Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Makau Kota Pelabuhan Portugis yang Bertahan 442 Tahun

Foto : Anthony WALLACE/AFP
A   A   A   Pengaturan Font

Kota Pelabuhan Makau di bawah Portugis berkembang pesat dalam perdagangan. Koloni ini bertahan selama 442 tahun karena dapat memberi keuntungan bagi Tiongkok, sebelum surut karena pesatnya perdagangan di Hong Kong, di bawah Inggris.

Makau atau dalam bahasa Portugis disebut Macau, terletak di semenanjung di muara delta Sungai Mutiara di Tiongkok tenggara dan merupakan pemukiman kolonial Portugis dari antara 1557 sampai 1999. Makau adalah pusat perdagangan utama Kekaisaran Portugis dan dengan akses uniknya ke pasar Negeri Panda.
Portugis memasuki pasar Tiongkok dengan logam perak, lada, dan kayu cendana. Para pedagang di Makau diberi akses ke pameran sutra besar Tiongkok dan dengan demikian membawa sutra dan barang-barang lain yang sangat diminati di Asia dan Eropa seperti porselen Ming, musk, dan emas.
Permukiman ini mencapai puncaknya dari pertengahan abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-17, setelah itu menghadapi persaingan ketat dari pedagang Eropa lainnya, terutama Belanda dan Inggris. Seperti tetangganya Hong Kong, Makau diserahkan kembali ke Tiongkok pada 1999 dan menjadi wilayah administrasi khusus Republik Rakyat Tiongkok.
Perjalanan Portugis sampai ke Tiongkok berawal dari pelayaran yang dilakukan 1497-9, ketika Vasco da Gama yang dilakukan antara 1497-1499. Gama yang hidup antara 1469-1524 telah berlayar di sekitar Tanjung Harapan. Di sepanjang pelayaran negeri Iberia ini membangun beberapa koloni, seperti Chocin dan Goa di India, Malaka di Semenanjung Malaya, dan termasuk Makau di Tiongkok.
Cochin Portugis didirikan pada tahun 1503 dan Goa Portugis didirikan pada tahun 1510. Malaka di Malaysia diambil alih pada tahun 1511. Pada 1512, Kerajaan Demak di bawah Patiunus menyerang Malaka, namun gagal.
Setelah pendirian kota-kota koloni itu, Portugis berlayar tanpa henti ke arah timur. Pada 1517 sebuah armada berangkat dari Malaka untuk mencapai Kota Tiongkok di Guangzhou. Tempat ini akrab bagi orang Eropa disebut dengan Kanton.
Sama dengan sebelumnya, Portugis berusaha untuk menguasai tempat itu. Di sini kapal Portugis ditenggelamkan dan para utusannya dieksekusi mati. Orang Tiongkok yang saat itu diperintah oleh Dinasti Ming yang mengisolasi diri antara 1368 hingga 1644, menganggap pengunjung aneh ini kanibal dan sangat mencurigai meski membiarkan mereka masuk ke jaringan perdagangan Asia Timur.
Orang Tiongkok juga tidak terkesan dengan bangsa Portugis. Salah satunya karena sebagai orang asing, mereka menembakkan meriam, membangun benteng tanpa izin, dan melakukan berbagai blunder diplomatik lainnya.
Portugis tidak terpengaruh dengan anggapan masyarakat Tiongkok. Akhirnya, keduanya merundingkan kesepakatan. Namun apa yang dirundingkan sampai saat ini, tidak diketahui dengan tepat. Menurut versi kapal-kapal Portugis kemungkinannya adalah antara 1555 dan 1557, kapal-kapal dengan senjata Meriam membersihkan wilayah itu dari perompak yang merepotkan.
Sebagai rasa terima kasih, pihak berwenang TIongkok memberi Portugis hak untuk mendirikan pusat perdagangan di daratan. Daerah ini adalah Makau, terletak di semenanjung delta Sungai Mutiara sekitar 99 km dari Kanton di daratan TIongkok. Sementara Hong Kong terletak di sisi timur laut berada di muara sungai yang sama.
Pandangan alternatif dari peristiwa adalah bahwa pemerintah Tiongkok sangat ingin berdagang dengan pedagang yang memiliki akses ke barang-barang dari Afrika Timur dan India. Akibatnya, Portugis diundang untuk mendirikan koloni di semenanjung Makau asalkan mereka tidak membangun benteng apapun.
Di sisi lain, dengan berinvestasi pada pemukiman permanen, Portugis dapat mengakses barang-barang lokal dan menyediakan pelabuhan yang berguna bagi kapal dagang mereka yang dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk berlayar ke utara ke Jepang atau ke selatan ke Indonesia.
Seorang pedagang Portugis bernama Lionel de Sousa sering dipuji karena mendapatkan izin dari pejabat Kanton untuk mendirikan pos perdagangan pribadi pertama di Makau. Sejumlah pedagang Eropa awal diizinkan untuk menghabiskan beberapa minggu pada suatu waktu di Kanton untuk berpartisipasi dalam pameran dagang sutranya yang terkenal yang diadakan setiap Januari dan Juni.
Berbeda dengan koloni Portugis lainnya, fondasi koloni Makau sebagian besar berkat pedagang dan misionaris ketimbang disponsori langsung oleh Kerajaan. Karena fakta terakhir inilah Makau tidak menjadi koloni resmi Portugis sampai awal abad ke-17.
Dari kelompok awal pedagang yang berpikiran sama di sana berkembang komunitas permukiman atau moradores yang mengatur diri sendiri. Pihak berwenang TIongkok sebagian besar meninggalkan komunitas yang sedang berkembang ini ke pemerintahan Portugis, asalkan orang Eropa tidak menyebabkan gangguan apa pun terhadap urusan atau perdagangan internal Tiongkok.
Sebagai imbalannya, orang Tiongkok memperoleh akses mudah ke komoditas yang sangat diinginkan seperti lada dari India, perak dari Amerika dan Jepang, dan kayu cendana dari Indonesia. Barang-barang ini diperoleh dari Pelabuhan Makau yang luasnya hanya luasnya 5 km persegi.
Namun demikian, pelabuhan ini berkembang pesat, dan akhirnya menjadi pelabuhan Portugis terpadat dan sukses dari semua pelabuhan Portugis di Asia Timur. Pada 1601, Makau memiliki sekitar 600 pria Portugis pedagang, tentara, dan pelaut, banyak di antaranya akan transit. Pada 1669 terdapat lebih dari 300 pemukim atau casados ??pria Portugis yang menikah secara permanen.
Banyak dari pemukim ini berasal dari koloni lain, terutama yang berada di India. Koloni tunduk pada gubernur yang memiliki wewenang atas urusan militer. Kekuasaan politik berada di tangan dewan kota atau câmara, sebuah lembaga yang diberi piagam hak istimewa oleh Raja Muda Hindia di Goa pada 1586.
Pada 1623, kapten permanen pertama koloni Makau diangkat, perwakilan resmi dari raja Portugis. Untuk mengingatkan sejarah koloni sebagai pemukiman pedagang, câmara memiliki kendali penuh atas keuangan Makau dan independen di daerah ini dari pejabat Mahkota Portugis. Kekuatan lain dari câmara berhubungan dengan perwakilan kaisar Tiongkok langsung bukan gubernur atau pejabat lain yang ditunjuk. hay

Pamornya Surut karena Hong Kong

Makau mengalami pertumbuhan perdagangan yang pesat bersama kemajuan yang dialami Kerajaan Portugis. Di tempat ini, rempah-rempah dan barang-barang lainnya ditukar kembali dengan emas, perak, tekstil halus, dan beras. Kapal-kapal Portugis berizin dari pemerintah membawa barang dagangan dari Lisbon, Goa, dan Cochin ke Makau.
Selain perdagangan antarbenua ini, kehadiran mereka di Makau memungkinkan Portugis untuk berpartisipasi dalam perdagangan Asia Tenggara yang menguntungkan yang dilakukan antara Tiongkok, Jepang, Malaysia, dan Indonesia.
Kehadiran perdagangan Portugis yang permanen didirikan di Nagasaki di Jepang. Setiap tahun dari tahun 1555 hingga 1618, satu kapal kargo besar, berlayar dari Makau ke Jepang setelah sebelumnya singgah di Goa. Dari 1619 hingga 1639 kapal tunggal ini diganti dengan armada kapal yang lebih kecil.
Kapal kargo carrack besar yang melintasi rute antara Makau dan Nagasaki memiliki pilot Tiongkok, tetapi dikemas dengan barang dan pedagang Portugis yang muncul di lukisan layar Jepang pada masa itu. Kapal-kapal dagang secara teratur berlayar dari Kepulauan Rempah-Rempah di Maluku ke Makau, dari Goa ke Makau, dan dari Makau ke Indonesia, Siam, dan Timor.
Makau membangun hubungan komersial yang kuat dengan Manila di Filipina, perdagangan yang mencapai puncaknya pada abad ke-18. Dengan cara ini, komoditas berharga melintasi lautan seperti sutra mentah dan kain sutra, pala dan cengkeh dari Maluku, kayu cendana dari Timor, lak dari Pegu/Bago di Myanmar, perak, layar dicat, kimono, dan pedang dari Jepang, kain katun, merica, dan gading dari India), kayu manis Sri Lanka, dan berlian dari Kalimantan.
Makau menikmati monopoli hampir total atas barang-barang tertentu seperti lada untuk pasar TIongkok dan pengangkutan kayu cendana dari Timor. Di arah lain, Macao mengirim ke Goa dan Lisboa barang-barang seperti porselen Ming, mutiara, mutiara, kesturi, emas, teh, dan berbagai akar dan tumbuhan dari Tiongkok yang dianggap obat-obatan yang bermanfaat.
Kesuksesan Portugis membuat Inggris dan Belanda pada abad ke-17 menaruh minat yang sama. Keduanya menantang upaya Portugis untuk memaksakan monopoli perdagangan, dengan membentuk perusahaan perdagangan yang sangat efisien.
Pada 1601, Portugis menangkap kapal-kapal Belanda di Tidore di Kepulauan Rempah-Rempah dan di Makau, mengeksekusi para awak. Namun hal itu tidak membuat saingan dari Eropa takut. Bahkan Belanda dapat mengambil kendali langsung atas Kepulauan Rempah-rempah pada akhir abad ke-16 dan lalu menyerang Makau pada 1622 dan 1626.
Penyerangan ini menyebabkan masalah serius di seluruh Kekaisaran Portugis. Sebagai imbalan Belanda akhirnya mengambil alih Malaka (1641), Kolombo (1656), dan Cochin (1663) sehingga hanya Makau dan Timor yang tersisa di tangan Portugis di Asia Timur.
Hubungan Portugis dan Jepang juga memburuk sejak 1639 ketika Keshogunan Tokugawa memerintah (1603-1868). Ketika para pemimpin militer Jepang semakin curiga terhadap orang asing, semua orang Portugis diusir dari negara itu dan perdagangan dihentikan. hay


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top