Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Informasi Digital

Medsos dan Aplikasi Chatting Sebarkan Hoaks

Foto : Istimewa

Dirjen Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia,  Semuel A. Pangerapan

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Beragam jenis media sosial dan aplikasi chatting menjadi saluran paling subur dalam menyebarkan hoaks. Maka, netizen harus bijak. "Menjadi netizen bijak sangat penting. Ingat bahwa internet adalah belantara informasi yang tidak semua informasi mempunyai nilai," kata peneliti Lentera Institut, Fajar Nursahid, di Jakarta, Selasa (22/3).

Fajar pun mengingatkan bahwa kesenangan mengekspresikan diri melalui platform medsos dapat mengubah kebiasaan seseorang dalam mengonsumsi informasi. Hal ini dapat dilihat lewat fenomena hoaks. "Information is something reduces uncertainty. Informasi sama dengan mengurangi ketidakpastian. Di era digital perlu diimbangi dengan budaya untuk bersikap kritis yang mengedepankan fungsi nalar serta menimbang setiap konten menggunakan akal sehat," ujarnya.

Literasi, menurut Fajar, adalah kunci. Lakukan double check kredibilitas sumber dan gunakan literatur untuk mendukung argumentasi. Dengan begitu, netizen tak gampang termakan hoaks. Sementara itu, Anggota Komisi I DPR, Kresna Dewanta Phrosakh saat menjadi pembicara Webinar, "Menjadi Netizen Pejuang Bersama Melawan Hoaks," mengingatkan, netizen untuk hati-hati dalam bermedia sosial.

Sebab berita hoaks di internet sangat mampu mengubah pandangan seseorang terhadap suatu informasi. Diharapkan, anak muda Indonesia dan pengguna internet lebih aware terhadap sumber berita internet. Verifikasi dulu, jangan asal sebar berita-berita dari internet.

Pada situasi ekonomi kurang menguntungkan seperti sekarang kita bisa menggunakan platform medsos untuk hal-hal positif. "Ingat kita punya UU ITE. Kita bisa kena hukum jika asal sebar informasi," kata Kresna.

Sementara itu, di acara yang sama, Dirjen Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia, Semuel A. Pangerapan, mengatakan, pesatnya perkembangan teknologi dipacu pandemi Covid-19 telah mendorong masyarakat melakukan berbagai aktivitas di ruang digital. Pengguna internet Indonesia mencapai lebih dari 200 juta dan akan meningkat setiap tahunnya.

"Risiko seperti penipuan online, hoaks, cyber bullying, dan konten-konten negatif lainnya tak terelakkan," katanya. Maka, penggunaan internet perlu dibarengi dengan literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkannya dengan produktif, bijak, dan tepat guna.

Saat ini indeks literasi digital Indonesia masih berada pada angka 3,49 dari skala 5. Artinya masih dalam kategori sedang, belum lebih baik. Angka ini perlu terus ditingkatkan. "Menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat dengan kemampuan literasi digital," kata Semuel.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top