Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Melatih Anak Menjadi Pribadi yang Mandiri

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Di tengah majunya perkembangan teknologi saat ini, tidak sedikit anak yang merasa enggan untuk bermain di luar rumah karena telah kecanduan gadget. Hal itu rupanya tidak terlalu bagus untuk anak-anak yang tengah dalam masa pertumbuhan.

Kegiatan di luar ruangan dapat merangsang sensor motorik anak sehingga anak dapat menjadi aktif. Selain itu, bermain di luar ruangan juga dapat membantu anak bersosialisasi dengan sekitarnya. Maka dari itu, orang tua pun memeran peran besar dalam mendorong anak untuk mau bermain di luar rumah.

"Itu tugas orang tua untuk mempersiapkan anak dalam mengeksplorasi," kata Lenore Skenazy, founder dan president dari The Let Grow Project dan penulis Free-Range Kids: How to Raise Safe, Self-Reliant Children.

Ia melanjutkan, jika Anda sebagai orang tua bisa melepaskan anak dari pandangan dan memberikannya sedikit kebebasan yang Anda punya semasa kecil, maka Anda perlu melatihnya untuk menjadi pribadi yang mandiri.

Skenazy berbicara dari pengalamannya, ketika anak laki-lakinya bepergian sendiri menggunakan kereta di New York saat usianya baru sembilan tahun. Meskipun hal ini terdengar cukup ekstrem, tapi anak-anak harus merasa percaya diri sebelum akhirnya berani untuk berpetualang sendiri, terutama dalam menghadapi orang asing.

Maka dari itu, orang tua harus berbicara ke anak mengenai orang asing, seperti panduan bagaimana cara bersikap pada orang asing, apa yang harus dilakukan, dan kemana ia harus pergi dan lakukan ketika merasa tidak nyaman pada orang asing.

Orang tua juga harus mengajarkan pada anak untuk berani mengatakan tidak pada orang yang tidak mereka kenal. Meskipun kedengarannya seperti tidak sopan, tapi ada perbedaan mengenai orang asing yang dapat dipercaya seperti polisi dan ibu membawa anak, dan orang asing yang ia tidak boleh ikuti.

Tunjukan pada anak bagaimana caranya mereka keluar dari situasi yang mereka tidak inginkan dan perlihatkan pada mereka kemana mereka harus pergi ketika membutuhkan pertolongan. Kalau perlu, cobalah untuk bermain peran karena dapat membantu anak berlatih ketika terjadi masalah yang tidak diinginkan.

Semakin orang tua memberikan izin pada anak-anak mereka, maka semakin mandiri anak-anak itu nantinya. Namun hingga saat ini belum ada usia yang spesifik untuk anak-anak berani dan siap melakukan perjalanannya sendiri di dunia. Tetapi dengan rencana yang matang dan kepercayaan, tidak ada alasan bagi anak-anak di 2018 untuk menunggu lebih lama merasakan petualangan dan mengeksplorasi sekitar dari anak-anak di era 1990an.

"Inilah alasan kenapa kita di sini untuk membesarkan generasi selanjutnya yang tinggal di Bumi ini setelah kita mati. Dan kalian akan melihat buktinya sendiri ketika melihat anak-anak kalian melakukan sesuatu dengan sendirinya," ujar Skenazy.

Perhatikan Tiga Cara

Ada tiga cara untuk mempersiapkan anak agar berani mengeksplor lingkungan sekitar menurut Skenazy seperti dikutip dari Fatherly. Pertama, coba praktikan. Interaksi bermain peran seperti berpura-pura menjadi orang asing dapat membantu anak mendapatkan pengalaman bagaimana jika bertemu orang asing dan menghindari dirinya dari situasi yang tidak nyaman. Bermain peran juga bisa melatih kepercayaan diri anak terhadap lingkungan sekitarnya.

Kedua, jeda penggunaan teknologi. Meskipun penggunaan teknologi sangat penting dalam mengawasi anak-anak terutama melalui aplikasi tracking, tetapi cobalah untuk melatih kemandirian mereka dengan sesekali menghentikan penggunaan aplikasi tersebut meskipun untuk alasan keamanan.

Ketiga, bangunlah kepercayaan. Hanya karena anak pernah melakukan kesalahan bukan berarti orang tua harus tetap menjaganya terus-terusan. Ia pernah melakukan kesalahan atau hal ceroboh artinya tanda ia sedang melakukan pembelajaran. Percayalah pada anak kalau ia mampu melakukan sesuatu sendiri. gma/R-1

Program Pendampingan Sekolah

JAPFA for Kids yang merupakan salah satu program kegiatan sosial PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) menyelenggarakan program Kampung Warna Kolaborasi JAPFA, sebuah wahana pembelajaran dan pengalaman berbasis lingkungan dan pengetahuan mengenai hidup bersih dan sehat dalam memperingati ulang tahunnya yang ke-10.

"JAPFA for Kids hadir untuk membantu anak-anak Indonesia mempersiapkan mereka menyongsong masa depan yang lebih baik," ujar Rachmat Indrajaya, Corporate Affairs Director JAPFA.

Kegiatan ini diinisiasi oleh R. Artsanti Alif selaku Head of Social Investment JAPFA karena ingin memberikan dampak perubahan pada anak-anak dari sisi gizi, kebersihan, dan kesehatan, pada 2008.

Program tersebut dilakukan pertama kali di Sidoarjo, Jawa Timur dan saat ini telah memberikan kontribusi bagi 133.800 siswa, 8.700 guru dari 750 sekolah di 21 provinsi dan 78 kabupaten di Indonesia.

"Banyak kegiatannya, membuat apotek hidup yang bekerja sama dengan dinas lingkungan hidup, belajar tentang cara menjaga kebersihan, gizi seimbang dengan puskesmas setempat, dan diajarkan manajemen tata kelola sekolah," ceritanya.

Artsanti mengatakan pentingnya mengajarkan tata kelola sekolah pada guru-guru agar sekolah menjadi lebih bersih dan sehat, serta peletakan barang-barang menjadi lebih tertib dan rapi.

Ia menambahkan bahwa sekolah yang kurang bagus bukanlah segala-galanya asalkan kebersihan dan kerapihan sekolah tersebut dapat terjaga dengan baik. Karena banyak sekolah yang masih memiliki lantai tanah namun tetap bersih, dan jika tidak memiliki tempat cuci tangan dapat memanfaatkan botol bekas yang digantung.

Setiap tahunnya, program JAPFA for Kids menjangkau tujuh lokasi yang dekat dengan wilayah operasionalnya agar mudah dilakukan pendampingan selama enam bulan sebelum akhirnya mandiri menerapkan apa yang telah diberikan. Tahun ini ada di daerah Pekalongan, Jemberana, Gorontalo, Konawe, Serdang, Karo, dan Pesisir Selatan.

Meskipun tidak semua dari sekolah yang mengikuti dampingan JAPFA for Kids ini berhasil menerapkan apa yang telah diajarkan sehari-hari dan berkelanjutan, mereka pun mengadakan program JAPFA for Kids Awards guna mempertandingan sekolah-sekolah yang mendapatkan binaan setahun.

"Jadi tahun depan sekolah yang mendapat binaan diukur apa yang telah kita lakukan mereka atau tidak, dengan mengadakan JAPFA for Kids," kata Artsanti.

Dari program tersebut terpilihlah Duta Lingkungan Sehat, Duta Anak Sehat, dan Duta Makanan Sehat dari setiap wilayah dan kemudian diundang untuk pergi ke Jakarta untuk bertanding di tingkat Nasional. "Harapannya kegiatan kami ini dapat menularkannya ke pada masyarakat dan menginspirasi untuk berkontribusi lebih baik lagi untuk Indonesia," tutup Artsanti. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top