Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
SDM Bangsa

Masalah Anak Perlu Penanganan Komprehensif

Foto : Koran Jakrta/Muhamad Ma'rup

Peluncuran RAN Pijar I (Kiri ke kanan) Menteri PPPA Bintang Puspayoga, Mendikbudristek Nadiem Makarim, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menkes Budi Sadikin, dan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo. Mereka hadir dalam peluncuran RAN Pijar, di Jakarta, Selasa (19/4). RAN Pijar akan memperkuat penanganan lintas sektor kasus anak usia sekolah dan remaja.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Masalah anak usia sekolah dan remaja sangat kompleks. Semua pihak baik pemerintah maupun swasta yang bertanggung jawab harus memberi penanganan komprehensif. Demikian disampaikan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, dalam peluncuran Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja (RAN Pijar), di Jakarta, Selasa (19/4).

"Kompleksitas masalah anak usia sekolah dan remaja tersebut memerlukan penanganan yang komprehensif," ujarnya. Dia menyebut, RAN Pijar akan memperkuat penanganan lintas sektor terkait anak usia sekolah dan remaja. Muhadjir menyebut, anak usia sekolah dan remaja mengalami berbagai masalah mulai dari kesehatan, kekerasan, hingga terlibat paham radikal.

Jika hal ini dibiarkan, masa depan bangsa akan terancam. "Remaja kelak pada akhirnya memimpin bangsa. Mereka harus dididik agar betul-betul berhasil seperti kita harapkan bersama," tandasnya. Sebagai informasi, RAN Pijar diatur dalam Permenko PMK Nomor 1 Tahun 2022 yang disusun bersama 20 kementerian/lembaga.

Secara khusus menyasar kelompok anak berusia 7-18 tahun. Sedangkan Mendikbudristek, Nadiem Makarim, menyebut Merdeka Belajar selaras dengan RAN Pijar. Dalam Asesmen Nasional mengukur iklim kebinekaan dan kemanan untuk mendukung pembelajaran.

"Ini adalah langkah permulaan dari perubahan. Sebab kalau kita tidak bisa ukur, tidak bisa diperbaiki," katanya.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, memastikan, promotif dan preventif sektor kesehatan akan diperkuat. Kerja sama dengan satuan pendidikan akan dilakukan untuk menghidupkan kembali UKS dan PMR.

"Jaringan layanan kesehatan yang sangat terdepan di tiap-tiap sekolah harus diberdayakan," terangnya.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, menerangkan, Indonesia berkesempatan untuk mendapat bonus demografi hanya sampai 2035. Jika remaja tidak sehat dan tidak unggul tentu hal tersebut tidak bisa terwujud dengan baik.

"RAN pasti menunjukkan keberpihakan pemerintah kepada anak dan remaja yang luar biasa," ucapnya. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, menyebut, RAN pasti dapat mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkualitas melalui sinergi serta koneksitas. Perlindungan anak-anak bagi satuan pendidikan bisa diperkuat agar mereka terhindar dari masalah seperti perkawinan dan pekerja anak.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top