaian antariksa harus ringan karena digunakan di lingkungan gravitasi," kata Bill Ayrey, penulis buku Lunar Outfitters: Making the Apollo Space Suit. "Selian itu juga setelan luar angkasa dan Bulan harus memberikan mobilitas tubuh bagian bawah yang sangat baik karena Anda berjalan di lingkungan gravitasi dan tidak hanya melayang-layang," tutur dia.

Mantan astronot NASA, Peggy Whitson, menggambarkan prototipe tersebut sebagai contoh bagus tentang apa yang dapat dilakukan melalui inovasi. Ini akan menjadi pakaian yang menurutnya cukup fleksibel. Whitson saat ini memegang rekor dunia untuk waktu kumulatif terlama di luar angkasa (665 hari) dan, sebagai kepala penerbangan luar angkasa manusia Axiom Space, akan memperpanjang rekor itu lebih jauh lagi pada 8 Mei sebagai komandan Ax-2, misi pribadi kedua perusahaan untuk ISS. Beberapa astronot, termasuk Whitson, juga memiliki masukan untuk setelan baru tersebut.

"Menurut saya komentar paling umum dari para astronot adalah tetap sederhana," kata Greeley. "Untuk sarung tangan, ini untuk memastikan mereka memiliki ketangkasan yang tepat dan menjaga tangan mereka tetap hangat atau dingin, bergantung pada lingkungannya. Setelah mengerjakan beberapa program, menurut saya sarung tangan kami mungkin yang terbaik yang pernah saya lihat," imbuh dia.

Selama misi Apollo, debu Bulan (moondust) yang sangat halus atau regolith, bisa mengganggu instrumen, menyebabkan radiator menjadi terlalu panas dan merusak pakaian antariksa. "Sangat penting untuk memastikan bahwa debu bulan tidak dapat menembus lapisan dalam, bantalan logam, dan komponen lainnya," kata Ayrey.

Suhu di permukaan Bulan sendiri sangat ekstrem. Berbeda dengan Bumi, Bulan memiliki siklus sekitar 14 hari siang dan 14 hari malam. Selama kegelapan, suhu bisa turun hingga minus 253 derajat Celsius dan mencapai hingga 120 derajat Celsius atau 250 derajat Fahrenheit saat siang hari. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top