Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perencanaan Keuangan

Masyarakat Masih Menunda Persiapan Pensiun

Foto : Koran Jakarta/M Yasin
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Tingkat kepercayaan diri masyarakat Indonesia terhadap kesehatan dan kesejahteraan turun karena faktor finansial. Karenanya, perencanaan keuangan sejak awal dinilai perlu, terlebih lagi untuk persiapan pensiun. Persepsi masyarakat terhadap kesejahteraan sampai saat ini masih diukur dari sisi finansial sehingga membuat mereka tidak fokus dan tak memiliki waktu untuk diri sendiri.

Berdasarkan hasil survei Skor Kesejahteraan 360° di Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa, Cigna Indonesia, indeks kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia turun signifikan pada 2016. Menurut survei yang dilakukan pada Desember 2016 itu, skor kesejahteraan masyarakat Indonesia mencapai 62,8 poin, lebih rendah dibandingkan hasil serupa tahun sebelumnya sebesar 66,5 poin.

Meski demikian, angka tersebut masih di batas rata-rata skor internasional. Bahkan, dari 13 negara, Indonesia berada di posisi keenam, sedikit di bawah Uni Emirat Arab UEA (63,1) tetapi lebih tinggi dibandingkan Britania Raya (60,8), Singapura (59,4), dan Hong Kong (58,6). Indeks tersebut diukur dari lima aspek, meliputi fisik, sosial, keluarga, finansial dan pekerjaan.

"Survei sangat penting bagi kami. Kami punya misi membantu masyarakat Indonesia untuk selalu meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan rasa aman. Lewat survei ini, kami mendapat masukan faktor-faktor apa saja yang bisa membuat manusia sejahtera," tutur Presiden Direktur Cigna Indonesia Herlin Sutanto saat memaparkan hasil Survei Skor Kesejahteraan 360° di Jakarta, Selasa (29/8).

Dia menjelaskan, survei itu merupakan kedua kalinya dilakukan Cigna secara global. Tahun ini, survei digelar di 13 negara denga melibatkan 14.000 responden dewasa. Survei dilakukan secara daring (dalam jaringan atau online selama 20 menit di sejumlah negara meliputi Tiongkok, Hong Kong, India, Indonesia, Selandia Baru, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Taiwan, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab (UEA), dan Britania Raya.

Khusus Indonesia, responden berjumlah 1.007 orang dengan latar belakang beragam dan mewakili jumlah populasi. Dikatakan, berdasarkan survei itu, persepsi masyarakat Indonesia terhadap kesehatan dan kesejahteraan mereka turun cukup signifikan karena faktor finansial. Menurut dia, tantangan itulah yang kemudian menjadi alasan utama mengapa mayoritas responden semakin tidak percaya diri dalam menjamin kesehatan dan kesejahteraan keluarga mereka.

Herlin menilai pertumbuhan ekonomi nasional di atas lima persen ternyata tidak secara langsung mempengaruhi kepercayaan masyarakat secara finansial. Ekonomi tumbuh, tetapi kebutuhan finansial juga meningkat. Selain itu, kebutuhan kesehatan terus naik, jauh melampaui kenaikan inflasi, begitu juga kebutuhan finansial untuk pensiun dan pendidikan anak.

Generasi "Sandwich"

Sementara itu, Chief Marketing Officer Cigna Indonesia, Ben Furneaux memaparkan, meskipun jumlah masyarakat usia produktif di Indonesia cukup besar, banyak di antara mereka yang terjebak dalam kondisi generasi sandwich. Masih banyak orang tua yang terjebak dalam mitos "banyak anak, banyak rejeki."

Generasi ini memandang, begitu memasuki usia produktif, anak-anak harus menyokong hidup orang tua mereka secara finansial. Sayangnya, kata Furneaux, saat mereka melakukan hal itu, mereka tetap harus membiayai hidup keluarga mereka. Ini yang menyebabkan mereka terjebak di antara dua generasi.

Survei itu menunjukkan, hanya 24 persen responden yang bisa memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga mereka dan hanya 21 persen yang bisa membantu kondisi keuangan orang tua mereka.

Baca Juga :
Industri Kerajinan

mad/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail

Komentar

Komentar
()

Top