Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembangunan IKN Nusantara

Masyarakat Adat Harus Tetap Diberi Ruang di IKN Nusantara

Foto : Shutterstock

Suku Dayak Paser

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Otoritas Ibu Kota Negara (OIKN) akan menjadikan kearifan lokal yang ada di Kalimantan Timur sebagai desa wisata dan museum hidup seperti di Bali.

Deputi Sosial Budaya Pemberdayaan Masyarakat OIKN, Alimudin, dalam ASN Festival 2024 di Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan akan mempersiapkan desa wisata yang diberi nama Living Museum.

OIKN, jelasnya, berupaya mengubah desa-desa di IKN, khususnya di Penajam Paser Utara, menjadi Living Museum atau Museum Hidup, yang dapat menarik minat wisatawan.

Tujuan dari konsep itu adalah agar kearifan lokal yang ada di IKN tetap terlihat jelas dan hidup di desa wisata yang akan dikembangkan.

Salah satu contoh kearifan lokal yang akan dipertahankan adalah Suku Paser, suku asli yang mendiami kawasan Kalimantan Timur, khususnya di Kabupaten Paser.

Dia menyebutkan pihaknya berkomitmen untuk membantu suku Paser agar tetap eksis dan budaya mereka tetap ada meski di daerah itu dilakukan pembangunan IKN.

Menurut dia, untuk menjadikan desa wisata sebagai tujuan wisata, mereka akan mengadopsi konsep Living Museum yang serupa dengan yang ada di Karangasem, Bali. Konsep itu bertujuan agar pola hidup sehari-hari masyarakat lokal dapat dirasakan secara langsung oleh pengunjung.

Dalam prosesnya, OIKN berfokus pada pelestarian kearifan lokal seperti melaksanakan rembuk budaya untuk memastikan bahwa meskipun IKN berada di Kalimantan Timur, pelestarian budaya tidak hanya berfokus pada budaya lokal, tetapi juga pada budaya Nusantara secara keseluruhan.

Letak permukiman suku Paser yang berada di pinggiran aliran sungai menjadi perhatian OIKN. Dalam proyek pengendalian banjir, desain pembangunan telah di-review untuk memastikan suku Paser tetap bisa tinggal di wilayah mereka.

"Sedang kita garap sejumlah proyek, termasuk pengendali banjir. Di awal-awal, mereka memang tergusur, tapi setelah kita lakukan review desain pembangunan pengendali banjir, mereka akan tetap di situ," ungkapnya.

Dia pun yakin, IKN di Kalimantan Timur akan menjadi lokasi yang kondusif dan mampu mengelola kesenjangan yang mungkin timbul dengan baik.

Ekonomi Kerakyatan

Pada kesempatan terpisah, peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, mengatakan rencana itu sangat tepat karena pendekatan pembangunan IKN ke depannya harus menempatkan masyarakat adat/lokal sebagai subjek.

Menurut Awan, itu merupakan pintu masuk bagaimana merealisasikan rencana pemerintah mengubah desa desa di IKN menjadi Living Museum. Pendekatan ekonomi kerakyatan harus dilakukan.

"Sejauh ini, saya tidak melihat pembangunan IKN dilakukan secara bottom up (dari bawah) dengan kearifan lokal dan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat adat setempat secara signifikan," kata Awan.

"Sejak awal mesti dibangun dari bawah (bottom up) menggunakan paradigma ekonomi kerakyatan dengan melibatkan multi-stakeholders terkait di desa adat setempat. Jangan yang diajak ke IKN hanya elite, pengusaha, selebritas, dan influencer dari Jakarta, tetapi juga pegiat sosial dan tokoh-tokoh masyarakat adat setempat," katanya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top