Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Mantan Pejabat Pentagon: Tiongkok Mencuri Rahasia Pesawat Siluman F-22 Raptor AS untuk Mengembangkan J-20

Foto : Istimewa

F-22 Raptor AS, kiri, dan J-20 Tiongkok adalah pesawat tempur generasi kelima dengan kemampuan anti radar.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Mantan pejabat kebijakan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), James Anderson, baru-baru ini mengatakan bahwa pencapaian Tiongkok atas jet tempur generasi kelima (anti radar) J-20 diperoleh dengan mencuri teknologi militer pesawat F-22 Raptor buatan Lockheed Martin.

Hingga kini, F-22 Raptor dengan harga satuan 120 juta dolar AS ini disebut sebagai pesawat tempur paling senyap dalam menghindari radar dengan tingkat RCS (radar cross section) 0.0001 meter persegi. Demi menjaga tingkat kerahasiaan teknologinya, AS tidak mengkespor F-22, bahkan terhadap sekutu terdekat, Israel.

Pada 2011, mantan presiden Barrack Obama menghentikan jalur produksi pesawat karena alasan biaya dan perang dingin yang telah berakhir.

"Apa yang kami ketahui adalah bahwa karena upaya spionase, (pesawat siluman Tiongkok) J-20 lebih maju daripada yang seharusnya, dan itulah poin penting di sini," katanya dalam sebuah wawancara Fox News Digital.

"Mereka mendapat untung besar dari pencurian mereka selama bertahun-tahun," katanya.

"Mereka telah memanfaatkannya dengan baik, dan mereka telah menghasilkan pesawat tempur generasi kelima yang canggih. Sulit untuk mengatakan pertempuran yang sebenarnya bagaimana J-20 cocok setara F-22 AS," ungkap Anderson.

Tiongkok mulai mengembangkan J-20 pada tahun 2008 sebagai bagian dari rencana untuk merancang pesawat tempur baru yang dapat bersaing dengan milik AS. Pesawat itu pertama kali terbang pada tahun 2011, masuk layanan Angkatan Udara AS padat ahun 2017.

Pada tahun 2015, laporan tentang teknologi dan kemampuan pesawat mulai melihat kesamaan antara keduanya, dengan laporan Associated Press menyatakan bahwa "beberapa teknologinya, ternyata, mungkin berasal dari AS sendiri".

Sekarang Tiongkok memiliki pesawat tempur siluman generasi kelima, mirip dengan F-22 AS, yang semakin menutup kesenjangan yang hampir tidak dapat diatasi antara kedua militer dalam hal kemampuan teknologi. Semua kata dia, berkat pencurian kekayaan intelektual yang berkelanjutan. Kesenjangan antara teknologi militer AS dan Tiongkok mendapat perhatian baru karena ketegangan antara kedua negara terus meningkat dan para pejabat terus membahas kemungkinan invasi ke Taiwan , yang mungkin mencakup tanggapan militer AS.

James Hess, pakar di School of Security and Global Studies di American Public University System (APUS), mengatakan bahwa pada akhirnya AS harus bersaing dengan "perbedaan filosofis" Tiongkok dan kemauan untuk melakukan apa yang "terbaik untuk Tiongkok".

"Anda bahkan dapat melihat dalam sejarah Tiongkok dengan keseluruhan budaya tentang hal-hal yang telah memberikan perbaikan bagi masyarakat versus kekhawatiran akan hal itu," kata Hess.

"Kurangnya penegakan itu mungkin lebih mencerminkan budaya, pasti ada aspek budaya dalam hal ini," tambahnya.


"Ada seorang penulis yang berkata, 'Mencuri buku adalah pelanggaran yang elegan', jadi Anda memiliki mentalitas seperti itu, bahwa pengetahuan tidak harus dipandang sebagai pencurian pengetahuan, sama sekali tidak dipandang sebagai pelanggaran berat," lanjutnya.

"Dilihat sebagai hal yang baik, bahwa ini adalah hal positif yang Anda lakukan".

Anderson menjelaskan bahwa Tiongkok menggunakan berbagai teknik spionase dari penggunaan mata-mata dan jebakan madu yang "kuno" dan "berteknologi rendah" serta penyuapan untuk merekrut kontraktor AS, akademisi universitas, dan personel pemerintah, selain metode yang lebih canggih seperti aktivitas siber untuk mendapatkan data kunci pada sistem militer.

"Sayangnya, mereka cukup sukses di sana," kata Anderson, menambahkan bahwa mereka menghabiskan lebih dari satu dekade untuk berulang kali mendapatkan teknologo Joint Strike Fighter, yang telah mereka manfaatkan dalam desain dan konstruksi J-20.

"Ini menghemat waktu dan uang Tiongkok. Akibatnya, kita akhirnya mensubsidi sebagian dari anggaran penelitian dan pengembangan mereka karena mereka berhasil mencuri beberapa rahasia kami," kata Anderson.

"Pada akhirnya, ini menempatkan pria dan wanita kita pada risiko yang lebih besar di medan perang," pungkasnya.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top