Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Melihat Pembuatan Lilin Imlek di Cibadak

Foto : foto-foto: koran jakarta/teguh rahardjo
A   A   A   Pengaturan Font

Tahun baru China atau Imlek sudah mulai terasa di Perkampungan Pecinan, seperti di Jalan Cibadak Kota Bandung. Jalan yang dulu terkenal dengan kawasan perdagangan baju-baju bekas sisa ekspor itu sudah mulai terlihat berbenah menyambut tahun baru China. Lampion-lampion nampak tergantung di tengah Jalan Cibadak, berdesakan dengan kendaraan yang berderet karena macet.

Di kawasan ini juga terdapat sebanyak 11 vihara, mulai dari vihara Hindu, Budha hingga Konghucu. Masing-masing pengunjungnya berbeda sesuai dengan keyakinannya. Tapi ada satu vihara yang bisa diterima oleh semua golongan yakni Dharma Ramsi.

Vihara ini nampak mulai terlihat kesibukannya menjelang Imlek. Selain mempersiapkan perayaan tahun baru dan Cap Go Meh, vihara ini juga menjadi rujukan untuk membeli lilin Imlek.

Saat disambangi, vihara yang memang sangat terbuka dengan kedatangan tamu ini akan disambut dengan jajaran lilin berwarna merah yang sedang dijemur. Beberapa pekerja nampak sedang menempelkan stiker di lilin jumbo setinggi sekitar 160 centimeter itu.

Asikin, salah satu penanggungjawab Vihara Dharma Ramsi saat ditemui mengaku sudah mulai memproduksi lilin berukuran jumbo sejak tiga bulan lalu. Namun jumlahnya sangat terbatas karena sebenarnya pembuatan lilin jumbo baru dilakukan setelah ada pesanan.

"Kami biasanya baru membuat lilin ukuran besar jika ada pemesanan, dan biasanya pesan sebulan sebelum Imlek. Tapi kami siapkan juga stok yang dibuat sejak tiga bulan lalu," jelasnya.

Vihara ini memang sejak tahun 1950-an sudah memproduksi lilin. Bahkan lilin berukuran jumbo sudah lama juga dibuat di sini. Ada berbagai jenis lilin yang dibuat, namun hanya lilin ukuran standar atau sekitar 20 cm yang rutin setiap hari dibuat.

Khusus untuk Imlek, ada lilin jumbo yang sengaja dibuat. Mulai ukuran 120 centimeter hingga yang tertinggi sekitar 170 centimeter.

Untuk membuat lilin ternyata cukup mudah. Saat melihat ke bagian dapur pembuatan lilin yang ada di samping bangunan dalam vihara, nampak sebuah kuali besar dari besi baja di dua tungku. Satu tungku berisi air, tungku lainnya berisi lilin yang sudah mendidih.

Bahan lilin adalah malam, yang menurut Asikin mudah didapat sehingga tidak menganggu produksi pembuatan lilin, terlebih saat akan membuat lilin ukuran jumbo. Malam yang berwarna putih seperti es beku dididihkan dalam kuali. Setelah mencair kemudian diberi pewarna. Warna merah adalah warna satu-satunya dari lilin yang dibuat.

Setelah mendidih, lilin cair kemudian dicetak. Cetakan lilin berukuran besar terbuat dari besi. Bentuknya mengerucut.

"Untuk membuat lilin jumbo ini perlu waktu tiga hari, mulai dari merebus bahan hingga kering dan diberikan tulisan kanji," kata Asikin.

Sehingga, menurutnya, diperlukan tenaga ekstra dan pekerja lebih banyak saat menjelang Imlek. Lilin-lilin pesanan itu setelah kering kemudian akan dikeluarkan dari cetakan dan kembali dijemur. Lalu akan dipasangi stiker bertuliskan huruf China.

Lilin yang dipesan biasanya sepasang. Sebab itu berarti untuk kebutuhan sepasang suami dan istrinya. Isi pesan yang tertempel pada lilin intinya berisi ucapan memohon kesejahteraan keluarga, dilancarkan dari segala hambatan, usahanya diberikan kelancaran dan keuntungan sehingga bisa menabung.

"Kalau bisa menabung kan tahun depan bisa membeli lilin lagi. Bisa jadi memang tidak untung, belinya lebih kecil. Tapi pembelian lilin ini menunjukan kondisi kesejahteraan pembelinya," kata dia. tgh/R-1

Predikat Kampung Toleransi

Lilin-lilin berukuran besar itu kemudian akan dipasang di halaman Vihara Darma Ramsi. Saat malam tahun baru, lilin itu baru akan dinyalakan. Biasanya ada sekitar 100 lebih lilin ukuran jumbo, berukuran 120 hingga 170 sentimeter yang dipajang.

Lilin akan dijaga agar tetap menyala dan berdiri dengan aman, dengan dipasangi tali satu sama lain dan diikat pada batang besi. Ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan api menyala terlalu besar, lalu runtuh dan menyebabkan kebakaran.

Tentu saat malam tahun baru suasana di sekitar Cibadak sangat ramai. Banyak warga keturunan yang merayakan malam tahun baru beribadah di belasan Vihara yang ada di sana. Namun demikian kekhusukan ibadah di vihara tetap terjaga dengan baik.

Sejak zaman dahuhlu, kawasan Cibadak ini tidak pernah terjadi keributan antara umat beragama, bahkan masyarakatnya dapat berbaur dengan baik dan saling mendukung jika ada kegiatan keagamaan.

Selain perayaan Imlek di vihara, warga di kawasan ini juga selalu ambil bagian dalam kegiatan Cap Go Meh. Mereka ikut berbau merayakan budaya yang kini sudah menjadi bagian Tionghoa budaya mereka.

Bahkan banyak grup barongsai yang hadir dalam peringatan Cap Go Meh di Jalan Cibadak Kota badnung berasal dari lingkungan luar. Para pemainya pun banyak berasal dari warga lokal. "Kerukunan umat disini sangat bagus, sehingga kami mendapatkan predikat dari walikota sebagai kampung toleransi," jelasnya.tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top